Bab : 2 Dihukum

25 3 1
                                    

Hari sudah malam, hujan sudah perlahan berganti gerimis. Di satu ruangan gadis dengan suraian hitam yang tergerai sedang duduk di atas kasur dengan novel nya.

Aktifitas nya terhenti ketika dentingan dari benda pipih yang sedang menyetel lagu itu berbunyi.

Aktifitas nya terhenti ketika dentingan dari benda pipih yang sedang menyetel lagu itu berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tangan nya menutupi mulut, tanda salting dengan pesan dari Kai. Raut wajah yang semula biasa saja sekarang memerah dengan senyum yang mengembang indah.

"HUAAAHHH ini serius? Demi apa? Gaboong, sumpah gue salting parah" ucap nya sembari melempar guling dan bantal nya.

Hari semakin larut malam, entah kenapa malam ini perut Anara Sangat sakit, tidak biasanya begini. Hujan yang tadi mulai mereda kini semakin deras, membuat Anara semakin tidak bisa tidur.

Sekarang sudah jam 1 malam, Anara juga belum bisa tidur. Dia sudah mengantuk, tapi dia tidak bisa tidur dengan keadaan perut yang sakit.

Dia berusaha memejamkan matanya agar bisa tidur karena besok mau sekolah.

—oOo—

Langit sudah kembali biru, awan juga mengizinkan matahari untuk bersinar, hari sudah pagi, namun Anara baru bangun tepat jam 06:49.

Gadis itu tampak lemas, suara nya begitu sayu "Yaahh telat" ujarnya dengan nada lirih. Anara dengan cepat mengambil ranselnya karena sebenar nya dia sudah bangun dari subuh bahkan sudah siap-siap, tapi dia malah ketiduran karena asyik baca buku.

Di perjalanan, Anara berlari untuk mencari kendaraan yang bisa membawanya ke sekolah. Setelah sampai, ternyata angkotnya sudah pergi. Anara mencoba untuk mencari tukang ojek, namun percuma.

Aneyra ingin jalan, tapi perutnya sakit. Mau menunggu sampai ada kendaraan juga tidak mungkin. Dia melihat jam di hp nya yang terpampang jelas jam 06:53. Ingin sekali dia menangis karena takut telat, namun suatu keberuntungan datang.

Nampak seorang siswa yang memarkirkan motornya di depan Anara, "Nar, ngapain di sini?" Tanya lelaki itu.

Anara hanya menggeleng.

Nampak jelas mata lelaki itu menyipit dengan alis yang terangkat. "Lo ngapain disini? Lo kesiangan? Yaudah ayok bareng gue" ajak nya.

"Gue gamau ngerepotin Lo—"

Belum selesai Aneyra berbicara, Farel sudah lebih dulu memotong nya "Naik. Garepot sama sekali Nar, kita satu sekolah juga. Udah, naik, kita udah telat"  Anara hanya mengangguk.

Setelah sampai, ternyata bukan hanya mereka yang di hukum, mereka juga hampir mau di kasih hukuman, tapi tidak jadi karena Farel memberi alasan "maaf pak, tadi saya sudah izin ke wali kelas. Bapak bisa lihat ini, tadi kami berdua lagi bantuin nenek ini" ucapnya, agak manipulasi dikit.

Sebenar nya memang benar Farel membantu nenek-nenek yang mau di rampok, tapi disitu tidak ada Anara. Tidak masalah, yang penting keduanya bisa masuk kekelas. Untuk Anara nanti bisa di urus.

Nabastala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang