14

9 3 0
                                    

Happy reading

•••••••

Matahari sudah menyorot tajam ke markas Nephelegance, semuanya pun sudah terbangun bahkan diantara beberapa nya ada yang sudah siap menuju tempat latihan.

"Serius ini?" Tanya Iskaya

Seluruh Allboys menganggukkan kepalanya kompak, lalu mereka menaiki motor masing masing dan Nephelegance menggunakan mobil mereka berpasangan.

Di perjalanan semuanya di kawal dua motor di awal, di tengah dan akhir untuk membimbing Nephelegance ke temat latihan yang khusus biasanya di pakai untuk mereka latihan.

Diperjalanan pun tidak ramai hanya melintasi beberapa toko dan rumah kecil hingga sampai di tempat yang luas serta keamanan yang ketat.

Semu turun dari kendaraan masing masing saat berada di parkiran lalu berjalan memasuki tempat itu, ada suara temb*kan, pukul*n, hingga decitan pisau dengan besi.

Baru masuk saja beberapa Nephelegance sudah merinding kecuali Jesicca dan Azamel, mereka suka suara itu. Suara penuh kemenangan untuk kebaikan yang mengalahkan kejahatan kriminalitas.

"Ajak Cleya sama Natasha bagian panah, mereka punya konsentrasi sama feeling yang tinggi. Jesicca sama Azamel pistol, Juavlyn sama Iskaya bela diri."

Setelah mendapat instruksi dari Agras, Kalandra dan Rangga mengajak Cleya dan Natasha bersama mereka ke sebuah lapangan besar beserta di sediakan keamanan ketat.

Agras dan Samudra membawa Juavlyn dan Iskaya untuk melatih mental serta fisik mereka di sebuah ruangan yang nantinya sudah di sediakan obat atau p3k lengkap serta dokter pribadi takut takut jika terluka parah.

Begitupun dengan Gerald dan Arhan mengajak Jesicca dan Azamel bersama mereka untuk melatih menggunakan berbagai macam pistol yang biasanya di pakai jika keadaan darurat seperti tahun lalu menangkap seorang mafia.

Mulai dari Cleya dan Natasha sampai di lapangan luas itu mereka masuk dan mengambil panah dengan ujung yang tajam tanpa menggunakan pakaian pelindung alias kosong tanpa apapun.

"Ingat yang terpenting fokus pada tujuan!" Tegas Kalandra yang langsung di angguki mereka

Belum ada satu jam, Natasha berhasil melepaskan panahnya sesuai sasaran dengan bantuan Rangga berbeda dengan Cleya bukan di bantu Kalandra, yang ia dapatkan hanya celotehnya saja.

"Ndra, anak orang itu!" Rangga sedikit berteriak untuk memperingati Kalandra

"Sorry, Cley. Anaknya emang tegas,"

Cleya menghela nafasnya lalu mengangguk sambil tersenyum. "Gapapa kok, salah gue dari tadi gagal terus."

"Gimana gak gagal di marahin terus!" Cibir Natasha

Mendengar itu Rangga menutup mulut Natasha mengajaknya pergi dari sana, takut jika Kalandra mengambil panah Cleya dan mengarahkannya pada mereka.

Cleya kembali fokus pada panahnya, ia menggerakkan benda melengkung itu tepat pada papan lingkaran yang ada di depannya. Saat akan menarik panah, tangan Cleya tertahan.

Dari belakang, Kalandra menahan kedua tangan Cleya dan menggerakkan nya secara perlahan. "Fokus,"

Kalandra mensejajarkan busur panah itu dengan papan. "Jangan fokuskan mata kiri, tapi kanan." Katanya lalu melepaskan tangan Cleya secara perlahan

Dan yap berhasil, menancap sempurna di bagian berwarna merah Cleya bersorak gembira sampai dirinya memeluk Kalandra tanpa sadar.

Kalandra yang sadar langsung menepuk pelan punggung Cleya. "Sorry, hehe seneng!"

Kalandra mengangguk mengiyakan lalu beranjak pergi meninggalkan Cleya agar lebih fokus.

Disisi lain ada Gerald dan Arhan yang sibuk mengajari Jesicca dan Azamel untuk membidik papan yang bergerak ke kanan dan kiri dengan pistol.

"Ah sialan gagal terus!" Azamel membantik dirinya pada kursi yang telah di sediakan

"Coba lagi, jangan nyerah." Ujar Rangga

Azamel menghembuskan nafasnya, ia mencoba mengontrol emosinya. "Buat menembak sendiri gak mudah, jangan asal pengen gaya gayaan. Apalagi emosi, tapi tujuan!"

Setelah mendengar ucapan Rangga, Azamel bangkit dari duduknya tangannya terangkat ke depan jariny siap menarik pelatuk.

Dan... Dor..

Papan itu hancur bertepatan dengan Azamel menembak, ia menyunggingkan senyuman. Lalu berbalik melihat ke arah Rangga dari balik kaca, mendapatkan acungan jempol darinya.

Azamel kembali memfokuskan dirinya pada tembakan didepannya, dan di lain nya Jesicca yang sudah lancar dengan pistolnya hanya melatih menebak sebuah apel yang berada di kepala seseorang.

"Gimana kalo dia mat*?" Tanya Jessica pada Arhan

"Ya gimana caranya biar gak mati? Jangan meleset, fokus!"

Meskipun gugup, Jessica tetap mengangkat kembali tangannya lalu menarik pelatuk sambil memejamkan matanya. Tembakan itu meleset ke samping untuk tidak mengenai orangnya.

Arhan yang melihat itu langsung menghampiri Jessica dan memegang tangannya yang dingin. "Buka mata lo, inget lo bisa kalo lo berani bukan takut!"

Jessica awalnya ragu, bahkan tidak ada tenaga untuk mengangkat pistolnya. Kemudian, dengan keberanian penuh dan helaan nafas ia mengangkat tangannya dan menembak tepat di tengah apel itu.

"GOOD GIRL!" Puji Arhan

Agras dan Samudra melawan Juavlyn dan Iskaya satu banding satu. Dimana Juavlyn melawan samudra dan Agras melawan Iskaya.

"Sumpah lo harus pelan pelan, sialan!" Teriak Juavlyn ketakutan

"Santai kali, rileks kalo lo takut gimana bisa lawan?" Samudra mengerutkan keningnya

Disampingnya sudah ada Iskaya yang melawan Agras sambil membabi-buta cowo itu dengan segala pukulan nya dari tangan hingga kaki.

Di pukulan terakhir Agras tumbang, ia mengusap bibirnya yang sedikit berdarah lalu bangun di bantu Iskaya. "Keren juga lo, baru di ajarin sedikit udah paham!"

Iskaya hanya tersenyum sebagai tanda terima kasih.

•••••

Yuhuu forcee on going lagii nih.

Vote+komen gess🤍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Force Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang