Sunghoon tersenyum lebar. "Malam, Tante."
Senyum wanita itu tak kalah lebar. "Malam... Sunghoon, kan?" Dibalas dengan anggukan lucu dari oknum yang ditanya. "Cari Jay?"
Di luar dugaan. Sunghoon menggeleng. "Sunghoon ke sini," tangannya menarik menu makanan yang ada di tengah-tengah meja, "mau makan, Tante. Lapeer.. hehe.."
Mama Jay tidak bisa menahan tawa kecilnya. Walaupun dalam hati lagi-lagi dibuat bingung. Jarang-jarang yang seumuran Sunghoon rela malam-malam datang ke komplek pinggir kota seperti ini hanya untuk mencicipi masakan rumahannya.
Selain itu, Rona yakin. Sunghoon berasal dari keluarga terpandang. Menyadari seragam elite yang dikenakan anak itu. Jelas Rona tahu dari mana asal sekolahnya. Dan kalau dipikir-pikir, anak seumuran seperti Sunghoon ini biasanya lebih suka menikmati makanan modern yang tengah tren di kalangan anak muda. Bukannya makanan rumahan di pojok kota.
Anak ini unik, dan rendah hati. Begitu pikir Rona. Mengeluarkan kertas note sekaligus balpointnya, kemudian mulai mencatat menu makanan yang Sunghoon pesan.
"Oke. Tunggu sebentar, ya, Sunghoon. Mau sekalian Tante panggilin Jay? Biar ada temen ngobrol, nanti bosan loh." Tawar wanita itu riang. Senang melihat pesanan Sunghoon yang banyak.
Boleh! Sunghoon menggeleng, tersenyum. "Nggak usah, Tante. Nggak papa, kok." Tolaknya halus. Sepertinya gengsinya itu sedang tidak ingin mengalah.
Wanita itu hanya tersenyum, dan melangkah pergi untuk menyiapkan makanan. Namun, sebelum benar-benar melakukannya, Rona melirik kembali ke arah Sunghoon sambil melangkah meninggalkan meja dapurnya sebentar.
CAKRAWALA unggul lagi.
Sunghoon mendengus bosan. Tidak ada yang benar-benar menarik dari sosial medianya, selain berita basket dari sekolahnya yang akhir-akhir ini melaksanakan turnamen setelah ujian tengah semester usai.
Menggulir asal postingan-postingan yang beredar di instagramnya. Lelaki itu seketika mengangkat wajahnya, menyadari ada seseorang yang mengambil duduk di hadapannya. Sudah nampak Jay dengan rambut berantakannya yang tengah mengemut permen tangkai.
Memicingkan matanya, curiga. "Mama lo yang bilang, ya?" Tebak Sunghoon.
Menarik kembali permennya keluar. "Kenapa? Mau marahin Mama?" Sebelah alis Jay terangkat.
Seketika Sunghoon mendelik. Meletakan ponselnya di atas meja, dan total memusatkan perhatiannya pada Jay. "Mulut lo tuh emang nggak bisa dianggurin bentar, ya? Kalo nggak rokok, ya permen." Ia melirik permen Jay. Baru sadar kalau lelaki itu selalu punya sesuatu untuk dihisap setiap saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bumi Sebelah Sini [ JayHoon ]
LosoweAnehnya, sesuatu yang secukupnya di sini justru seperti rumah baginya. Dom: Jay Sub: Sunghoon Warn! bxb!