Part 6

2 0 0
                                    

Malam pun tiba, Sean pun akhirnya datang bersama orangtuanya. Setelah banyak pertimbangan, Sean memutuskan untuk datang ke acara orangtuanya. Sean pun hanya menonton acara tersebut tanpa ikut nimbrung ke teman teman orangtuanya.

Sementara di cafe. Tiba tiba bosnya Bianca pun memanggil Bianca.

" Bianca, bawa minuman ini ke acara di perusahaan yang dekat kedai cafe kita ya. Soalnya pihak perusahaan itu memesan minuman itu untuk acara mereka. Bisa kan, Bianca?" kata bosnya Bianca.

" Bisa bos," kata Bianca.

" Ah ya nanti jangan lupa minta uang pesanan yang mereka pesan di kedai kita ya. Soalnya tadi bos lupa minta bill nya kepada mereka," kata bosnya Bianca.

" Pasti bos, ya sudah saya pergi dulu. Takut kemalaman nanti. Nanti uangnya saya transfer aja ke bos ya," kata Bianca.

" Itu terserah kamu aja, Bianca. Itu kendaraannya kamu pakai aja sekarang. Paling tidak berdua antarnya kesana, biar nanti ada yang membawa motornya lagi kesini," kata bosnya Bianca.

" Oke bos," kata Bianca yang langsung pergi.

Bianca pun pergi bersama temannya yang masih ada di cafe. Setelah itu mereka pergi sesuai arahan dari bosnya.

Rupanya pesanan itu dipesan oleh perusahaan keluarganya Sean. Bianca pun akhirnya sampai di perusahaan keluarga Sean.

Sementara Sean bosan melihat keluarga bercengkrama dengan rekan sesama bisnis orangtuanya.

" Bisnis bapak memang sangat berjaya, bisa kali salah satu putra bapak menjadi minantu buat putri saya. Supaya bisnis kita bisa semakin jaya buat kedepannya," kata rekan bisnisnya Keano.

" Kalau soal itu, itu kehendak anak anak saya. Saya tidak bisa memaksakan mereka," kata Keano.

" Oh begitu, paling tidak mereka saling mengenal aja begitu. Kalau mereka cocok, kita tentukan tanggal untuk hubungan mereka nanti, pak," kata rekan bisnisnya Keano.

" Terserah gimana keinginannya bapak aja deh. Saya harus menyambut tamu tamu yang lainnya ya pak. Silahkan dinikmatin acaranya," kata Keano.

Keano pun menghampiri Sean. Dan memukul pundaknya Sean. Sean yang merasa dipukul, lantas menatap tajam ke arah ayahnya.

" Sampai kapan aku disini, ayah? Aku bosan tau! Mending aku kumpul bersama teman temanku," kata Sean.

" Nikmatin aja acaranya, Sean. Sekaligus kamu belajar tentang bisnis kan. Soalnya kamu jarang ikut acara yang beginian," kata Keano.

" Sampai kapanpun aku takkan mau berada di dunia bisnis, ayah," kata Sean.

" Mau tak mau kau harus terjun ke dunia bisnis, Sean. Kau harus menerimanya, karena kalau kau tidak menerimanya kau bukan anggota dari keluarga ini, Sean," kata Keano.

Sean yang mendengar ucapan ayahnya hanya bisa menahan amarahnya.

" Ayah tak usah memaksaku kayak gitu! Kalau aku tak mau, jangan dipaksakan! Aku tak suka dengan hal itu, ayah!" kata Sean.

Tiba tiba Bianca sampai di perusahaan milik ayahnya Sean. Bianca pun langsung memarkirkan motornya dan menuju ke satpam.

" Maaf nona, ada keperluan apa disini? Kalau mau, nona harus buat janji terlebih dahulu. Biar saya bisa mengizinkan nona masuk," kata satpam.

" Maaf sebelumnya pak, ini saya hanya mengantarkan pesanan di cafee tempat saya bekerja. Ini bill yang harus dibayarkan pak," kata Bianca.

" Oh oke. Bentar saya telpon dulu yang pesan di cafee nona ya. Soalnya kalau saya bayar, saya gak akan sanggup membayarkannya," kata satpam.

Sean yang sedang berbicara dengan ayahnya melihat Bianca sedang berbincang di luar perusahaan ayahnya.

" Ayah, aku mau nyari udara dulu. Aku gak akan kemana mana hari ini," kata Sean.

" Jangan lama lama," kata Keano.

Setelah itu Sean pun keluar dan menghampiri satpam dan Bianca.

" Kebetulan tuan muda keluar, saya tadi udah menelpon pegawai ayah anda. Tapi gak diangkat, mumpung tuan muda ada disini tolong bayarkan pesanan untuk acara disini ya tuan. Maaf merepotkan tuan muda," kata satpam.

" Ngapain culun disini? Oh mau dibayar berapa pesanannya, culun? Oii jawab!" kata Sean.

Bianca yang melihat Sean langsung kesal melihat Sean ada disini.

" Apes benar aku, dimana mana aku harus ketemu sama ni orang. Apa kata satpam itu, tuan muda? Apa dia adalah anak pemilik perusahaan segede begini? Kok beda kali dengan pelanggan yang sering ke cafee, ah gak mungkin dia juga anak pemilik cafee selain orang itu," batin Bianca.

" Itu bill yang harus kau bayar, Sean! Aku kesini hanya mengantarkan pesanan ini. Cepat, aku mau balik ke cafee secepatnya. Soalnya aku juga ingin istirahat," kata Bianca.

" Ogah aku bayarnya! Kenapa kau menyuruhku, kau gak pantas menyuruhku! Lihatlah penampilanmu! Gak pantas, udahlah mending kau pergi aja dari sini, nanti biar ayahku yang transfer ke pemilik cafeenya," kata Sean.

" Oke, aku pun ogah melihatmu, Sean. Lagian memangnya kau pemilik anak di perusahaan ini? Kau itu gak cocok jadi anak pemilik perusahaan ini, lihat dirimu sendiri Sean," kata Bianca.

" Kau! Awas aja besok ya! Akan kubuat kau menderita di sekolah," kata Sean kesal.

" Oke, siapa yang takut dengan ancamanmu, Seano! Kau kira aku takut, hah! Cepatlah mana bill nya! Aku malas masuk ke dalam, mumpung kau ada disini cepat kasih uangnya kepadaku!" kata Bianca.

Sean dengan kesal mengasih billnya kepada Bianca. Bianca pun langsung mengambil bill yang dikasih sama Sean.

" Ini billnya! Terserah kata katamu yang mengatakan kalau ini gak cocok jadi anak pemilik perusahaan, yang terpenting aku tidak merasakan kehidupan yang kamu rasakan, culun! Kasih itu pada bosmu," kata Sean yang meninggalkan Bianca.

" Emang benar benar kau ini, Sean! Gak di sekolah, gak disini bikin aku kerepotan hah!" kata Bianca kesal.

Bianca yang menerima bill tersebut lantas balik ke cafee. Setelah itu ia langsung pulang ke rumah.

Di rumah, ia melihat ibunya sedang menangis tersedu sedu. Bianca pun lantas menghampiri ibunya.

" Ada apa ibu? Kenapa ibu menangis? Ayah minta uang lagi kepada ibu?" kata Bianca panik.

" Ayahmu tadi datang kesini dan mengambil uang untuk kebutuhan kita, ditambah adikmu Eliza juga langsung kabur setelah kamu tidak mengasih uang kepadanya. Bianca ibu mohon bujuk adikmu pulang, ibu takut Eliza kenapa kenapa diluar apalagi tidak ada penjagaan dari kita, nak," kata ibunya Bianca.

" Kalau Eliza sudah memutuskan untuk keluar, biarlah dia keluar. Bu, sudah terlalu banyak Eliza membuat masalah dengan kita. Gara gara ibu memanjakannya, dia jadi seenaknya pada kita bu. Harusnya ibu sadar, ibu harus lebih tegas kepada Eliza. Ayah juga kenapa selalu aja membuatku naik darah! Untung tadi bosku ngasih tips buat aku besok bu, mungkin dengan tips ini bisa cukup untuk makan kita ya, bu. Ibu gak usah menangis lagi," kata Bianca.

Setelah itu, Bianca langsung menuju ke kamarnya dan merebahkan dirinya ke kasur sambil memikirkan cara yang terbaik agar ayahnya tidak menyusahkan dirinya dan ibunya.

" Apa aku pindah kontrakan aja. Yang lebih dekat dengan arah ke sekolah dan cafee. Boleh deh, coba aku diskusikan dengan ibu," gumam Bianca.

Bagaimana part selanjutnya? Nantikan kelanjutannya yaa. Sambil nunggu mood dari author ya, author bakalan lanjutkan part selanjutnya ya. Sorry kalau update nya lama ya. Byee 👋👋👋

Sweet Karma From My BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang