Keesokan harinya. Bianca pun langsung bersiap siap pergi ke sekolah. Tiba tiba ibunya Bianca menyuruh Bianca sarapan.
" Nak sarapan dulu sebelum berangkat. Ibu udah bikinkan makanan kesukaanmu," kata kata ibunya Bianca.
" Iya bu," kata Bianca yang langsung duduk di meja makan.
" Kamu mau diambilkan apa makanannya? Biar ibu yang mengambilnya," kata ibunya Bianca.
" Biar aku sendiri aja yang ngambil, bu. Oh ya bu, aku punya usulan agar kita terbebas dari masalah ayah sama Eliza. Gimana kalau kita pindah, dan pindahnya itu berdekatan dengan tempat pekerjaan kita bu. Yang tidak diketahui sama ayah dan Eliza," kata Bianca.
" Pindah? Nak pikirkan baik baik ucapanmu itu. Kalau misalnya adekmu dan ayahmu pulang, siapa yang akan menyambut mereka disini kalau bukan kita, nak. Pikirkan dulu mateng mateng nak, jangan pindah dulu kita nya. Kita putuskan bersama sama bareng adikmu dan ayahmu," kata ibunya Bianca.
" Ayah dan Eliza tak mungkin pulang bu kalau bukan keinginannya. Dan mereka takkan berubah sebelum mereka sendiri yang akan berubah sikap mereka ini, bu. Setiap hari kita menahan sabar melihat kelakuannya. Tapi apa yang mereka kasih ke kita, selalu bikin kita malu, bu. Cukuplah ibu memikirkan mereka. Sekarang ini saatnya kita pindah dan terbebas dari perlakuan mereka ke kita, bu," kata Bianca.
" Jangan begitu nak, mau bagaimana pun mereka juga bagian dari keluarga kita. Biarkan kita menunggu mereka balik ke rumah ini, nak," kata ibunya Bianca.
" Kalau begitu biar aku aja yang pindah. Jika ibu tetap kekeh, aku akan pindah sendiri tanpa membawa ibu ataupun ayah dan Eliza," kata Bianca.
" Jangan nak. Jangan tinggalkan ibu. Jika itu kemauanmu, ibu akan ikut pindah denganmu. Ibu gak pingin kamu meninggalkan ibu. Cukup Eliza aja, jangan kamu, Bianca," kata ibunya Bianca.
" Oke setelah aku pulang sekolah, kita langsung pergi dari rumah ini. Dan bilang kepada yang punya kontrakan ini untuk kepindahan kita dari rumah ini, bu. Juga aku minta tolong masukkan baju baju kita ke dalam tas. Muat muatkan aja baju bajunya, bu," kata Bianca.
" Iya, nanti akan ibu masukkan semua barang barang kita. Sekaligus ibu juga harus minta izin kerja hari ini kepada bos ibu," kata ibunya Bianca.
" Ya sudah bu, aku berangkat dulu ke sekolah," kata Bianca.
Bianca pun akhirnya pergi ke sekolah. Sementara Sean masih sibuk dengan sarapannya. Keano yang melihat anaknya sarapan hanya bisa menghela nafas. Al pun langsung mengambil piringnya Sean.
" Hei aku belum selesai makan! Kenapa kau ambil makananku, Al! Ada masalah apa kau samaku, Al!" kata Sean kesal.
" Lihat udah jam berapa sekarang, Seano! Kau bisa terlambat ke sekolah!" kata Al geram melihat Sean.
" Iya apa yang dikatakan sama Al benar, Sean! Cepat kau pergi sebelum ayah mendapat panggilan dari sekolahmu kalau kamu telat, Sean!" kata Keano.
" Itu tinggal sedikit lagi makananku, biarkan aku menghabiskannya!" kata Sean.
" Apa perlu ibu masukkan makananmu ke bekal, supaya kamu bisa memakannya di sekolah? Biar ibu suruh bibi masukkan makanannya ke kotak bekal," kata Lussi.
" Gak usah bu, udah gak mood aku makan. Ya udah aku pergi dulu. Ayah jajanku mana? Daritadi ayah belum mengasih uang jajan untukku," kata Sean.
" Ini, sekaligus untuk uang bensin motormu. Hemat hemat, jangan boros! Jangan ngebut kau pokoknya," kata Keano.
" Ya aku pergi dulu. Mana Viany? Gak jadi bareng berangkatnya denganku? Al cepat suruh Viany keluar! Kalau gak aku tinggal dia!" kata Sean.
Tiba tiba Viany turun. Dia pun duduk di meja makan.
" Kak aku belum sarapan, biarkan aku sarapan dulu!" kata Viany.
" Sarapan aja di sekolah, soalnya aku bisa telat. Kalau kau memang pingin sarapan, mending kau berangkat sama Al," kata Sean.
" Kakak mah! Kan udah janji berangkat bareng. Ya udah deh kalau begitu. Ayah aku minta jajan untuk sarapan di sekolah nanti, soalnya kakak Sean bisa marah denganku," kata Viany.
" Jangan jajan terus, minta bibi buatkan roti untukmu, Viany. Agar kamu bisa memakannya di sekolah," kata Lussi.
Viany pun langsung ke dapur dan meminta bibi membuatkan bekal untuknya. Setelah itu Sean dan Viany berangkat ke sekolah. Sean pun langsung mengantarkan Viany ke sekolahnya Viany. Beberapa menit kemudian. Viany pun sampai di sekolahnya.
" Nanti kakak bisa jemput aku kan? Jangan Al terus yang menjemputku, bosan aku mendengarkan ocehannya," kata Viany.
" Tidak bisa. Aku mau nongkrong sama teman temanku. Minta supir aja yang menjemputmu. Atau gak minta mama menjemputmu. Ya sudah aku pergi dulu. Rajin rajin di sekolahnya Viany," kata Sean.
Sean pun langsung pergi dan menuju ke sekolah. Di tengah perjalanannya ke sekolah, rupanya ada macet di dekat simpang ke sekolahnya. Karena macetnya sangat panjang dan tak memungkinkan Sean sampai ke sekolah, Sean pun memutuskan untuk ke markas.
Sean pun langsung menyuruh kawan di sekolah untuk membuat surat izin untuk dikasih ke guru. Dan dia pun langsung menelpon ayahnya.
" Ayah aku tak bisa datang ke sekolah, karena ada kemacetan di dekat simpang dekat sekolah. Tolong jangan beritahukan kepada ibu, aku tak ingin dimarahi samanya. Apalagi Al, ayah," kata Sean.
" Sean, Sean! Terobos aja macetnya, jangan banyak alasanmu! Salah siapa yang sarapannya lambat!" kata Keano.
" Oh ayahku! Tolonglah kali ini aja kau membantuku! Lagian dulu kau masa sekolah juga sering bolos. Kau denganku itu sangat mirip. Ya tolonglah aku, ayahku!" kata Sean.
" Kenapa sifat burukku bisa ada di dirimu! Ya sudah kau boleh bolos, tapi jangan sampai nampak sama ibumu atau Al ya. Jangan kelayapan! Di markas aja kau, Sean! Jangan balik ke rumah, takutnya ibumu tau kau bolos. Aku tak bisa membantumu," kata Keano.
" Iya, aku akan stay di markas. Janji ya jangan bilang ke ibu," kata Sean
" Iya. Udah ya, ayah mau rapat. Tenang tenang di markas yaa!" kata Keano.
Setelah itu Sean langsung mematikan teleponnya. Dia pun menuju ke markas, tapi dalam perjalanan dia melihat Bianca naik angkutan umum.
Karena dia sudah berjanji dengan Keano, Sean pun tetap melanjutkan ke markas. Tapi tanpa diketahui Sean, Al melihat Sean tidak menuju ke arah sekolah.
" Ngapain coba Sean tidak ke sekolah? Aku harus melaporkan hal ini kepada ayah di kantor nanti. Kalau Sean bolos ke sekolah," batin Al.
Bianca pun akhirnya tiba di sekolah dengan terlambat. Untungnya dia tidak dihukum sama guru guru disana. Bianca pun memutuskan untuk ke kelas.
Tiba tiba Rebecca pun menghampiri Bianca. Dia pun langsung menghadang Bianca dengan mengode kepada gengnya.
" Bagus ya, udah berani terlambat ke sekolah! Kerjakan tugas gue sekarang! Aku gak mau tau, culun!" kata Rebecca.
" Baru juga sampai, udah di todong sama Rebecca dan antik antiknya," batin Bianca.
" Baru juga sampai, biarkan aku duduk di mejaku. Nanti akan aku kerjakan tugasnya, Rebecca," kata Bianca.
" Oh tidak bisa! Harus sekarang, aku tak mau tau!" kata Rebecca.
Rebecca pun langsung menarokkan bukunya di meja Bianca. Setelah itu Rebecca duduk di mejanya.
Bagaimana part selanjutnya? Nantikan kelanjutannya yaa. Sambil nunggu mood dari author ya, author bakalan lanjutkan part selanjutnya ya. Sorry kalau update nya lama ya. Byee 👋👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Karma From My Bullying
RomansaBianca Citrawati adalah seorang gadis culun yang sering di bully oleh Seano Dirgantara Atmadja. Sean adalah anak kedua dari Keano Dirgantara Atmadja dan Lussiana Satriawati Sunjoyo. Keluarga Sean adalah keluarga terpandang. Para pihak sekolah tidak...