—Motivasinya baca tapi nggak kasih vote apa, ya? Slut?—
'Mata negara sudah ditutup Dewan keparat!'
'Tukang suap hidup enak, yang jujur jadi kriminal!'
'Pendidikan tunduknya sama uang Pejabat!'
"UDAH MISKIN! PEMBERONTAK PULA!" Teriak salah satu siswa berseragam elite itu lantang, mengundang seruan mengejek dari pasukannya yang memenuhi setengah jalan.
"NAJIS! ANAK MANJA TURUN KE JALAN BUAT APA?! PAMER LENCANA? LENCANA TAI ANJING KALI, AH! SEKOLAH SAMPAH PENGHASIL KORUPSI APANYA YANG DIBANGGAIN?!! KENTUT!"
Kalau dihina, ya balas menghina. Sekalipun kasta mereka jauh berada di bawah, tapi hinaan dari anak-anak pejabat itu sama sekali tidak mempan untuk sekedar menghentikan aksi mereka yang dianggap tolol.
Para siswa berseragam kusut di arah berlawanan dengan para siswa elite itu kini berada, justru mengangkat semakin tinggi spanduknya. Ditulis dalam bentuk asal-asalan, tapi maknanya jelas mampu setidaknya membuat oknum yang diserang merasa tersindir.
Perbedaan mereka sangat terlihat kontras. Bagaiaman siswa dari sekolah terbaik dengan seragam elite-nya, berhadapan langsung dengan siswa dari sekolah terburuk dengan seragam urak-urakan.
Suara siulan yang nyaring, setengah menggema di tengah-tengah jalanan besar yang sunyi, di kelilingi bangunan-bangunan kumuh itu—seketika menarik perhatian seluruh siswa.
Keadaan yang semula ricuh, mendadak hening. Seluruh mata menatap penasaran siswa berandalan yang dengan berani melangkah maju ke tengah-tengah area kosong, yang menjadi pembatas di antara kedua kelompok besar itu.
Seragam sekolahnya tidak dikancing, menyisakan kaos hitam yang terpampang dari dalam. Bordiran identitas yang sudah usang di belah kemejanya menampilkan nama 'Jay Park'. Topi yang dipasang terbalik, dengan tangkai permen yang masih diapit pada belah bibirnya yang kering dan pecah-pecah. Sama sekali tidak menarik perhatian.
Tapi, akibat sikap sok beraninya itu, jelas merubah fakta sebelumnya. Karena sekarang, seluruh siswa total melempar pandangan ke arahnya. Yang baris di belakang sudah berjinjit ricuh, sebagian berebut maju hanya untuk menyaksikan apa yang terjadi.
Segerombolan siswa elite yang sudah siaga pasang badan itu seketika dibuat bingung, ketika si berandalan mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. Bertingkah seakan tengah mengendus-ngendus aroma yang menguar di indera penciumannya.
"ADUHH! BAU DUIT HARAM ORANGTUANYA KECIUM!" Teriak siswa itu seketika memecahkan ketegangan.
CTAAK!
Situasi semakin ricuh ketika salah satu siswa berlambang Independent High School tanpa diduga nekat melempar batu hingga telak menghantam pelipis Jay, menciptakan cairan merah pekat yang mulai mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bumi Sebelah Sini [ JayHoon ]
RandomAnehnya, sesuatu yang secukupnya di sini justru seperti rumah baginya. Dom: Jay Sub: Sunghoon Warn! bxb!