"Manusia saling bertemu bukan karena kebetulan, melainkan karena Allah lah yang mempertemukan."
-Rashdan Zayyan Al-Fatih-
Bagaimana jadinya, jika seorang pria yang taat agama harus menikahi gadis begajulan yang berani beraninya kabur di hari pernika...
Selamat datang kembali, di cerita 'Captain To Jannah' new version!! Kali ini kita akan terbang mengarungi kehidupan bersama captain Zayyan
Sebelum lanjut, jangan lupa vote dan komen dulu ya!
Announcement : New version kali ini beda banget sama old version! Jadi jangan kaget kalau ada adegan yang sangat berbeda dari old version
Kali ini, Za bener bener nyari pembaca yang tulus baca karya Za dan mau memberikan apresiasi nya lewat vote dan komen
Follow juga Instagram dan Tiktok Za ya @ns.zaaa_
Thanks guys🤍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Papa tau sendiri kan, pa, masih ada mimpi Hulya yang tinggal selangkah lagi bisa Hulya capai, pa. Jadi, Hulya gak mau kalau semua perjuangan Hulya sampai di titik ini sia sia begitu saja hanya karena perjodohan ini." Tolak gadis dengan pasmina nya yang menutup dada.
"Maaf pa, Hulya harus sedikit berbohong sama papa. Bahwa sebenarnya, alasan utama Hulya menolak perjodohan bukan hanya karena pendidikan tetapi karena Hulya masih menunggu sosok laki laki yang tiga tahun lalu berniat melamar Hulya dan siap menunggu Hulya."
"Hulya tau, pasti papa membuat perjanjian perjodohan dengan laki laki baik, tetapi Hulya rasa laki laki yang Hulya tunggu saat ini jauh lebih baik." Gadis itu membatin dengan rasa penyesalan yang menyeruak.
"Lalu bagaimana dengan perjodohan ini? Almarhumah mama mu sendiri lah yang dari awal merencanakan nya, bahkan ini sudah menjadi wasiat terakhir sebelum kepergian nya." Ujar pria setengah baya yang kini terhubung dengan selang infus di tangan kiri nya.
Lalu setelah itu pandangan pria itu beralih pada gadis dengan rambut di gerai yang kini berdiri di hadapan jendela. Aroma khas obat obatan membuat kepala gadis itu sedikit pusing sehingga ia mencoba untuk menghirup udara segar kota Jakarta itu lewat jendela.
"Kalau begitu, Zayna yang harus menjalankan perjodohan ini," lanjutnya.
Tubuh gadis yang dipanggil Zayna itu pun kini berbalik menatap sang papa. "Zayna gak akan mau, pa."
"Papa mohon Zayna. Setidaknya lakukan ini demi almarhumah mama mu." Deg, hati Zayna berdesir saat almarhumah sang mama di bawa bawa dalam perjodohan konyol itu.
✈️✈️✈️
Kini dua gadis yang sama sama dihantui dengan perjodohan, berdiri di lorong rumah sakit. Gadis dengan pasmina, panggil saja dia Hulya. Ia meraih tangan Zayna dengan tatapan penuh harapan.
"Tolong, Na. Kamu mau ya terima perjodohan dengan anak sahabat papa. Kasian papa, Na, bisa bisa serangan jantung papa semakin parah kalau kita sama sama nolak perjodohan ini."
"Yaudah, kenapa gak kak Hulya aja yang nerima perjodohan itu? Kak Hulya juga anak papa kan? Bahkan kak Hulya anak kandung papa, sementara aku Cuma anak PUNGUT!" Jujur saja, hati Zayna rasanya sakit sekali jika membahas tentang fakta status nya sebagai anak angkat. Namun ia berusaha untuk tetap terlihat santai di depan semua orang agar tidak dianggap lemah.
"Kita berdua sama sama anak papa, Na. Gak ada bedanya anak kandung atau bukan," sahut Hulya yang merasa kurang suka saat Zayna membedakan status mereka.
"Lagi pula aku gak bisa terima perjodohan ini, karena aku masih punya mimpi," lanjut Hulya.
Senyuman miring terukir di wajah ayu Zayna. "Bukan Cuma kak Hulya yang punya mimpi, tapi aku juga punya kak. Menikah dengan laki laki yang bisa memahami aku dan laki laki yang aku cintai adalah salah satu mimpi aku, kak."
"Aku tau, aku gak berprestasi seperti kak Hulya, aku gak se-rajin kak Hulya sampai sampai aku di DO dari kampus. Tapi setidaknya aku punya mimpi untuk bahagia dengan laki laki yang bisa menerima segala kekurangan aku."
"Aku yakin, kamu bisa mencapai mimpi itu dengan menerima perjodohan ini, Na. Dan aku yakin, anak sahabat papa adalah pria yang baik. Dia pasti bisa memahami kamu dan menerima segala kekurangan kamu," balas Hulya yang masih terus berusaha meyakinkan Zayna.
"Tolong, Na. Kali ini aku mohon banget sama kamu. Kamu pasti juga tau kan kalau beasiswa kuliah kedokteran di Jepang yang aku ambil, persyaratan nya gak boleh menikah sebelum selesai pendidikan. Dan kamu tau sendiri kan, aku masih punya waktu tiga bulan untuk menyelesaikan pendidikan aku di Jepang. Menjadi seorang dokter adalah mimpi aku, Na."
"Jadi dengan kamu menerima perjodohan ini, mungkin kita bisa sama sama mewujudkan mimpi kita. Kamu mendapatkan pasangan yang bisa membahagiakan kamu dan aku bisa menjadi seorang dokter." Kalimat Hulya terkesan egois di telinga Zayna. Bagaimana mungkin Zayna bahagia dengan pria yang tidak dicintainya?
"Tapi aku gak mencintai laki laki itu, kak. Bahkan aku sendiri gak kenal dia siapa," balas Zayna membela diri.
"Cinta hadir karena terbiasa, Na. Dia pasti bisa menghadirkan cinta di hati kamu."
"Ini semua bukan karena keegoisan aku ataupun papa, Na. Tapi semua tentang perjodohan ini adalah wasiat terakhir almarhumah mama. Selama ini mama gak pernah minta apapun kan dari kamu? Bahkan apapun yang kamu mau dan kamu butuhkan, justru mama yang memenuhi semuanya. Jadi, gak ada salahnya kalau kali ini kamu penuhi wasiat itu sebagai permintaan pertama dan terakhir mama."
"Kamu adalah anak yang paling disayang sama mama, Na. Mama selalu mau yang terbaik untuk kamu, kan? Mungkin ini adalah salah satu nya." Manik mata Hulya terlihat berkaca kaca mengatakan itu. Sebab kenyataannya, memang Zayna lah yang lebih di sayangi oleh sang mama. Sampai terkadang Hulya sendiri iri dengan Zayna.
Padahal yang sebenarnya, tidak ada yang diberikan kasih sayang berbeda oleh sang mama. Hanya saja, Hulya lebih dekat dengan sang papa, sehingga kasih sayang mama pun sulit ia rasakan. Hari hari Hulya pun selalu berada di sisi papa nya.
"Na... Besok aku harus udah kembali ke Jepang. Jadi aku mohon sama kamu untuk pikirkan hal ini bener bener ya, Na. Aku juga mau titip papa," lanjut Hulya mengakhiri obrolan malam itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.