Chapter 2: Awal Dari Semuanya

137 12 28
                                    

"Seperti yang sudah dijelaskan dalam rapat-rapat sebelumnya."

Seorang petinggi partai tiba-tiba saja menyela perkataan Alfiansyah, sambil mengangkat tangannya.

"Maaf pak, saya kayaknya ketinggalan dikit. Bisa jelaskan ulang yang sebelumnya itu apa?"

"Makanya kamu jangan gak masuk kemarin." jawab Alfiansyah dengan sedikit ketus.

"Maaf atas perbuatan saya, pak."

"Yaudahlah, tidak apa-apa. Toh juga akan saya jelaskan lagi biar bisa ingat tujuan kita apa."

Alfiansyah mengambil posisi duduk yang paling pas untuknya. Dia menjadi semakin serius sekarang.

"Partai ini kita dirikan agar kita semua bisa menjadi pemimpin tunggal di negara ini. Maka dari itu, saya menentang keras bila ada seseorang pun yang mengacaukan kepentingan kita, termasuk si Joko Widodo itu."

Raut muka Alfiansyah menjadi sinis, seakan-akan dia melontarkan kebencian yang teramat sangat ke seseorang. Dia memang benci Jokowi.

"Maka dari itulah, sejak 4 bulan terakhir, saya bekerjasama dengan tokoh-tokoh perwira TNI, terutama yang ada di depan kalian sekarang ini.

Kenapa? Karena hanya inilah jalan kita agar bisa menjadi pemimpin tunggal, pemimpin nomor wahid. Kita tidak punya jalan lain selain satu kata ini: Kudeta."

"A-APA?!"

Para petinggi partai menjadi tercengang. Tak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa partai ini didirikan untuk menggulingkan kekuasaan seseorang.

"Tenang saja, kawan-kawanku semua. Kelancaran aksi ini telah dijamin. Saya sudah mendapat laporan dari Brigjen Polisi Hutabarat mengenai situasi dan kondisi keamanan Istana. Kita bekerjasama dengan POLRI dan TNI dalam hal ini. Mengenai hal tukar-menukar informasi, pihak TNI yang ada di hadapan kawan-kawan semua beserta ketuanya, Letjen TNI Alif Indrapura, sudah saya beritahu."

Mereka mulai bergosip satu sama lain. Mereka mempertanyakan, apakah aksi ini akan berhasil? Apakah partai akan mengisi kekuasaan di Indonesia? Atau malah sebaliknya?

"Tapi yang paling penting adalah, saya minta kawan-kawan bisa menahan diri supaya jangan serba ingin tahu. Ini semua demi keadaan darurat kelak, bila terjadi sesuatu di luar rencana kita. Tidak semua orang mampu menahan siksaan untuk tetap tutup mulut, dan tidak membocorkan nama-nama demi keselamatan partai.

Karena itu saya tidak berani menyebutkan nama-nama perwira TNI-POLRI lain yang akan terlibat dalam aksi ini selain yang hadir di sini, atau penjelasan detail lainnya sehubungan dengan pertanyaan yang terakhir, ataupun hal-hal yang kemungkinan berbahaya bagi kita.

Saya berani menyatakan, bahwa pengaruh partai di kalangan TNI dan POLRI lumayan, dan ini pun berpengaruh kepada daerahnya. Jadi pengaruh kita di pulau Jawa adalah baik, kecuali di Ibu Kota Jakarta, dan yang terbaik adalah di Jawa Timur."

Selagi mulut Alfiansyah berkomat-kamit, para petinggi partai dan perwira TNI yang hadir terus bertukar informasi mengenai aksi kudeta yang akan dilancarkan.

"Selain itu, ada faktor yang menguntungkan kita. Karena ada ketidakkompakan di dalam pertahanan istana. Pasukan Paspampres dapat kita netralisir dengan mudah. Sementara itu, TNI-AD akan membantu mengerahkan pasukan dari Kodam Jaya dan Kostrad."

Tiba-tiba, seorang petinggi partai mengangkat tangannya. Penampilannya lumayan rapi dengan kemeja batik, tetapi berkumis tebal dan rambutnya sedikit panjang.

"Maaf, interupsi. Apakah ketua berpendapat, bahwa aksi ini dapat sukses dengan hanya dilaksanakan di Istana dan Jawa saja? Terimakasih." tanyanya dengan rasa penasaran.

For My CountryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang