"Marsha.. tolong aku... Marsh-.. AKH!".
"ZEE.., ZEEADNIEY BANGUN, ZEE!!!" Gracia panik mendapati adiknya berteriak terus menerus memanggil nama Marsha di dalam tidurnya.
Hari itu menunjukkan pukul tiga pagi ketika Gracia terbangun dari tidurnya. Satu jam berlalu untuk Gracia mencoba tidur kembali, namun usahanya gagal sampai akhirnya kesunyian yang sebelumnya dirasakan kini berubah gaduh ketika Gracia mendengar suara adiknya berteriak dari dalam kamarnya.
Mendengar teriakan Zee, secepat kilat Gracia langsung menghampirinya. Betapa terkejutnya Gracia setelah menyalahkan lampu kamar yang semula mati, lalu mendapati adiknya seperti kesakitan hebat bahkan sekujur tubuhnya sudah dibasahi oleh keringat.
Dalam tidurnya, Zee berteriak memanggil nama Marsha berulang kali, teman sekelasnya yang baru Gracia tahu beberapa waktu lalu. Kedua tangan Zee seperti mencekik sendiri lehernya membuat Gracia cepat-cepat melepaskan dengan paksa. Gracia mencoba terus menerus untuk membangunkan Zee dan menyadarkannya dengan berbagai macam cara sampai akhirnya Zee pun membuka matanya dengan napasnya yang terengah-engah.
Zee melihat ke sekelilingnya seperti orang linglung. Ketika ia mendapati wajah Gracia di hadapannya, Zee segera memeluk Gracia.
"Cici" Zee menangis ketakutan.
"Iya cici di sini, cici di sini Zee" Gracia membalas pelukan adiknya dengan lembut, membelai kepalanya dari belakang berharap adiknya merasakan ketenangan.
"Ci Gre aku takut. Aku mau pulang ci"
"Jangan takut, ada cici di sini. Pulang ke mana ini kan rumah kamu" kepanikan Gracia nampaknya belum usai karena setelah Zee sadar, ia malah mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal.
"Dingin, gelap, AKU TAKUT" Zee semakin mengeratkan pelukannya dengan Gracia, dan air matanya terus menetes membasahi wajahnya.
Kondisi Zee sangat berantakan pagi ini. Gracia pun tidak bisa mengerti dengan kondisi yang dialami oleh adiknya ini. Yang bisa Gracia lakukan hanya terus menerus menenangkan Zee dengan memeluknya penuh kelembutan.
Beberapa menit berlalu, Gracia hanya membiarkan Zee berada di pelukannya sampai merasa dirinya sudah cukup tenang. Kemudian Gracia dengan pelan melonggarkan pelukannya untuk melihat wajah adiknya itu.
"Kamu mimpi buruk ya?" walau penuh kekhawatiran namun Gracia mencoba berbicara dengan sangat tenang sambil membasuh sisa keringat serta merapihkan rambut adiknya yang berantakan. Zee hanya mengangguk pelan, wajahnya masih terlihat tertekan dengan mimpi yang dialaminya barusan.
"Maaf gara-gara aku cici jadi kebangun"
"Engga kok kamu ga perlu minta maaf, dari jam tiga cici udah kebangun dan ga bisa tidur lagi. Tiba-tiba cici denger suara kamu akhirnya cici samperin"
"Aku... cuma mimpi buruk ci. Aku udah ga kenapa-kenapa"
"Apa kita perlu ke dokter? cici khawatir sama kondisi kamu"
"Ga perlu ci. Aku baik-baik aja, aku cuma mimpi buruk"
"Kamu yakin?"
"Iya" Zee menghirup napas yang panjang untuk menyadarkan dirinya sendiri tentang semua hal yang terjadi kepada dirinya. Sebenarnya Zee sudah bisa mengira hal ini akan terjadi pada dirinya lagi, karena mimpi buruk ini selalu terjadi berulang setiap Zee terbangun dari tidurnya.
"Tap-"
"Sekarang jam berapa ci?" dengan cepat Zee memotong perkataan Gracia yang sepertinya Zee sudah dapat menebak pertanyaan apa yang akan Gracia tanyakan kepadanya. Zee melakukan ini agar Gracia tidak merasa lebih khawatir dengan keadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 DAYS WITH YOU [ZEESHA]
Fiksi UmumMarsha Ananta Lenaya, seorang siswa pindahan yang baru bergabung di SMA Bintang 48. Tanpa ia sangka, di hari pertamanya masuk sekolah, seorang siswa yang duduk tepat di depan bangku kelasnya tiba-tiba meminta Marsha untuk menjadi pacarnya.