𓃱𓃱𓃱
'Kring!
Bel tanda istirahat berbunyi. Pembelajaran yang dilakukan oleh Bu Arumi pun terhenti. Ia terlihat sedang merapikan buku-bukunya. Setelahnya ia berdiri di depan kelas, senyum masih terlukis di air mukanya.
"Sampai nanti Bu...!" salam sampai jumpa semua murid serukan, mereka juga berdiri untuk memberi salam kepada sang guru yang sudah mengajarkan ilmu kepada mereka.
"Sampai jumpa di keesokan harinya ya anak-anak, kalian bisa beristirahat," kata Bu Arumi seraya pergi dari kelas. Kelas pun mulai ricuh, mereka berbondong-bondong ke luar kelas. Ada yang ke kantin untuk mengisi perut, ada yang ke kelas temannya yang berbeda kelas. Ataupun sang kutu buku yang selalu menghabiskan waktu istirahat dengan membaca di perpustakaan sekolah.
Panca dan kedua sahabatnya yaitu Abimayu dan Bimantara pun menuju kantin. Mereka bertiga sempat berdesakan saat mengantri untuk makanan, setelah mendapat makanan pun mereka mencari tempat duduk dan duduk disana. Mereka bertiga duduk di meja pojok paling sudut.
"Jadi?"
Suapan bakso terakhir milik Panca terhenti, ia menatap kedua sahabatnya yang terlihat jelas meminta penjelasan. Abimayu yang bertanya tadi terlihat sudah menghabiskan nasi gorengnya, dan Bimantara yang sudah selesai menyelesaikan mie ayamnya.
Suapan tadi Panca suapkan kedalam mulutnya, ia mengunyah, dan menelan.
"Gue mimpi aneh seminggu ini," kata singkat Panca. Mangkok kosong ia singkirkan ke samping kirinya.
"Mimpi aneh gimana?" Bimantara terlihat bingung, ia mengusap tengkuknya—kebiasaannya saat bingung.
"Mimpi itu berulang-ulang, juga mimpinya dobel. Jadi gue kayak mimpi, terus bangun di mimpi, terusnya lagi bangun di dunia nyata," jelas Panca. Abimayu terlihat mengernyit, ia lalu membuka suara,
"Jadi lo kayak mimpi di dalem mimpi?"
'Tak!
Panca menjentikkan jarinya. "Iya, Kira-kira kayak begitu!"
"Ditambah, ada nenek berkebaya merah di mimpi gue."
"Nenek berkebaya merah?" tanya memastikan Bimantara. Panca menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Nenek itu pas dimimpi awal kelihatan baik-baik, tapi pas di mimpi kedua neneknya nyeremin. Nenek itu nyekik leher gue terus ngomong sesuatu sama gue,"
"Ngomong apa emangnya?" Abimayu yang bertanya. Ia menumpukan tangannya di atas meja.
"Nggak ngerti artinya. Tapi kayaknya ada sesuatu deh." Panca menopang dagu, pikirannya bercabang.
"Sesuatu? Itu cuma mimpi kan? Cuma bunga tidur?" Alis Bimantara bertaut.
"Gue juga pinginnya sih kayak gitu, tapi kejadian pagi ini ngebuat gue nggak bisa mikir kayak gitu."
"Kejadian pagi ini?" tanya Bimantara lagi. Dirinya terlampau penasaran,apalagi ini menyangkut sang sahabat yang usianya dua tahun di bawah dirinya.
Panca mengangguk, ia menyikap kerah Hoodienya. Bimantara dan Abimayu memperhatikan, mereka sangat terkejut kala melihat bekas cekikan tercetak jelas di leher Panca.
"Heh! Pan!"
Panca mengangguk lagi. Abimayu memegangi kepalanya heboh, netranya melotot kaget.
"I-itu bekas cekikan..?" tanya teredam Bimantara. Bagaimana pun, ketiganya sedang ada di dalam keramaian.
"Iya, sama kayak di mimpi gue pas nenek itu nyekik gue." Panca menutupi lagi lehernya. Ia dengan wajah serius dan tegang terpasang jelas di air mukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ℙ𝔸ℕℂ𝔸 𝕀ℕ𝔻ℝ𝔸
Horror"Sukmomu bedho...!!!" Seruan lantang tersirat berbagai makna itu terngiang di dalam benak Panca. Hingga menyisakan banyak kejadian tak masuk akal yang menimpa diri Panca. Semua dimulai dari seruan di dalam mimpi tersebut. Mimpi yang seharusnya hany...