below is the qr code to the mega folder storing the media... putting all of the pictures here is tedious. i'll tell which number comes before which narration
link if you prefer: https://mega.nz/folder/dw5DhJ4Z#rsvmqlwkHw4h5cK_Q3J2LA (ik you cant click it, but you can screenshot and select text. the qr code is more convenient tho)
***
Media: 8-23
Lobi PIM—Sabtu, 12.20 [Cynthia's POV]
Satu cup es krim digenggam olehku sambil menunggu Greesel datang. Sudah lebih dari sepuluh menit, tetapi aku tidak mau mengganggunya. Apalagi, setelah ia memutuskan untuk menjemputku, walau itu tidak perlu. Aku tidak sabar bertemu dengannya.
Bersamaan dengan pikiran itu, sebuah mobil sedan berwarna biru tua berhenti tepat di depanku. Sang pengemudi langsung membuka jendela sisi penumpang dan aku pun jadi tahu bahwa mobil yang berhenti di hadapanku merupakan mobil Greesel. Ia membukakan pintu sisi penumpang dari dalam yang membuatku duduk di sebelahnya.
"Nunggu lama?" tanyanya.
"Nggak kok. Tadi aku beli es krim dulu, nih," ungkapku sambil menunjukkan es krim yang sejak tadi aku genggam. "Mau coba?"
"Sendoknya cuman satu, Cyn. Nggak apa-apa?"
"Apaan deh, Kak—eh, Gree. Lebay banget."
"Kamu lucu deh kalo salah ngomong gitu," ucapnya lalu tertawa. Aku tersipu malu mendengarnya mengatakan hal tersebut. Setelah itu, ia langsung mengambil sesendok es krim dan menyuapnya ke mulutnya.
Kurang beruntung. Multitasking sepertinya memang bukan keahlian Greesel. Ketika hendak memasukkan sendoknya kembali ke cup, ia malah melewatinya dan menodai pakaianku.
"Eh, sorry, Cyn. Aduhhh, maaf banget. Suka gitu emang kalo nggak fokus," ucapnya setelah membuat rok warna putihku bernoda merah muda.
"Makanya, kalo lagi nyetir, fokus nyetir aja. Jadi kotor, kan."
"Kamu ngambek?"
"Ya, nggak lah. Apaan banget sih," jawabku asal sambil mengelap sisa-sisa es krim stroberi yang ada di pakaianku.
"Mau lagi~" pintanya manja. Jadi, ini rasanya dekat dengan crush. Kalau bisa, setelah ini, aku ingin terus dekat dengan Greesel.
"Aku suapin mau?" tanyaku bodoh. Tawaran itu bisa-bisanya keluar secara spontan. Lebih parahnya lagi, tawarannya malah dibalas anggukan.
Akhirnya, itulah yang aku lakukan. Jujur, tanganku sedikit gemetar ketika sendok pendek es krim itu sudah dekat mulutnya. Aku sampai lupa memberitahu alamat rumahku. Ternyata, Greesel sama lupanya. Hampir saja aku dibawa ke rumahnya.
"OSIS nggak mau ada event camping gitu, Gree?" tanyaku tiba-tiba.
Entah mengapa, berada di dekatnya membuatku teringat tentang beberapa bulan yang lalu, saat sekolah baru mulai. Tiap tahun, murid kelas 11 dan 12 memang selalu melakukan team building di Puncak. Setiap orang, diberikan kelompok masing-masing. Kebetulan, aku satu kelompok dengan Greesel dan juga satu tenda dengannya. Sejak saat itu, aku telah memendam rasa untuknya. Jiwa kepemimpinannya menginspirasiku.
YOU ARE READING
chat-based narratives and unfinished stories
Fanfictionsince i'm going to be leaving. i'll make sure that everything will still be accessible. just see this as the terminal lucidity era of this account lol. i'll upload the stuff i put out on twitter and my unfinished stories that will now forever be unf...