Bab : 3 Hujan

23 4 3
                                    

Jam istirahat sudah berlalu, kini kegiatan P5 akan di mulai lagi. Anara sudah kembali ke kelas dengan hoodie yang masih terlilit rapi.

Tidak lama setelah bel berbunyi, ibu Meel masuk untuk memberi materi. "Tadi sudah di catat apa yang mau di beli?" Tanya Bu Meel mendapat anggukan tanda iya oleh murid nya.

Bu Meel melirik ke arah Anara, sedikit menyipitkan matanya dengan senyum yang indah "Tadi Nara kenapa telat?" Tanya nya lembut, lantaran Bu Meel sangat dekat dengan Anara.

Anara menggeleng singkat "sakit perut Bu, semalam ga bisa tidur jadi kesiangan" jawab nya.

"Kenapa? Kok bisa sakit perut?" Tanya Bu Meel khawatir.

Anara hanya cengengesan, dengan gelengan kepala "Biasa Bu" jawab nya, seperti paham, Bu Meel mengangguk lalu kembali memberikan materi.

....

"Gue sama Alesa bagian angkut barang aja deh" kata kely.

"Gue ajalah, kan gue cowok, jadi gapapa gue angkat barang" ujar Galang.

"Bilang aja gak mau ke lapangan" sindir  Alesa.

"Kai sama Nara bagian belanja Ke pasar gapapa kan?" Tanya kely.

"Gue sama Galang aja" jawab nya "nanti kalo Nara sakit perut lagi gimana?" Tanya Kai.

"Kan udah enakan, lagian kalo Galang yang belanja emang kalian paham?" Tanya kely.

"Gue males ke lapangan" pasal nya, merek di suruh kumpul untuk di beri arahan, namun Galang tidak mau kalau sendirian.

"Ya terus apa? Mau ngebiarin Nara di Lapangan panas-panasan terus sakit lagi?" Kata Alesa sedikit kesal. "Lagian tinggal berdiri doang. Udah ya, kita udah sepakat!!" titah Alesa tak mau di bantah.

"Ya tapi kan—"

Belum sempat Kai menyelesaikan, perkataannya sudah lebih dulu di sela oleh Anara. "Ya udah sih gue sendiri juga gak papa. Ribet banget tinggal pergi doang" kesal nya, karena seperti tidak ada yang menginginkan nya di sana.

—oOo—

Kai dan Anara berjalan menuju parkiran, Kai sedikit melirik ke Anara untuk bertanya "Gak sakit lagi kan ini?" Tanya Kai.

Anara yang di tanya begitu hanya menatap Kai tajam tanpa berniat untuk menjawab.

Mereka kepasar untuk membeli bahan makanan yang ingin mereka masak. Setelah lama berjalan, Kai bingung sendiri karena ia tidak tahu mau membeli apa lagi.

"Kita beli apa lagi?" Tanya Kai.  Sungguh baru kali ini Kai dibuat seperti orang tolol yang ngemis perhatian, karena dari tadi Anara tidak memperdulikan nya.

Anara hanya berjalan menuju parkiran tanpa memperdulikan kan Kai. Setelah sampai di motor, barulah Anara buka suara "ke supermarket"

Kai yang notabenya dingin, ketika di satukan dengan manusia yang tak kalah dingin, maka hening. Sepanjang jalan hanya diam, Anara bisa di bilang hanya kagum, namun kagum itu topeng. Dia mungkin benar-benar menyukai Kai. Tapi antara mereka, ego lebih di sanjung.

Nanti dulu soal cinta, yang di utamakan ya harus tetap ego. Tidak ada yang mau menurunkan gengsi, jadi diam adalah solusi terbaik untuk dua manusia ini.

Nabastala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang