BAB 02

174 14 1
                                    

.
.
.

Mata yang terpejam itu perlahan terbuka, ia menyentuh kepalanya ketika rasa sakit menyeruak.

"sssh, sakit banget kepala gue" lirihnya, dia adalah Laya.

Cklek

Pintu terbuka menampilkan seorang dokter pria yang segera menghampiri dirinya.

"Biar saya periksa terlebih dahulu tuan" ucap dokter itu yang mencegah Laya untuk bangun.

Laya mengurungkan niatnya, ia kembali dalam posisi semulanya. Dokter itu memeriksa Laya.

"Dok, saya di rumah sakit mana ya?" Tanya Laya. Perhatiannya teralihkan kepada interior yang sangat megah.

"Anda berada di rumah sakit Sudjiwo, tepatnya rumah sakit milik keluarga anda Tuan"

Laya mengernyit, sejak kapan keluarganya memiliki rumah sakit? Perusahaan ayahnya hanya bergerak di bidang arsitektur saja.

"Tuan?" Beo nya, matanya membola menatap dokter di depannya.

"Tuan? Saya perempuan dok!" Dokter itu menatap Laya bingung.

"Tuan, anda adalah seorang lelaki secara fisik. Jika anda tidak percaya silahkan lihat pada bayangan di tv itu"

Laya mengikuti instruksi Dokter, dan betapa terkejutnya ia mendapati wajahnya yang berubah seperti ini.

Ini bukan lah wajahnya!

Cklek!

Pintu terbuka secara tiba tiba, dua orang di pertengahan 40 itu berjalan tergesa gesa kearahnya.

"Bara anak Mami, kamu sudah sadar nak?" Tanya wanita itu, ia tersenyum haru tangannya langsung menggapai kedua pipi Laya.

Laya mengernyit, ia menatap kedua orang paruh baya itu secara bergantian. 'siapa kedua orang ini?' itulah pertanyaan yang hinggap di pikirannya.

"Kalian siapa?" Wanita itu terkejut, ia menatap Laya dengan raut tak percaya "sayang? Serius? Kamu lupain mami?"

Laya hanya menggelengkan kepalanya. Wanita itu menatap pria yang datang bersamanya, pria itu juga keheranan dengan keadaan saat ini.

"Dok? Ada apa dengan putra saya?" Tanya pria itu pada Dokter yang sedari tadi diam di sisi lain ranjang.

"Sesuai pemeriksaan yang saya lakukan, Tuan Albara mengalami amnesia. ia melupakan semua ingatannya, ingatannya akan kembali perlahan. Ibu dan Bapak bisa ikut membantu Tuan Albara untuk mengingat ingatannya. Lakukan secara perlahan, jangan memaksa tuan untuk mengingat ingatannya."

Kedua paruh baya itu menghela nafas, sedih sudah pasti kala mendengar penjelasan dari sang dokter.

"Baik, jika begitu saya ijin memeriksa pasien lainnya. Selamat malam" pamit dokter itu dan segera keluar dari sana.

Laya yang sedari tadi diam menatap kedua orang di depannya dengan wajah linglungnya. Ia sangat syok sekali ketika tak sengaja tangannya menyentuh bagian selangkangan nya.

"Nak, dengarkan ya. Namaku Melissa Anka Gayatri, aku Mamimu. Ini Jerikho Alan Sudjiwo Papimu. Namamu itu Albara Sainz Sudjiwo. Kamu punya tiga adik. Mereka, si kembar Regan Kadafi Sudjiwo, Rigen Kadafa Sudjiwo dan Bianka Sheira Sudjiwo."

Laya tertegun ketika mendengar nama ketiga adiknya. Bianka adalah tokoh antagonis dari novel yang ia baca, Regan dan Rigen adalah teman dari pemeran utama pria.

"Baiklah, itu saja lebih baik kamu istirahat dulu"

Laya kembali dari lamunannya ia menatap kedua orang di depannya "mi, ini tanggal berapa?"

"Sekarang 20 Agustus 2023 sayang, kenapa?"

Laya yang mari kita panggil Bara menggelengkan kepalanya.

"Aku masih sekolah?" Lisa mengangguk.

"Iya, kamu masih sekolah. Kamu koma selama 1 tahun, mami menunda kegiatan sekolahmu. Dan kamu masih di kelas 12 nak."

Bara menghela nafas, itu berarti ia akan bertemu dengan semua pemain di novel.

"Udah ah jangan pikirin itu dulu, kamu istirahat dulu yang cukup nak"

"Bara 1 tahun ini baring Mulu mi" jawabnya dengan cemberut. Lisa hanya terkekeh mendengar jawaban anaknya.

.
.
.
.

Satu Minggu Bara di rawat, kini waktunya untuk ia pulang. Sang Mami tengah mengemasi barang barang milik Bara. Sedangkan Bara tengah mandi.

Bara yang jiwanya di isi oleh Laya itu terkejut ketika melihat milik Bara. Besar dan berurat, kata yang spontan ia ucapkan ketika menyentuhnya.

Kita skip saja bagian tak senonoh ini.

Bara kini sudah sampai di depan pintu mansion milik keluarga Sudjiwo. Lisa terus mengandeng Bara mengajaknya masuk ke dalam rumah.

Di dalam terlihat sangat sunyi, seperti tidak berpenghuni. Kemana anggota keluarga lainnya? Rumah ini hanya seperti pajangan saja.

"Sepi banget, tiga curut itu kemana mi?" Tanya nya.

"Si kembar 1 Minggu ini lagi di puncak bang sama temen temennya, kalau adek lagi nginep di rumah tantemu." Jelas Lisa.

Bara mengangguk anggukan kepalanya, tangannya di tarik Lisa masuk ke dalam lift.

"Kamar kamar itu ada di lantai dua semuanya, kalo lantai satu tempat aktifitas sehari hari. Lantai tiga itu Art dan service Area"

Bara hanya mendengarkan Lisa yang menjelaskan setiap bagian dari mansion mereka. Hingga sampai lah ia di depan kamarnya.

"Dah kamu masuk gih istirahat, bandung jakarta lumayan soalnya" Yap, memang rumah sakit yang di tempati Bara berada di bandung.


Cuma test ombak, klo banyak yang minat baru di lanjutin

Becoming the Main Antagonist BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang