PART 9 - (part tidak lengkap)

177 24 8
                                    


Sasuke membuka pintu apartementnya dengan gerakan tangan yang sedikit melemah. Ia sengaja menunggu hingga tengah malam dengan harapan jika Sakura sudah terlelap ketika ia pulang. Keadaan Sasuke hari ini benar-benar kacau, fisik dan mentalnya kelelahan. Sasuke sadar jika Sakura sudah terlalu banyak menderita, jadi ia tidak ingin menambah kekhawatiran atau rasa bersalah yang tidak perlu untuknya.


Lampu apartementnya memang hampir seluruhnya padam-tapi di sudut ruang tengah, ada sebuah lampu kecil di atas meja yang masih menyala. 

Cahayanya bahkan tidak sampai memenuhi seperempat ruangan. Tapi ia masih dapat melihat sosok Sakura yang meringkuk di atas sofa dengan tangan memeluk lututnya. 

Sasuke berjalan pelan mendekatinya. Wanita itu masih terlihat sama pucatnya seperti yang ia lihat tadi pagi. Tapi Sasuke bisa merasakan jika tubuhnya sudah menghangat ketika tangannya bersentuhan dengan kulit pipi Sakura. Ada sedikit guratan merah dan itu terasa sangat halus ketika ia menyentuhnya. 

Sasuke tersenyum pelan. Perlahan ia berusaha mengangkat tubuh wanitanya untuk memindahkannya ke kamar tidur mereka.

"Enghhh.." Sakura melenguh.
Tangannya yang berada dada Sasuke mulai meraba kemeja pria itu dengan sentuhan yang halus. "Sasuke..?"

"Hn. Aku di sini."

Sakura tersenyum. Perlahan pria itu menurunkan gendongannya seperti posisi Sakura sebelumnya.

"Maaf aku ketiduran."
"Seharusnya kau memang tidak perlu menungguku."
"Kau sudah makan? Masih ada sisa sup tomat di dapur. Aku akan memanaskannya .."
"Tidak perlu."
"Hanya sebentar"

Sasuke langsung mengurung tubuh Sakura ke dalam pelukannya. "Aku hanya membutuhkanmu"

Sakura merasakan kehangatan menjalari tubuhnya. "Kau baik-baik saja?"

"Hn."

"Apa kau tidak dimarahi?"

"Hn."

"Apa tidak ada yang memukulmu?

"Hn."

"Apa kau sekarang sedang berbohong?"

"Hn-Ahh" Sasuke refleks mengaduh ketika tangan sakura mengusap pipinya. Tepat pada titik tamparan ayahnya yang lalu. Rasanya benar-benar perih dan menyakitkan.

"Kau dipukul ayahmu ya?" Sakura berusaha melepaskan pelukannya. Tapi Sasuke semakin berusaha mengeratkannya. "Lepaskan aku! Aku ingin melihat lukanya."

"Itu tidak sakit."

"Kau bohong, Sasuke-kun!" Sakura tidak bisa mengendalikan dirinya untuk tidak menangis. "Kau terluka karena aku'kan?"

Tangannya yang mungil berusaha memukul punggung Sasuke agar laki-laki itu bersedia melepaskan pelukannya.
Itu terasa geli. Tapi Sasuke mengalah padanya dan melepaskan pelukannya.

Sakura segera berlari mencari saklar lampu.

Klik

Cahaya itu mengubah seluruh penglihatannya. Juga sosok Sasuke yang selama ini tidak pernah ia kira.

Wajah pria itu kelihatan kalut dan berantakan. Bukan hanya pipinya, sudut bibir Sasuke juga robek dan sedikit mengeluarkan darah.
Pria itu benar-benar terluka karena dirinya.

Tangisan Sakura menjadi semakin pilu. Ia berlari kearahnya dan segera memeluk Sasuke dengan begitu erat.
"Maafkan aku, Sasuke.. maafkan aku."

Tubuh Sasuke hanya bisa membiarkan Sakura memeluknya.

Wanitanya menangis dengan amat pilu. Membuat hatinya sendiri terasa tersayat.

"Ini bukan salahmu."
"Ini salahku.. karena aku, kau jadi terluka.."
"Tidak sakura.."
"Seharusnya aku tidak datang dan hmpphh"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please Let Me Bear Your ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang