1# Panggilan Eksplorasi

38 18 0
                                    

"Bintang bertaburan, galaksi luas
Alam semesta, begitu indah
Dengan rasa kagum, ku melangkah
Menuju petualangan yang tak terduga"

~~~~~~~~


Di bawah kubah planetarium yang gelap, Anya berdiri di tengah-tengah bintang-bintang buatan. Jari-jarinya menyentuh permukaan layar canggih yang dingin. Layar itu berbentuk oval, memancarkan cahaya lembut, dan menampilkan pola-pola kompleks yang terus berganti.

"Apa arti semua simbol ini?" gumamnya pelan.

Mata Anya terpaku pada titik-titik cahaya yang berkedip-kedip, seolah-olah sedang mengurai data yang kompleks.

Dr. Smith, mentor sekaligus orang terdekat Anya, mendekat.

"Layar ini bukanlah sembarang layar, Anya," ujarnya, matanya berbinar.

"Ini adalah antarmuka AI terbaru yang kami kembangkan. Dengan teknologi infra merah yang canggih, layar ini mampu menampilkan data astronomi secara real-time dan menganalisisnya dengan cepat. Pola-pola yang kamu lihat itu kemungkinan besar adalah representasi visual dari data yang diambil oleh teleskop ruang angkasa kita."

Anya mengangguk perlahan, mencoba mencerna informasi tersebut.

"Jadi, layar ini seperti sebuah jendela ke alam semesta?" tanyanya penasaran.

"Tepat sekali," jawab Dr. Smith. "Dengan layar ini, kita bisa menjelajahi kosmos tanpa harus meninggalkan Bumi. Siapa tahu, di balik pola-pola rumit ini tersembunyi petunjuk tentang asal-usul kehidupan atau bahkan keberadaan planet yang dapat dihuni."

"Wawwww keren sekali, apakah dari pola tersebut memungkinkan kita untuk terjun langsung mengeksplorasi planet lain Dr. Smith?" tanya Anya kagum.

Dr. Smith menjawab dengan pasti,
"Tentu saja Anya! Dengan data yang kita kumpulkan, kita bisa membuat simulasi yang sangat realistis tentang permukaan planet lain. Bahkan, kita bisa merencanakan misi eksplorasi yang aman dan efisien." Senyum Dr. Smith merekah, terlihat sangat antusias.

Anya semakin antusias mendengarnya
"Wah, berarti kita bisa mengunjungi planet merah itu ya, Dok? Yang katanya punya peradaban kuno yang akan merusak alam semesta?" tanya Anya tidak yakin, mengerutkan kening, penasaran dengan misteri planet merah tersebut.

Anya merenung, 'Jika Tuhan menciptakan alam semesta yang begitu luas, pasti ada tujuan di balik setiap planet yang ada, termasuk Mars. Mungkin kita akan menemukannya suatu saat nanti.

"Hmm, planet merah memang menyimpan banyak misteri, Anya. Tapi kita harus ingat, sains itu tentang eksplorasi dan mencari tahu kebenaran. Mungkin saja, cerita tentang peradaban kuno itu hanya mitos. Atau, bisa jadi ada penjelasan ilmiah yang lebih masuk akal." Dr. Smith menatap Anya dengan tatapan penuh makna.

Dr. Smith tersenyum mendengar pertanyaan Anya. Dalam benaknya, ia mengingat kembali buku-buku kuno yang pernah ia baca tentang peradaban Mars. Mungkin saja, cerita-cerita itu bukanlah sekadar mitos.

"Wah, seru sekali! Saya jadi nggak sabar untuk ikut menyelidikinya, Dok!" Anya mengepalkan tangannya dengan semangat.

Cringgggggg!!!~
Tiba-tiba, ponsel Anya berdering nyaring. Itu adalah panggilan dari Direktur Utama.

"Permisi, Dr. Smith. Sepertinya ada panggilan penting." izin Anya untuk mengangkat telpon.

"Silakan, jawab saja. Jangan lupa untuk merekam pertemuan kita nanti." jawab Dr. Smith mempersilahkan

Anya mengangkat telponnya, ia merasa sedikit gugup kali ini. Apakah akan ada terobosan baru yang akan ia eksekusi.

"Halo, Direktur!" ucapnya sedikit hati-hati

"Anya, saya dengar kamu sedang berada di dome dan meneliti layar emisif itu. Saya ingin kamu segera ke ruangan saya. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan."

"Baik, Direktur. Saya akan segera ke sana."

Anya menutup teleponnya dengan perasaan berdebar. "Dr. Smith, sepertinya ada perkembangan baru. Saya harus segera ke ruangan Direktur."

"Selamat, Anya. Ini adalah kesempatanmu untuk berkontribusi lebih besar lagi dalam proyek ini. Saya yakin kamu akan berhasil."

Anya tersenyum lebar. Dengan semangat yang berkobar, ia bergegas menuju ruangan Direktur, membawa harapan untuk masa depan eksplorasi ruang angkasa.

••••••~~~••••••


Anya melangkah masuk ke ruangan Direktur, matanya langsung tertuju pada layar besar yang menampilkan gambar permukaan Mars yang menakjubkan. Direktur tersenyum menyambutnya, lalu mempersilakan Anya duduk di hadapannya.

"Anya, terima kasih sudah datang secepat ini," sapa Direktur dengan ramah. "Saya tahu kamu pasti sangat sibuk."

"Tidak masalah, Direktur," jawab Anya, membalas senyum Direktur. "Saya selalu siap jika ada tugas penting."

Setelah beberapa saat basa-basi ringan, Direktur akhirnya masuk ke pokok pembicaraan, menatap Anya dengan serius.
"Anya" Direktur mulai, suaranya memberat.
"Saya punya kabar yang akan membuatmu sedikit terkejut.*

Anya meneguk ludah, jantungnya berdebar tak karuan. Intuisi buruk mulai menghantui pikirannya.
Merasa ada yang tidak beres. Nada bicara Direktur yang biasanya santai kini terdengar lebih formal.

Anya berusaha menyembunyikan kegugupannya "Ada apa, Direktur?"
tanyanya, suaranya sedikit gemetar

Direktur menarik napas dalam-dalam. "Seperti yang kamu tahu, kita sedang mengembangkan teknologi baru untuk eksplorasi ruang angkasa. Dan saya ingin memberitahumu bahwa kamu telah terpilih untuk menjadi bagian dari tim rahasia misi eksplorasi ke Mars."

Anya terbelalak. "Maksud Direktur, saya akan pergi ke Mars?" tanyanya, tak percaya.

Direktur mengangguk tegas. "Ya, Anya. Kamu tahu misi ini sangat penting kan? kita membutuhkan orang-orang terbaik seperti kamu."

Anya terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya. Mimpi yang selama ini hanya ada dalam imajinasinya, kini menjadi kenyataan. Namun, bersamaan dengan rasa senang, muncul pula rasa takut dan khawatir.

"Ini...ini sungguh mengejutkan," ujar Anya, masih belum sepenuhnya percaya.

"Tapi, saya siap, Direktur. Saya akan memberikan yang terbaik untuk misi ini."

Direktur tersenyum puas. "Saya tahu kamu bisa, Anya. Misi ini akan menjadi tonggak sejarah bagi umat manusia. Dan kamu akan menjadi bagian darinya."

Anya mengangguk mantap, matanya berkaca-kaca. "Terima kasih, Direktur. Saya tidak akan mengecewakan Anda."

Direktur mengangguk, "Saya yakin kamu akan melakukannya dengan baik, Anya. Sekarang, kamu pulanglah dan istirahat yang cukup. Besok kita akan membahas detail misi ini lebih lanjut."

Anya berdiri dan menyalami Direktur. Dengan langkah ringan, ia meninggalkan ruangan. Pikirannya masih melayang pada kabar mengejutkan yang baru saja ia terima. Misi ke Mars. Mimpi yang dulu terasa begitu jauh kini semakin dekat.


















********

"Di tengah heningnya kosmos, ia merasakan nostalgia kosmik yang mendalam."

Malam ini, bintang-bintang seolah lebih terang dari biasanya. Mungkin karena ada satu bintang baru yang bersinar lebih cemerlang, yaitu mimpi Anya yang kini menjadi kenyataan. Apakah kamu pernah menatap langit malam dan membayangkan dirimu menjelajahi galaksi? Atau mungkin kamu punya planet favorit yang ingin kamu kunjungi? Bagikan petualangan kosmikmu di kolom komentar. Mari bersama-sama mengukir jejak di alam semesta yang luas ini.

La Notte Stellata Di Marte (The Starry Night of Mars)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang