sorry, forgot i got this in the trenches lol
***
Jangan tanya kenapa aku bisa berakhir di sebuah situs glamping di Bogor bersama pasangan sahabatku. Meski begitu, aku rasa, aku masih harus menjelaskan tentang semua ini. Cynthia adalah pacar sahabatku, Ben. Kami sudah bersahabat untuk waktu yang sangat lama. Terlampau lama malah. Dari SD hingga SMA, kami selalu ditempatkan di satu kelas. Entah karena permintaan orang tua atau karena sekolah memang suka melihat kami selalu berdua.
Cynthia dan Ben sudah berpacaran selama setahun, selama setahun itu juga aku menyembunyikan rasaku untuk Cynthia. Ben sudah tahu tentang ketertarikanku terhadap sesama. Ia adalah orang pertama yang aku beritahu mengenai hal ini. Responnya juga cukup baik. Ia merupakan sosok yang sangat suportif. Mungkin, orientasiku ini adalah salah satu alasan mengapa aku tidak pernah menyukainya, begitupun sebaliknya. Selain itu, aku juga percaya bahwa pertemanan platonik antara perempuan dan laki-laki benar-benar bisa terjalin. Hanya orang yang pikirannya cinta saja yang menganggap bahwa hal seperti itu tidak mungkin.
Untuk alasan mengapa aku bersama Cynthia, jawabannya sederhana. Seharusnya, Cynthia pergi bersama Ben hari ini, tetapi ia mendadak memiliki tugas ke luar kota. Aku tidak mau memikirkan mereka akan melakukan apa di dalam satu tent berdua. Aku harap mereka hanya akan memainkan UNO dan Monopoly ketika hari sudah semakin gelap. Ah, untuk apa sih aku mengurus pasangan itu? Terserah mereka. Apapun yang mereka lakukan tidak akan mempengaruhi aku (mungkin sedikit, aku sakit hati membayangkan Cynthia dekat dengan orang lain). Kembali lagi, aku bukan siapa-siapa Cynthia, justru, ia adalah pacar sahabatku. Aku harus menghargai itu.
Lamunanku seketika buyar ketika Cynthia memanggil, ia sedari tadi sedang mencoba memasak mie instan di api unggun. Aku menghampirinya dan duduk di satu balok kayu dengan Cynthia di sebelahku. Dengan posisi senormal ini saja, jantungnku sudah berdegup kencang, tidak terkontrol. Aku rasa menyembunyikannya untuk lebih lama tidak memungkinkan. Itu hanya di bibir saja sebenarnya, aku tahu aku terlalu pengecut untuk mengungkapkan yang sebenarnya.
"Cobain, Gree. Enak!" seru Cynthia sambil menyodorkan satu mangkok besi berisi mie instan. Tanpa harus diberitahu pun aku tahu bahwa apapun yang dibuatnya akan terasa enak. Bukan karena keterampilannya juga, melainkan karena aku memiliki bias terhadapnya.
***
sorry, i only got that far. lanjutannya imajinasi pembaca lol.
YOU ARE READING
chat-based narratives and unfinished stories
Fanfictionsince i'm going to be leaving. i'll make sure that everything will still be accessible. just see this as the terminal lucidity era of this account lol. i'll upload the stuff i put out on twitter and my unfinished stories that will now forever be unf...