3. Eyes met eyes, a beginning i never expected

31 11 3
                                    

Sesuai apa yang disarankan Aldric Jeriel—meskipun sampai sekarang Evelyn belum sepenuhnya percaya kalau orang yang dia temui di taman waktu itu adalah artis kesukaannya, Evelyn dibantu Ayahnya mengaktifkan GPS di kalung Yupi dan memasang liontin b...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai apa yang disarankan Aldric Jeriel—meskipun sampai sekarang Evelyn belum sepenuhnya percaya kalau orang yang dia temui di taman waktu itu adalah artis kesukaannya, Evelyn dibantu Ayahnya mengaktifkan GPS di kalung Yupi dan memasang liontin baru soalnya yang lama hilang nggak tau ke mana. Dia nggak mau repot-repot cari liontin itu karena kemungkinan ketemunya tuh kecil banget, jadi daripada dia capek mencari yang nggak pasti mending beli baru lagi.

"Cantiknya anak aku!" Evelyn berseru senang sambil memeluk Yupi yang mukanya pasrah diuyel-uyel majikannya. Nggak masalah, asal jatah Royal Canin nggak berkurang.

"Bapaknya siapa nih cucu Ayah?" sahut Ayahnya pakai nada mengejek.

Evelyn noleh, wajahnya dibuat sok sedih. "Yupi itu y nya stand for yatim, Yah. Aku single parents tau ngebesarin bola ubi ini sendiri."

Pret!

Dalam hati Ayahnya menggerutu, single parents apanya wong yang menghidupi Yupi selama ini tuh pakai uangnya. Tapi namanya juga bapak-bapak apa sih yang enggak buat anaknya, apalagi Evelyn ini anak satu-satunya dan kebetulan perempuan. Makanya beliau sayang banget sama Evelyn dan berusaha mencukupi apa yang anaknya mau asal masih positif.

"Sabtu nanti kamu jadi nonton konser musik yang ada band kesukaan kamu itu, Dek?" Ibu dari arah dapur bergabung bersama ayah dan anak yang asik mengobrol di depan televisi.

"Jadiiiiiii. Aku udah dapet tiketnya tinggal berangkat aja."

Ibunya mengangguk, beliau duduk di sebelah Evelyn dan ambil alih Yupi buat dipangku. "Sama siapa perginya?"

"Sendiri lah. Emang siapa temen aku?"

Ibu dan Ayah saling pandang. Wajah mereka menyiratkan kekhawatiran terhadap putri semata wayangnya. Evelyn nggak pernah punya masalah di sekolah, justru sebaliknya. Evelyn selalu bikin Ibu dan Ayah bangga ketika dia berhasil memenangkan Olimpiade Sains buat yang kesekian kalinya, sampai sertifikat dan piala terpajang rapi di salah satu sudut rumah ini. Tapi karena hal itu Evelyn jadi sulit punya temen. Dia terlalu fokus sama dunianya sendiri sehingga cenderung jarang bersosialisasi sama orang lain. Bukan berarti Evelyn pemalu, enggak, salah besar, tapi emang waktunya kebanyakan tersita buat belajar, belajar, dan belajar.

Untungnya, Evelyn masih punya banyak kegiatan yang bisa dia lakukan meskipun sendirian, salah satunya ya, jadi seorang penggemar dari grup band lokal yang personelnya ganteng-ganteng. Kalau kata Evelyn, ini tuh bagian dari escape dia pas lagi suntuk belajar karena ketemu angka dan rumus mulu yang bikin kepalanya pusing tujuh keliling.

"Anaknya temen Ayah ada deh yang suka Genio. Coba besok Ayah bilangin ke temen Ayah kalau kamu mau kenalan karena punya hobi yang sama."

"Hah? Genio siapa?"

"Lah itu, band kesukaan kamu, Genio."

We Find LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang