" kau bertemu dengannya? Dimana dia sekarang? " tanya so hee panik, ia bahkan tidak sadar telah menggoncang bahu shunxi dengan kuat.
" sayang tenangkan dirimu... " ujar songkang menarik so hee menjauh.
" setelah aku tiba di polsek, dia langsung pergi... aku tidak tau kemana? Apa yang terjadi? Apa dia tidak pulang? " tanya shunxi melihat wajah kedua orang tau jisung yang tampak lelah dan khawatir.
" anak itu pergi... " ujar so hee lesu.
" pergi? Kemana? apa jisung berkelahi dengan om dan tante? Dia kabur dari rumah? " tanya shunxi penasaran.
" biar aku saja yang menceritakannya padanya, masuklah kedalam... felix tidak mau makan daritadi... " ujar songkang yang dibalas anggukan oleh so hee.
" om? Sebenarnya ada apa? "
.......
" felix sayang... " panggil so hee sembari membawakan senampan makanan kesukaan sang anak setelah dirinya selesai membersihkan diri secara kilat.
" lixie udah makan? Kata ayah kamu belum makan? Makan yuk, ibun suapin... ibun masak makanan enak loh, kesukaan kamu... " ujar so hee mengelus lembut surai sang anak yang duduk meringkuk, memeluk dirinya sendiri sembari termenung.
" lixie... " panggil so hee lembut.
Melihat kondisi sang anak yang terdiam seperti itu membuatnya menangis, ia sungguh merasa bersalah pada kedua anaknya atas apa yang terjadi pada mereka di masa lalu.
Namun itu semua juga bukan inginnya, itu adalah takdir yang sudah tertulis untuknya.
" lixie.... dengarin ibun... ayah songkang mungkin bukan ayah kandung lixie dan icung... tapi ayah songkang sayang banget sama kalian berdua... kalian sudah seperti anak kandungnya... "
" maaf karena ibun nyembunyiin fakta dari kalian selama ini... tapi untuk ceritain semua masa lalu sama kalian juga bukan hal yang diperlukan... "
" itu sudah masa lalu, sudah lewat... kita hanya perlu menjalani masa sekarang... "
" mungkin dulu ibun membenci kalian saat masih di dalam perut, berulang kali ibun mau ngebunuh kalian berdua bersama diri ibun... "
" tapi bukan berarti ibu gak sayang sama kalian nak... ibu sangat sayang sama kalian, ibu tidak bisa berpikir jernih saat itu... saat itu ibu hanya sendirian, ketakutan, kesakitan, ibu depresi sayang... dan hanya kematian lah satu-satunya yang terbesit dalam pikiran ibu kala itu... "
" namun kalian terus berjuang... kalian gak nyerah, kalian gak bolehin ibu untuk bawa kalian pergi menemui nenek kalian... hingga ibu akhirnya sadar jika kalian berhak hidup di dunia ini... "
" kalian bukan anak haram, meskipun kalian hadir tanpa diinginkan siapapun... tapi kalian tetaplah kesayangan ibun... kesayangan ayah songkang, kesayangan paman jinyoung... "
" hadir kalian mengajarkan banyak hal dalam hidup ibu... ibu belajar dewasa karena adanya kalian... "
" luka lama memang tersisa, luka lama memang masih membekas di hati dan pikiran... tapi bukan berarti seseorang harus tenggelam dalam luka itu lebih lama... "
" hidup berjalan... "
" kalian mungkin syok setelah mendengar itu semua... ayah songkang yang bukanlah ayah kandung kalian... kalian yang terlahir dari hasil yang tidak seharusnya... ibu yang berulang kali hendak menggugurkan kalian dulu... "
" tapi percayalah nak... itu semua masa lalu... masa sekarang hanya ada kita... keluarga kita berempat... "
" ayah dan ibu yang menyayangi kalian, lupakan sosok kakek kalian... sejak awal dia tidak ada dalam keluarga kita... ibu bahkan tidak ingin mengingatnya lagi... "
" lixie makan nanti ya... jangan sampai gak makan, nanti kalo kamu sakit, ibu ikut sakit... "
" tenangkan lah dirimu ya... ibu mau bicara sama ayah dulu... ibu mau cari jisung... kamu disini aja ya, jangan tinggalin ayah dan ibu juga... " ujar so hee mencium lembut dahi felix lalu beranjak dari kamar sang anak. Membiarkan felix berpikir jernih.
Felix sendiri menangis setelah sang ibu keluar dari kamarnya, ia tahu... ia tahu semua yang terjadi bukanlah salah siapapun... tapi dirinya tidak bisa untuk tidak merasakan sakit, kecewa dan marah pada kedua orang tuanya... dia butuh waktu untuk kembali tenang.
Tling!
Lixie, jangan cari icung... icung baik-baik aja... icung bakalan pulang setelah selesai mengurus apa yang icung harus urus... baik-baik dirumah lixie, jangan nakal...
" hiks, dasar tupai bodoh! Pergi kagak ngajak! " omel felix melempar ponselnya kesal dengan pesan sang kembaran.
.....
" jadi begitu.... jisung dan felix pasti syok sih om... tapi untuk apa jisung mencari pelakunya? Apa dia mau menghajar pelaku pemerkosa tante so hee? Dia saja tidak bisa bela diri... " ujar shunxi membuat songkang meringis.
" yah, salah om tidak mengajarkannya ilmu bela diri... "
" baiklah, aku akan mencarinya... aku akan mengecek CCTV di jalan... dia akan ketemu hari ini juga... " ujar shunxi bangkit dari duduknya.
" tidak usah, ini sudah malam... besok saja... " ujar so hee yang baru saja nimbrung.
" aku akan mengecek CCTV malam ini, mungkin besok pagi aku bisa mencarinya... om, tante tenang saja... aku akan pastikan membawa jisung pulang... " ujar shunxi membuat so hee terharu.
" andaikan aku punya anak perempuan, sudah kujodohkan kalian... " ujar so hee membuat shunxi terkekeh.
" baiklah, aku permisi dulu om... " pamit shunxi.
" hati-hati... "
( kau ya jisung menyusahkan saja, lihat saja kalo ketemu... ku gantung kau di jembatan layang! ) inner shunxi menggerutu.
" aku harus balik lagi deh ke kantor.... " gumam shunxi menghela nafas lelah.
.
.
.
." motor kampret! Bisa-bisanya pake acara mogok segala! Sial banget hari ini! Tugas ketinggalan! Motor mogok! Pake acara jatuh ke selokan perkara di kejar anjing! Sial banget! " gerutu jeongin yang tengah menuntun motornya yang mati.
" alah... istirahat dulu lah... encok, besok kau ku tukar jadi motor bebek aja lah biar gak berat alu nuntun kalo mogok! Ah elah! Body gede amat! " omel jeongin menepuk tangki motor sportnya.
" eh? Siapa tuh? Ngapain dah berdiri di ujung jembatan? " gumam jeongin mengernyit melihat seseorang tengah berdiri di sebrang jalan.
" anjir! Jangan bilang mau bunuh diri! Woi! Jangan loncat! " teriak jeongin berlari secepat mungkin menghampiri orang yang sudah menaiki pembatas jembatan.
Beruntung jeongin sangat suka olahraga, sehingga ia tiba tepat waktu sebelum orang itu meloncat. Menariknya turun hingga mereka berdua terjatuh bersama.
" lah heh? Kakek-kakek? " gumam jeongin terkejut.
" kek yang bener aja! Udah bau tanah masih mau bunuh diri?! Bentar lagi juga di panggil sama malaikat maut! Gak sabaran amat! Minimal kalo mau bunuh diri jangan depan mata saya kek! Nanti dikira saya yang ngebunuh kakek! Iya kali masuk jeruji lagi! " gerutu jeongin mengomeli sang kakek yang menangis.
" padahal udah suhu, kok masih cupu... ternyata suhu masih bisa nangis ya... kakek kenapa? Kalo ada masalah cerita kek... jangan bunuh diri... hantu juga gak mau kakek join circle mereka, udah lewat batas usia soalnya... " ujar jeongin menghapus air mata sang kakek dengan tisu.
" kakek merusaknya lagi... kakek merusak lagi... "
" hah? Apa yang kakek rusak? " tanya jeongin bingung.
" kek! Kakek! Lah malah pingsan! " pekik jeongin panik, menopang tubuh sang kakek agar tidak tiduran di aspal jalan.
Dengan tangan yang bebas, jeongin berusaha menghubungi orang rumah. Berusaha tetap tenang, meski nyatanya ia takut setengah mati.
Memikirkan jika dirinya di begal di saat kondisi seperti itu sangatlah tidak lucu.
" hyung! Jemput gue pake mobil sekarang! Tolongin gue! Cepat hyung! Bawa minnie hyung ikut sekalian! Kalo dia masih di rumah sakit suruh pulang! Gue sharelock! Cepetan ino hyung! "
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT YET, 2 ( STRAYKIDS ) HIATUS
Fanfictionsequel panti asuhan skz... Kisah 8 anak panti ketika mereka dewasa dan sudah memiliki jalan hidup masing-masing...