Chapter 9

34 5 0
                                    

Anneliese tersenyum setelah mendengar bahwa Tuan Carlo akan menggelar acara pernikahan dengan putranya di Batavia bulan depan, berbeda dengan Tuan Camlo dia mendengarnya sungguh bingung suasana di ruang tamu begitu bercampur bahagia dan sedih, matanya terus bergerak seakan menandakan ada yang janggal di hatinya bagaimana untuk menghadapi Radjar setelah ini sungguh kejam apabila sampai dia mengetahui. Dari lantai dua Radjar dapat mendengar jelas semua pembicaraan mereka hingga tak terasa air mata mengalir hangat di pipinya, sungguh rumit Lika - liku cerita kehidupannya. Omong kosong yang keluar dari Tuan Camlo bagaikan duri di tenggorokan kiranya manis untuk ditelan rupanya hanya angan semata akan keindahan cinta yang bahkan belum jelas dari tujuan arahnya, apakah tuhan sedang menghukum nya? Ingin rasanya lari dari kenyataan ini untuk menghapus rasa kasih sayang yang tumbuh di hati tersirat sesaat tujuan awal dia datang ke sini mungkin akan gugur lebih cepat.

Di belakang rumah Radjar duduk memandang bunga Kamboja di telapak tangan sebagai saksi perasaan apa yang dirasakan saat ini hingga linang air mata turun lagi dengan Isak begitu sesak di dada, terus terisak semakin sakit di hatinya lalu dia memandang ke langit berharap hujan sekarang untuk menyamarkan air mata saat ini. Memang benar hujan telah turun tepat saat Tuan Camlo datang memeluk Radjar,

"Maaf, Aku belum bisa membuat mu bahagia seperti hari kemarin"

" Tidak apalah Tuan, memang manusia seperti saya di takdirkan seperti ini"

"Kamu bilang apa?"

" Saya hanya seorang pribumi tidak tahu malu, bagaimana bisa mencintai Tuan saya sendiri? Bahkan terlihat menjijikkan jenis cinta seperti ini"

Sejak sore itu benar-benar tidak bisa di lupakan Camlo terus mengenang dalam kenyataan bahwa apa yang dikatakan Radjar memang beginilah, tidak tinggal diam lagi karena waktu yang dimiliki hanyalah sedikit sebelum pernikahannya dengan nona Anneliese.

~~

Camlo duduk kemudian menyodorkan sebuah surat kepada Tuan Carlo yang sedang duduk di teras di belakang dengan cangklong di tangannya,

"Maksudmu?"

"Ayah tahu kan? Kalau sejak dulu aku ingin menjadi pembisnis? Aku ingin melanjutkan bisnis kakek di sana(Amsterdam) ini adalah sepucuk surat beliau yang pernah di berikan padaku"

"Ayah sebenernya tidak melarang tetapi bagaimana pernikahan mu dengan nona Anneliese? Keluarga kita sudah setuju dengan itu , apakah akan dibatalkan saja? Ayah tidak bisa membayangkan bagaimana kecewanya keluarga Vos"

"Tentang itu aku akan berbicara sendiri dengan mereka"

Bergegas ke rumahnya untuk menemui Radjar namun tidak menemukan dia ada disekitaran rumah. Camlo panik dimana  keberadaan Radjar hingga sore hari belum pulang, dia melaju menuju danau tapi sia-sia dia tidak ada di sana.

"Tuan!"

"Kamu kemana saja" tangisan lirih

"Saya tidak kemana-mana hanya pulang mengunjungi rumah saya di desa sebelah"

Memegang kedua tangannya kemudian menjelaskan rencana pada radjar bahwasanya bertanya apakah dia mau untuk menandatangani surat kontrak.

"Aku ingin membawamu ke Amsterdam, di sana kamu akan bersama ku selamanya"

Radjar kaget seketika.

Radjar kaget seketika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


See u next

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

1889 : War and Love (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang