Bab : 4 Rumah

24 3 4
                                    

"Tidak masalah kan aku merayu Tuhan untuk hidup di jalan seperti waktu aku kecil dulu? Ma, pa, syarat sakit gak harus terluka kan?"—Anara

Bahkan rumah yang sederhana lebih indah di bandingkan rumah mewah dengan sejuta kekerasan.

"Waktu berputar dengan cepat ya ma? Nara kecil sekarang sudah besar, Nara yang ceria sudah usai. Maa, hidup Nara kenapa sesakit ini?"

Gadis kecil dengan takdir nya, dia merasa paling bahagia kala itu. Namun, sayang, ternyata ice cream yang dulu dengan yang sekarang beda. Dulu di belikan dengan rasa sayang, sekarang beli sendiri untuk mengenang. Kala emosi merubah segalanya, dan anak kecil tanpa dosa itu menjadi sasaran nya.

Anak itu tergeletak di lantai, satu persatu pukulan mendarat di badan nya "Mama bukan Nara maa" lirih anak itu, dia sesenggukan dengan badan yang habis di pukuli.

"Papa tolong Naraa" gadis itu terus meminta tolong dengan suara lirih nya, bukan mendapat pertolongan dari sanga ayah, lelaki paruh baya itu malah ikut memukuli anak nya tanpa rasa kasihan sedikit pun.

"MAA, PAA, BUKAN NARAA. NARA GAK ADA PEGANG LAPTOP NYAAA" teriak anak itu sembari menangis kejar atas ulah orang tua nya.

"SAYA TAU KAMU YANG MENGHAPUS NYA, JANGAN BERBOHONG ANJING. KAMU ITU HANYA MALAPETAKA UNTUK KELUARGA SAYA" bentak Anggata dengan sangat penuh ke sadaran dalam mengatakan kalimat kasar itu.

Pasalnya, Apara sendiri yang tidak sengaja menghapus fail penting di laptop nya, namun dia sendiri tidak menyadari itu. Anara memang masuk ke ruangan kerja Apara, Anara melihat layar laptop lalu keluar, beberapa menit kemudian Apara berjalan menuju laptop nya, entah apa yang dia lakukan sampai fail itu sendiri terhapus oleh nya. Anara kembali keruangan itu dan memanggil Apara.

"Mama, mama darimana? tadi Nara cari kesini gak ada"

Apara dengan emosi nya, menghapuskan laptop lalu berteriak di hadapan Anara "KAMU APA KAN LAPTOP SAYA, HM? KAMU APAKAN?!"

mendengar suara keras dari Apara, Anggata pun berlari menuju ruangan itu. "Kenapa kok teriak?" Tanya Anggata sedikit terganggu karena dia lagi pusing dengan kerjaan nya.

"LIHAT. LIHAT ANAK INI. LIHAT!!" suruh nya menangis penuh emosi.

Anggata nampak bingung, tumben sekali istri nya marah begini, apa lagi pada Anara "kamu kenapa? Nara kenap?" Tanya nya lalu melihat laptop yang sudah retak. "Itu kenapa?" Tanya nya lagi sembari menunjuk ke arah laptop.

Anggata berjongkok di hadapan Anara yang menagis, lalu mengusap air mata Anara. "Nara nya papa kenapa sayang?" Tanya Anggata lembut. Meskipun dia lagi lelah, banyak pikiran, dan emosi. Jika dengan Anara rasanya hanya ada rasa bahagia.

"HAPUS!! HAPUS AIR MATA BANGSAT ITU, LIHAT GARA-GARA DIA FAIL PENTING PERUSAHAAN HILANG MAS"

Anggata membulatkan matanya tidak percaya dengan semua ini. Dia merasa tidak yakin, namun tadi dia melihat putri nya keluar dari ruang kerja. "Nara hapus fail nya?"

Anara menggeleng singkat dengan tangisan nya "Bukan Nara paa, tadi Nara cuman liat doang terus keluar" adu nya kepada Anggata.

Bugh

"TIDAK USAH MENGELAK NARA, SAYA TIDAK PERNAH MENGAJARKAN KAMU UNTUK BERBOHONG SEPERTI INI"

Apara semakin emosi, ia terus memukuli Anara. Tanpa rasa kasian ia menyeret Anara ke dapur dan menuangkan air hangat di kedua tangan Anara.

Anara kecil terisak kesakitan, rasa nyeri dan panas ia rasakan tanpa ada nya rasa kasihan dari kedua orang tua nya. "Papa tolongin Naraa" lirih nya sesenggukan tak berdaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nabastala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang