PROLOG

119 14 0
                                    

"Perjodohan putri ketiga dengan raja Jevar sudah ditetapkan."

Tepuk tangan dan sorakan pun mengudara, menggambarkan betapa bahagianya orang-orang atas keputusan ini.

Hanya saja.

"Tidak! bagaimana mungkin kalian menjodohkanku tanpa persetujuanku." teriak putri ketiga dia Agnes Beverly, menolak lantang keputusan itu.

Ruangan pun seketika senyap sorot kemarahan terlihat jelas dalam mata putri tersebut, seakan akan aura kemarahan itu menyelimuti ruangan ini.

Hening.

"Maaf putri tapi ini keputusan mutlak dari raja."

"Raja," lirih Agnes, hatinya dilanda penuh kemarahan, seiring akan hal itu kakinya terus melangkah mengantarkan nya ke depan singgasana sang raja.

"Ayah aku menolak perjodohan gila ini, aku tak mau menikah dengan raja tiran itu!" ucap Agnes lantang dia benar-benar diliputi amarah.

"Kau ternyata mulai berani melawan keputusan ku putri."

Agnes tidak tinggal diam mendengar hal itu.

"Disini aku bicara sebagai seorang anak ke ayahnya, bukan seorang putri pada raja, dan perjodohan ini menyangkut kehidupanku, mana mungkin aku diam saja dengan keputusan ini," ucap Agnes tegas.

Sayangnya tidak banyak orang yang tahu bahwa air mata kesedihannya sedang ia tahan mati matian demi meluapkan amarahnya.

Merasa tidak ada jawaban dari sang raja, putri ketiga itupun berbalik meninggalkan tempat ini.

Tapi sebelum itu.

"Jika kau menolak perjodohan ini maka sama saja kau memberontak kerajaan Rowena putri."

Langkah Agnes pun terhenti hatinya terasa sakit mendengar ucapan ayahnya itu.

"Kenapa ayah, kenapa harus aku? apa ini karena aku adalah putri terkutuk lantas ayah melakukan ini."

Agnes pun tertawa hambar berharap ini hanyalah lelucon yang tak pernah benar-benar terjadi.

Tapi ini nyata.

"Aku kecewa padamu ayah."

Lantas putri itu pergi meninggalkan ruangan, menyisakan satu orang yang dilanda penuh keputusasaan atas kejadian tadi.

🥀🥀🥀

Di dalam kamar dengan ornamen yang begitu elegan.

Agnes kini duduk dibalkon kamarnya sambil melihat bulan sabit yang kurang beberapa hari akan menjadi bulan purnama.

"Sudah lama kita tak bertemu, bulan purnama yang dulu kita lihat keindahannya, kini adalah sebuah kutukan untukku-

-sayang sekali," lirih Agnes tak kuasa menahan isakanya.

Kalau saja...

Kalau saja dulu dia tidak dipertemukan dengan remaja lelaki itu, mungkin sekarang dia memilih mengakhiri hidupnya di dunia antah berantah ini.

Tapi sekarang.

Sosok itu dimana?

"Kau dimana Faren."

Agnesia Beverly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang