"Yakin lo nggak salah orang?" Jay menjatuhkan puntung rokoknya, menginjak asal sambil berdiri tegak dari posisi menyandarnya.
"Yakin! Nametag nya Lee Jeno."
Menoleh ke arah sekumpulan laki-laki yang ramai duduk mengelilingi meja depan kedai, dengan beberapa nasi bungkus dan cup kopi panas yang mengisi di atasnya, Jay lantas berseru, "oi! Gue cabut duluan!"
Semua menoleh. "Nggak makan dulu lo? Nih, jatah lo." Salah satunya mengangkat bungkusan nasi.
"Ambil aja, duluan!" Jay melambaikan tangan, meninggalkan kedai pinggir dermaga itu masih dengan ponsel yang menempel di telinganya.
Hari sudah menyambut petang. Seperti biasa, Jay dengan kerja apa sajanya, salah satunya menjadi pengangkat barang—yang biasanya memindahkan hasil nelayan dari kapal ke mobil box pemesanan, yang akan dikirim ke pusat kota—baru saja selesai.
Rasa lelah tak lagi memengaruhi otot tubuhnya yang sudah terbiasa dengan aktivitasnya tanpa henti. Jay pemuda yang aktif. Bekerja sepanjang hari tidak akan membuatnya letih barang sedetikpun, sekalipun malam datang, dan waktunya untuk beristirahat. Jay masih bisa melakukan kegiatan lainnya.
Karena baginya, tidak ada waktu untuk bersantai, dan bermalas-malasan. Bergerak jika ingin bertahan hidup. Jay bukan anak dari keluarga kaya yang disetting hanya untuk menikmati masa muda, dan berfoya-foya di masa remaja. Dia sadar itu bukan dunianya.
"Tunggu gue." Jay memutus sambungan teleponnya.
Baju kaos hitam tanpa lengan yang dikenakannya memperlihatkan bagaiaman tangan kekar itu yang berwarna tan, nampak begitu mengilap, akibat keringat yang belum sepenuhnya mengering.
Semua yang melihat warna kulitnya jelas akan tahu, kalau Jay adalah tipe orang yang sering berjemur di tengah paparan sinar matahari. Terlebih lagi itu dengan angin laut yang asin di pinggir dermaga.
Butuh waktu 15 menit, sampai akhirnya ia tiba di halaman Bumi Sentosa yang gelap, tanpa adanya penerangan sedikitpun. Tidak ada penjaga seperti layaknya sekolah pada umumnya. Tempat itu bahkan jauh terlihat lebih terbengkalai melebihi suasananya di siang hari.
Mengambil langkah panjang, menuju halaman belakang sekolah. Tempat basecampnya bersama teman-teman berandalannya. Dari kejauhan Jay dapat melihat cahaya dari api unggun sebagai penerang, terletak di dalam drum berkarat yang dipotong setengah.
Sedangkan tak jauh dari tempat penerangan, nampak seorang siswa berseragam lusuh yang diikat di atas kursi. Penampilannya benar-benar mengenaskan. Kotor dan kacau.
Teman-temannya yang duduk di sofa usang dan yang sisanya hanya berdiri memegang balok kayu sambil merokok, serempak menoleh. Menyambut kedatangan Jay yang sudah dinanti-nantikan.
Lelaki bernametag Lee Jeno, yang sejak tadi hanya menyandar, menengadahkan kepalanya ke atas sambil memejamkan mata, lantas dengan malas membuka matanya. Memandang tanpa minat Jay yang kini sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan setajam elang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bumi Sebelah Sini [ JayHoon ]
DiversosAnehnya, sesuatu yang secukupnya di sini justru seperti rumah baginya. Dom: Jay Sub: Sunghoon Warn! bxb!