Hayiiii, pa kabs gusy? Udah masuk musim hujan nih, take care of urself yall..
Update karena max 4th wdc + Sainz P3 xixi
Jangan lupa vote commentnya ya gusy! Happy reading:>
.
.
.Malam ini, Bara tengah bersama teman temannya di sebuah sirkuit yang sedang mengadakan pertandingan ilegal.
"Bar, mau turun gak?" Tanya Rafi, yang baru saja kembali setelah membeli minuman.
Bara menggeleng, lalu ia menerima sekaleng cola yang di berikan Rafi.
"Rugi banget Lo kaga turun, lumayan hadiahnya gede Bar" Bara sama sekali tak tergiur dengan hadiah yang di berikan.
"Males ah kaga ada yang sebanding" Rafi memutar bola matanya malas. "Lawan si Lias noh biar sebanding" Bara hanya tertawa kecil.
"Kai mana?" Tanya Rafi.
"Noh lagi menelin ketua geng sebelah" Bara menunjuk Kai dengan wajah.
Rafi menatap kearah yang di tunjuk Bara, ia berdecak melihat Kai yang kecentilan bersama dengan ketua geng motor sebelah.
"Temen lu centil banget dah Bar"
"Temen Lo juga itu."
Lias yang baru selesai mendaftarkan diri bergabung kembali dengan mereka.
"Dapet lawan siapa Lo?" Lias meminum cola yang di sodorkan Rafi. "Lawan si Liam"
Rafi dan Bara hanya mengangguk kepalanya mengerti. "Si Kai mana?" Tanya Lias yang menyadari tidak adanya eksistensi manusia satu itu.
"Noh lagi sama lawan Lo" Lias menatap ke arah kerumunan geng sebelah, ia menggeleng geleng kepala ketika melihat tingkah centil temannya.
"Anjing tuh uke, centil banget heran gua"
.
.
.
.Setelah melihat temannya balapan, Bara segera pulang karena adiknya menelponnya.
Di perjalanan Bara di buat berhenti karena segerombol preman yang sepertinya sedang memukuli orang.
ntah siapa, Bara sama sekali tak peduli ia hanya ingin pulang dengan segera.
Tin!
Suara klakson motor miliknya berbunyi mengalihkan perhatian mereka.
Bara memberi isyarat menggunakan tangannya menyuruh mereka untuk menyingkir dari jalannya.
Preman itu tak mengerti dengan maksud Bara, bara berdecak ia melepas helmnya. "Minggir"
Mata bara yang tak sengaja menatap wajah yang sudah babak belur itu terkejut. Sepertinya Bara kenal dengan orang yang sedang di keroyok itu.
Bara turun dari motornya, menghampiri para preman itu.
"Ngapain Lo? Ganggu kita kita aja? Mau jadi pahlawan Lo?"
Bara menatap malas pada pria botak di depannya. "Lepasin dia" si botak itu menatap Bara terkekeh "Lo mau gua lepasin dia? Lawan kita kita dulu sini"
Bara menghela nafas, lalu ia mulai melawan para preman itu, hingga mereka kalah telak dan langsung pergi meninggalkan Bara.
Bara menghampiri orang yang terkapar itu, wajah yang babak belur itu membuka sedikit matanya. Ia menatap Bara.
"Makasih" ucapnya lemah.
"Bangun, Lo bisa kan?" Orang itu mengangguk, ia berusaha untuk bangun namun ia malah kembali terjatuh.
Bara yang melihatnya menghela nafas, Bara berjongkok menyuruh orang itu untuk naik ke punggungnya.
"Naik" ucapnya, orang itu dengan perlahan naik ke dalam punggung Bara, ia melingkarkan tangannya pada leher Bara.
Bara mengangkat orang itu, membawanya duduk di atas motor sport miliknya. Kemudian Bara naik ke atas motornya.
"Pegangan" orang itu hanya mengangguk dengan patuh.
.
.
.
.Bara telah sampai di apartemen milik orang yang ia tolong, Bara membawa tubuh ringkih itu ke dalam kamar, merebahkannya di ranjang king size yang berada di sana.
Bara melepas kemeja milik pria itu, menyisakan singlet putih yang dipakainya. Bara mengambil kotak p3k yang berada di dapur.
Membersihkan darah yang berada di sudut bibirnya, lalu ia mengompres memar di pipi Pria itu.
Pria itu tak henti memandangi wajah Bara yang terlihat serius mengobatinya. Bara yang merasa terus di pandangi menatap tepat pada mata si pelaku.
Membuat si pelaku terkejut dan malu karena telah tertangkap basah memandangi wajah si penyelamatnya.
"Berhenti mengagumi muka gua, Orion" Ya, orang yang Bara tolong adalah Orion, si ketua geng Zemore.
Orion mengalihkan pandangannya malu, pipinya yang membiru kini terlihat ada bercak kemerahan.
Bara hanya tersenyum miring, lalu kembali fokus mengompres wajah dan bahu Orion.
Setelah selesai Bara mengemas kotak p3k itu kembali dan menaruhnya ke tempatnya kembali.
Saat kembali ke dalam kamar, Orion sudah tertidur. Bara menghampirinya merapihkan posisi tidur Orion dan menarik selimut hingga menyisakan kepala dan setengah pundak Orion.
Bara yang berniat untuk pulang ter urung karena Orion menahan tangannya.
"Jangan di tinggalin" pintanya dengan mata masih terpejam.
Bara menatap Orion bingung, maksud Orion dirinya harus menginap kah? "Gua harus nginep gitu?"
Orion mengangguk masih dengan mata pejam. Bara menghela nafas. "Yaudah, lepas. Biar gua tidur di sofa"
Orion menggeleng "gak mau, tidur bareng aja! Kasurnya besar kok"
Bara terkekeh gemas "oke, oke. Lepasin dulu, gua mau ke kamar mandi." Orion langsung melepaskan cekalan yang sangat erat itu.
Setelah selesai mandi, Bara keluar dengan handuk kecil yang terus ia usak ke kepalanya.
Bara melihat Orion yang ternyata sudah tertidur pulas.
Bara tersenyum gemas, ia menaruh handuk kecil itu di kursi belajar milik Orion mengambil ponsel miliknya dan mengabari adik berserta maminya.
Bara dengan iseng memfoto Orion menggunakan ponsel miliknya.
Setelahnya ia masuk ke dalam selimut yang sama dengan Orion dan mengubah lampu terang menjadi temaran.
TBC
Asik dah nyampe penghujung, ak kembali kesetelan awal reader cerita homosek, up lagi nunggu mood nulis muncul ya cayang cayangku:*
author mengucapkan selamat kepada max verstappen atas terpilihnya kembali sebagai world champion aka wdc.
#4periodewdcmaxverstappenLopyu ol
- Meng
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming the Main Antagonist Brother
Short StoryAlaya Vienne, anak SMA yang prestasinya dimana mana. pada saat itu Laya tengah berjalan di lorong sekolah yang sepi karena memang para murid sedang belajar. suara tiga insan berbeda gender terdengar, si gadis membawa bawa namanya. Laya yang namanya...