BAB 01

130 10 0
                                    


.
.
.

Alaya Vienne, Gadis SMA itu tengah berjalan di lorong sekolah, keadaannya memang sepi karena jam pelajaran masih berlangsung.

Laya berjalan dengan tenang, Laya mengernyit ketika ia mendengar seseorang menyebut nyebut namanya. Dengan hati hati Laya menghampiri suara itu.

Laya bersembunyi, ia memperhatikan ketiga orang di sana. Ia kembali mengernyit ketika mengetahui ketiga orang itu.

"Bagaimana?" Tanya Pria gendut.

"Akan sangat sulit untuk mengganti Laya, apalagi ketika mendengar dirinya hanya bermain di balik layar." Jawab pria berkacamata.

"Ayolah pak, ancam saja Laya jika ia tak mau! Aku sangat ingin menggantikannya~" rayu gadis sembarj bergelayut manja pada pria berkacamata itu.

"Akan aku usaha kan, tapi ini akan sangat sulit menyingkirkannya, dia itu keras kepala."

Laya yang mendengarnya sangat merasa di khianati, apalagi ketika ia mengetahui gadis itu adalah sahabatnya sendiri.

"Wah, wah, segitunya sekali kalian ingin menyingkirkan ku." Laya menghampiri mereka dengan perasaan marah dan kecewa pada sahabatnya.

Mereka terkejut ketika mendapati Laya sudah berada di hadapan mereka bertiga. "Laya? Sedang apa kau disini?" Tanya Pria Berkacamata.

"Memergoki tiga orang yang ingin menyingkirkan ku"

"Laya, dengarkan saya. Kau akan tetap ikut di dalam perlombaan ini, tapi kau mengerjakannya di balik layar. Kau akan tetap menjadi siswa berprestasi sekolah ini, Saya akan menjamin itu." Ucap Si pria gendut.

Laya menatap ketiganya, senyuman yang sangat menyeramkan ia kembangkan. "Cih, bohong sekali perkataanmu Pak kepala sekolah. Kau ingin aku mengerjakan soal itu dan memberikan jawabannya pada dia? Cih, murahan sekali. Apa yang kau dapat dari dia pak kepala sekolah?"

"LAYA!" Laya sama sekali tak gentar ketika pria gendut atau kepala sekolah itu membentaknya.

"Apa yang Lo kasih ke si gendut ini din? 10? 100? Atau badan Lo? Cih murahan sekali" Ucap Laya mengejek gadis yang bernama Dinda itu.

Dinda mengepalkan tangannya, ia menatap Laya dengan raut benci nya. "Gak usah kepo deh Lo! Lo itu jangan merasa di atas banget ya! Rakus tau ga Lo itu!"

Salah satu alisnya terangkat menatap Dinda dengan terkekeh. "Lo bilang gua rakus? Lo lebih rakus anjing! Lo macarain pacar gua, Lo gebet gebetan gua, dan sekarang Lo juga mau ambil prestasi gua? Cih obses banget ya Lo ke gua?"

"Laya tenang dulu, dengarkan saya" tengah si pria berkacamata.

Laya menatap pria yang ia kenal sebagai wali kelasnya. Tatapannya masih sama seperti ia menatap kedua orang lainnya.

"Kamu ikutin permintaan pak kepsek kamu juga bakalan dapat benefit kok, biaya sekolahmu akan langsung di lunasi dan kamu juga dapat uang dari perlombaan itu kok. Kamu hanya perlu mengerjakan soal di belakang layar."

Laya tertawa cukup keras, lucu sekali menurutnya pria ini pikir Laya miskin kah? Ia tak membutuhkan itu semua, ini soal harga diri dan nama keluarganya.

"Lucu sekali, anda pikir saya miskin? Hal itu sepele bagi saya."

Kepala sekolah yang geram pun menjambak rambut Laya hingga Laya mendongak menatap kepadanya.

"Keras kepala sekali kau ini! Turuti saja, atau nyawamu dan keluargamu yang menjadi taruhannya!"

Laya tak tergoyahkan sama sekali, ia masih menatap Kepala sekolah dengan senyuman gilanya. "Jika anda berani, saya juga bisa membalikkannya kepada anda." Ucapnya santai.

Plak!

Satu tamparan ia dapatkan di pipi mulusnya, matanya melirik si pelaku, ia tersenyum miring.

"rupanya, jalang kecil ini sudah berani menamparku."

Dinda menatap Laya dengan wajah kesal "Cih, kenapa harus takut, harusnya lo yang harus takut! Nyawa Lo taruhannya."

Plak!

Tamparan kembali Laya dapatkan, karena sudah jengah Laya memutar balikan keadaan, ia membawa tangan yang menjambaknya ke belakang tubuh si pelaku.

Mereka terkejut ketika Laya memberikan perlawanan, perkelahian antara Laya dan kepsek itu tak dapat di hindari, kedua sudut Laya sobek dan berdarah. Begitupun dengan keadaan si kepsek bahkan lebih parah.

Wali kelasnya yang sedari diam, secara mendadak membekap mulut Laya dan menahan pergerakannya. Kepsek yang melihatnya segera menghajar Laya dan terakhir Dinda gadis itu menusukkan pisau yang ntah ia dapat darimana itu tepat di jantung Laya.

Laya membola, matanya yang semakin lama semakin sayu itu tertutup rapat.


Becoming the Main Antagonist BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang