1. panti asuhan

294 30 4
                                    

Chiquita mendengus pelan saat sadar bahwa adik kecil nya yang bernama Kathrin kembali menghilang, gadis cantik itu beranjak dari tempatnya dan berjalan keluar kamar. Matanya menelusuri setiap inci rumah dengan seksama, mencari keberadaan Kathrin yang suka sekali menghilang di saat ia tengah tertidur menjaga adik-adik kecilnya yang lain.

Chiquita memakai sandal jepit nya tepat saat ingin keluar, langkahnya menyisir jalan dengan cepat saat melihat Kathrin yang tengah terduduk di atas ayunan bersama Wira. Ke-duanya asik berbincang dan tertawa bebas selayaknya anak kecil.

Chiquita tersenyum, langkahnya menghampiri mereka kini sudah dekat.

"Kathrin, Wira.." panggil Chiquita lembut.

Ke-duanya menoleh, mendapati Chiquita yang berdiri di hadapan mereka dengan senyum lembut. Gadis cantik itu berjongkok untuk menyamaratakan tinggi ke-dua adiknya.

"Kalian tau sekarang jam berapa?" tanya Chiquita, suaranya terdengar sangat lembut dan perhatian. Seolah tak ingin sesuatu terjadi pada anggota keluarga nya.

Wira melirik Kathrin yang menunduk, anak kecil itu tau kalau Kathrin takut dengan pertanyaan Chiquita. Wira menatap Chiquita, "aku yang ngajak Kathrin keluar Kak, jadi jangan marahin Kathlin," ucap anak kecil itu polos. Ia berjalan mendekat dan mencium pipi Chiquita, seolah menyakinkan ucapan nya barusan.

Chiquita terkekeh pelan, merasa lucu dengan ucapan adiknya yang baru memasuki umur empat tahun. Ia tersenyum lembut dan mencubit pelan pipi Wira yang sedikit terisi akhir-akhir ini, "Kakak gak akan marahin, Wira.." ujar Chiquita menenangkan.

Gadis itu berdiri dan langsung menggendong Wira naik ke atas tubuhnya, ia menatap Kathrin yang langsung turun dari ayunan dan memberikan ke-dua tangannya, memberi isyarat bahwa ia juga ingin digendong sama seperti Wira.

Chiquita sedikit berjongkok dan langsung membawa Kathrin ke dalam gendongannya. Gadis cantik itu kini berjalan kembali masuk ke dalam panti sembari terus berbicara, "kalo udah malem jangan keluar-keluar lagi, ya, Wira.. Kathrin.. Kakak gak mau nanti kalian kenapa-napa.." ujar Chiquita lembut.

Kakinya melangkah menuju satu kamar dimana itu adalah kamar milik anak-anak kecil seumuran Kathrin dan Wira.

Chiquita menurunkan ke-dua nya di atas karpet dengan hati-hati, membiarkan mereka berjalan menuju kamar mandi untuk melakukan bersih-bersih seperti menggosok gigi. Sedangkan dirinya menyiapkan baju tidur milik ke-dua adik kecilnya.

"Habis ini langsung tidur ya, Kathrin.." ingat Chiquita saat memakaikan baju tidur hello kitty milik Kathrin. Gadis cantik itu lantas tersenyum saat melihat Kathrin yang langsung menidurkan dirinya di samping Wira yang mungkin sudah terbang ke alam mimpi.

Chiquita berjalan keluar kamar, menutup pintu nya pelan dan melangkahkan kakinya menuju kamar miliknya sendiri.

Kamar yang hanya di huni oleh satu orang dengan ukuran yang kecil. Chiquita masuk ke dalam kamarnya yang terbilang cukup rapih, meskipun kadang berantakan karena Kathrin yang selalu mengacak acak kamarnya saat ia tinggal sekolah.

Chiquita langsung merebahkan dirinya ke atas kasur, menghiraukan aktivitas bersih-bersih nya yang sudah menjadi kewajiban. Hari ini mungkin cukup melelahkan karena ia harus mengurus berkas-berkas yang harus di bawa saat daftar sekolah.

Chiquita mengubah posisinya menjadi terlentang, menatap langit-langit kamar dengan perasaan hampa. Meskipun sekolah nya saat ini hasil beasiswa namun tetap saja, Chiquita rasa ia sendiri yang harus melakukan registrasi sendiri tanpa bantuan siapapun. Ingin meminta ibu Yaya pun tak enak, pasalnya wanita itu sudah cukup dibuat pusing oleh adik-adik nya di sini.

Helaan nafas terdengar sangat jelas di pendengaran Chiquita, mengingat lusa adalah MOS yang akan dilaksanakan di sekolah baru nya, dan sialnya ia masih belum mempersiapkan semuanya.

"Besok aja deh, gue bikinnya."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Chiquita mendengus kasar, gadis cantik itu selesai dengan pembuatan papan namanya yang sedikit berantakan akibat gangguan adik-adiknya. Ia terlihat pasrah saat Wira dengan nakal memakai papan nama buatan nya dan memamerkan nya langsung ke anak anak yang lain.

"Liat deh liat! Aku sekarang jadi kak Chiqu!" heboh Wira bangga, tangan nya menunjuk nunjuk papan nama di leher nya secara antusias -memamerkan hasil kerjanya sebagai asisten Chiquita- semuanya terlihat sangat antusias mendengar nya, bahkan ada beberapa yang langsung minta dibuatkan seperti papan nama seperti itu.

"Woi, lagi ngapain sih kalian?" tanya seseorang yang datang dari balik pintu dengan mimik wajah kesal. Chiquita menoleh, mendapati Haruto yang baru saja selesai mencuci piring.

"Berisik amat sampe dapur," lanjut cowok itu yang langsung duduk di samping Chiquita. Mata tajamnya melirik bekas-bekas kardus sisaan Chiquita, "bikin papan nama lu buat besok?"

Chiquita mengangguk mengiyakan, tangan nya menerima papan nama yang Wira kembalikan padanya. "Iya bang, tapi.."

Haruto mengangkat satu alisnya, bingung sekaligus heran dengan ucapan Chiquita yang terbilang gugup. Tak biasanya gadis cantik itu sampai se-gugup ini untuk perihal sekolah. "Lo takut?" tanya Haruto to the point.

Chiquita tersentak, dia terdiam beberapa saat sebelum menghembuskan nafasnya pelan untuk menjawab pertanyaan Haruto, "Bukan itu bang,"

"Terus?"

Chiquita tampak ragu memberi tau, ia tak ingin kembali merepotkan Haruto sama seperti tiga tahun lalu saat ia masuk SMP.

"Gak apa bang, gak penting juga." Chiquita mulai membereskan semua barang-barang nya yang berserakan dengan dibantu oleh Wira.

Haruto menatap Chiquita dengan tatapan yang tak bisa diartikan, tak lama ia merasakan seseorang menepuk pundaknya pelan. Ia menoleh dan mendapati Gabriel yang memberikan nya secarik kertas.

"Apa ini?" tanya Haruto pelan, tangan kirinya menarik Gabriel untuk duduk di pangkuan nya. Cowok jangkung yang usianya dua tahun lebih tua dari Chiquita itu langsung membaca tulisan tangan yang terlihat sangat rapih di secarik kertas tersebut, bahkan Gabriel saja yang umur nya baru tiga tahun bisa mengeja huruf demi huruf yang tertulis.

Haruto terdiam sesaat, jadi ini alasan kenapa Chiquita tak mau mengatakan hal ini padanya. Gadis cantik itu seperti nya tak mau merepotkan nya lagi karena merasa tak enak. Haruto mengelus lembut rambut hitam Chiquita membuat empu nya menoleh, mata ke-duanya bertemu.

"Mulai besok lo udah bisa kerja di cafe temen gue," ucap Haruto memberikan secarik kertas yang Gabriel berikan padanya. Chiquita tentu langsung menerimanya, gadis cantik itu membaca deretan kata di atas kertas putih tersebut sebelum sadar bahwa itu adalah list barang yang harus dibawa saat MOS besok.

Ia menoleh ke arah Haruto yang pergi keluar kamar bersama Gabriel dan anak-anak lainnya. Namun, sebelum itu ia menoleh ke belakang terlebih dahulu untuk mengatakan sesuatu pada Chiquita.

"Kita disini keluarga, Chiqu. Lo gak usah ngerasa gw bakal keberatan sama semua hal-hal yang bersangkutan sama lo. Justru gue seneng, gue ngerasa dihargai sama permintaan lo, terlebih lagi kita udah bareng dari lo yang suka jatuh di halaman depan," ujar Haruto datar. Ucapan cowok itu entah kenapa terasa seperti sengatan listrik bagi Chiquita, gadis cantik itu tersenyum tipis sebelum berlari ke lorong kamar-kamar panti.

"KALO GITU CARIIN CAPING YA, BANG HARU!!" teriak Chiquita antusias yang langsung dibalas dengan acungan jempol oleh Haruto.

Chiquita semakin bersemangat saat melihat respon Haruto, ia jadi tidak sabar untuk bertemu teman-teman baru besok. Gadis cantik itu kembali berjalan memasuki kamar dan membuang sampah-sampah kardus yang tidak dipakai lagi ke luar, tentu saja dibantu oleh Wira dan anak-anak lainnya.

Di umurnya yang terbilang masih sangat muda, Chiquita harap hal baik senantiasa menaungi dirinya dengan segala kebahagiaan. Ia menerima kardus kecil dari tangan mungil milik Thea dan langsung membuang nya ke tong sampah, tentu ia juga mengapresiasi semua adik-adiknya yang ikut membantu dirinya.

Senyum cerah yang terpancar dari wajah mereka seolah memberikan ketenangan dan kedamaian dalam diri Chiquita. Gadis cantik itu akhirnya mengajak adik-adiknya untuk kembali masuk ke dalam panti dan bermain di sana.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
1205 kata.

relationship with bullying [ chiyeon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang