02 # Berandalan Sekolah Elite

621 99 6
                                    

Hidup itu realistis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidup itu realistis. Setidaknya begitu kata Sunghoon setiap ditanyai tentang poros dari kehidupan.

Park Sunghoon. Mantan Kapten Basket CAKRAWALA, yang sempat menyandang status sebagai primadona seantero Independent High School. Sayangnya, segala macam bentuk ketenaran itu tak berlangsung lama. Semuanya lenyap dalam sekejap, semenjak kejadian di hari itu. Banyak siswa menjauh darinya dan menjaga jarak. Katanya, sih, demi keselamatan bersama.

Sejauh ini tidak ada yang berani mendekati Sunghoon. Sekalipun hanya sekedar bertemu tatap, mereka bisa saja kencing di celana.

Lagipula, orang gila mana yang berani mengusik anak pejabat yang satu ini. Aura dinginnya yang mendominasi, tatapan tajam, dan raut wajah keras. Sorotnya seperti ingin membunuh setiap saat.

Setidaknya Sunghoon tak begitu peduli dengan pandangan orang lain terhadapnya.

Sejujurnya tidak semua siswa benar-benar ingin menjauhinya. Tidak sebelum ia sendiri yang akhirnya menutup diri, dan memutuskan untuk tidak akrab dengan siapapun.

Sunghoon mengasingkan diri. Hingga perlahan setidaknya mampu membuat keberadaannya tak lagi menarik perhatian. Dan anehnya itu justru membuatnya merasa jauh lebih tenang.

Bagi Sunghoon, masa berjayanya telah habis. Waktunya menjalani hidup dengan serius. Beranjak dewasa itu keras, dan dia telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segalanya.

Membentuk pribadi yang keras, yang nantinya mungkin bisa membuatnya kebal ketika realita yang keras menyerang. Baginya, berekspektasi itu kesalahan fatal. Alasan kenapa sejauh ini dia selalu menjalani hidup dengan realistis.

Salah satu hal yang menurutnya konyol dan sangat tidak realistis di dunia ini adalah cinta. Menyisihkan kisah romantis di sela-sela kehidupan yang keras jelas hanya buang-buang waktu.

Di mata Sunghoon, cinta adalah awal terbentuknya luka. Luka paling berbahaya dan fatal dalam hidup.

Kadang ia bertanya-tanya, apa ia mengidap philophobia. Tapi Sunghoon merasa tidak takut dengan cinta, ia hanya membenci elemen itu. Entah, bisa saja dia keliru menilai pribadinya sendiri.

Ada banyak hal penting yang bisa dilakukan selain terlibat dalam kisah asmara remaja. Misalnya, seperti mencari solusi cara cepat mencapai ajal tanpa melibatkan rasa sakit, atau cara mengakhiri hidup tanpa mengundang dosa besar. Apa saja yang penting ia tak lagi di sini.

Sunghoon hidup dengan prinsip; di mana hati akan total diabaikan, dan logika menjadi kontrol utama.

Ketika anak-anak pejabat dan pengusaha sukses lainnya mati-matian berusaha menjaga citra di depan publik. Sunghoon justru sibuk memperburuk citranya di depan semua orang.

Seakan-akan ia mengatakan 'lihat anak pejabat satu ini, diterlantarkan hingga tumbuh menjadi anak berandalan!' Tapi siapa yang tahu. Semua yang menilai Sunghoon jelas berdasarkan perspektif masing-masing. Entah itu buruk, atau baik. Sama saja tidak ada yang penting baginya.

Di Bumi Sebelah Sini [ JayHoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang