Mihawk duduk dengan anggun di ruang tamunya yang megah, sebuah piala anggur merah di tangan. Malam itu tenang, hanya terdengar suara api yang berderak di perapian. Ia menikmati kesendirian, merenungi arti hidup sambil menatap keluar jendela yang terbuka, memandangi bulan purnama.Namun, ketenangan itu segera terganggu oleh suara pintu yang dibanting keras.
"DAD! Liat nih, aku modif pedangku!" Zoro masuk dengan penuh semangat. Penampilannya kontras sekali dengan Mihawk. Jaket kulit hitam penuh paku, celana robek, rambut hijau yang acak-acakan, dan yang paling menyolok—pedang-pedangnya yang sekarang berwarna neon.
Mihawk memandang anaknya dengan ekspresi datar. Mata emasnya yang biasanya tenang kini berkedip sekali, seperti sedang memastikan bahwa apa yang ia lihat bukan halusinasi.
"Zoro," kata Mihawk dengan suara rendah namun tegas, "Apa yang kau lakukan pada pedangmu?"
Zoro, dengan bangga, mengangkat pedangnya yang sekarang bercahaya dalam kegelapan. "Keren, kan? Aku bosan dengan warna hitam, jadi aku kasih sentuhan warna biar lebih... eye-catching!"
Mihawk meletakkan piala anggurnya dengan hati-hati di atas meja. "Kamu adalah pewaris teknik pedang legendaris. Setiap ayunan pedangmu seharusnya membawa kehormatan dan ketakutan bagi lawanmu. Dan sekarang... kamu memutuskan untuk... mengecatnya seperti—" Ia berhenti, mencari kata yang tepat, "seperti mainan anak-anak?"
Zoro hanya tertawa, tidak merasakan sedikit pun rasa bersalah. "Ayolah, Dad! Dunia ini sudah cukup suram. Aku hanya ingin menambahkan sedikit warna!"
Mihawk memejamkan mata, menghela napas panjang. "Zoro, menjadi seorang pendekar pedang adalah tentang disiplin, keanggunan, dan kekuatan batin. Penampilanmu seharusnya mencerminkan ketegasanmu."
Zoro mengangkat bahu. "Tapi aku nyaman begini. Lagi pula, kalau aku nyaman, aku bisa bertarung lebih baik, bukan?"
Mihawk membuka matanya kembali, memandangi Zoro dengan tatapan penuh harapan yang sudah lama ia kubur. "Suatu hari nanti, Zoro, kamu akan mengerti. Gaya adalah segalanya."
Zoro hanya tersenyum lebar. "Dan menurutku gaya itu tentang mengekspresikan diri, dengan cara apapun yang aku mau!"
Mihawk terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangkat piala anggurnya lagi. "Ya sudah, setidaknya kalau kamu terlihat seperti itu, lawanmu mungkin akan tertawa sampai lengah."
Zoro tertawa keras, berjalan ke samping ayahnya, dan duduk dengan cara yang jauh dari elegan. "Nah, itu dia! Strategi baru, Dad. Strategi baru."
Mihawk hanya bisa menghela napas panjang lagi, kali ini meneguk anggurnya dengan dalam. "Kadang aku bertanya-tanya, bagaimana bisa kamu adalah anakku."
"Tentu saja karena aku keren," jawab Zoro dengan percaya diri, membuat Mihawk tak mampu menahan senyum kecil yang hampir tak terlihat.
---
Singkat saja, pemanasan 😬
KAMU SEDANG MEMBACA
Kastil Kuraigana and the Bonds of Family
HumorOneshot: Ini cerita spesial keluarga Roronoa Zoro bersama Ayah dan Kk Perempuannya yang sangat ademmm 🤭