[08] Sonder: Kagura

27 2 0
                                    

Semua korban keracunan adalah anak anak, bahkan secara spesifik adalah anak anak yang dekat dengan para shinobi dan dia hampir mengenal semuanya yang sekarang kesakitan dengan warna tubuh yang berubah, dan terus terlihat menggigil.

"Obati semua yang terluka, jangan lewatkan siapapun" Ujar kagura pada kedua shinobi medis yang bersamanya tersebut, dan secara diam diam meminta mereka untuk mengambil sampel sebagai barang bukti dengan hati hati mengingat ada mata elang pengawal yang mengawasi mereka, dan moncong senjata yang dingin terus menekan lehernya, dan bisa kapan saja menebasnya seraya terus meneriakkan ancaman jika mereka saja para medis terlihat melakukan hal yang mencurigakan.

"Biarkan mereka bekerja dengan tenang, tuan tuan sekalian." ujar kagura mencoba mengambil atensi para penjaga yang terus mengancam tersebut yang membuat semua paramedis bekerja dengan ketakutan, apalagi pasien mereka adalah anak anak. "Aku akan menepati janji untuk tak melukai siapapun, setidaknya biarkan mereka memeriksa tanpa gangguan, kita tak mungkin memberikan ingatan buruk pada para anak anak yang kalian jaga, bukan?"

Entah tertohok oleh perkataan kagura atau mereka masih memiliki kesadaran untuk menurunkan senjata di hadapan anak anak mereka akhirnya mundur, memberikan ruang sejenak namun dengan posisi siaga tanpa menyarungkan pedang.

"Tetap bersiaga, jangan biarkan kata katanya mempengaruhi kalian."

Suara seseorang yang baru masuk itu membuat seluruh pengawal bergidik, dan menyingkir dengan serentak, menampakkan wajah pongah yang sejak awal membuat kagura jengah sejak menginjakkan kaki disini, namun kali ini kedatangannya diikuti bau bunga hazel yang tipis yang semakin kuat saat putra daisho mendekat ke arahnya dengan muka mengejek mengatakan jika sebagai seorang terdakwa dia tak bisa mengatakan hal sembarangan, apalagi menentang pasukan penjaga kedamaian desa tersebut.

Namun yang membuat kagura meradang adalah saat pemuda itu merangkulnya kemudian mengambil kedua sampel darah di kantongnya yang sempat diambil secara diam diam dengan menginjaknya sampai pecah, dimana terlihat gumpalan merah yang merekah saat terkena udara luar dan juga serpihan baju berwarna hijau familiar yang membuatnya terbelalak.

"Bukankah itu warna merah yang cantik menyebar dalam tubuh anak anak ini?"

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sementara itu di lain seorang berjuang untuk berlari cepat dengan tangan yang terluka menyusuri tebalnya salju, berusaha tak melihat ke arah pasukan yang mematung di pinggiran desa tersebut, dengan mata yang seolah mengikuti langkahnya yang kian terseok, namun ia harus tetap kembali dan membawa kabar mengejutkan ini. berita yang mungkin bisa menyelamatkan desa ini. namun langkahnya tertahan oleh sesosok berjubah hitam yang menghantam punggungnya keras hingga dia jatuh berdebuk membuat matanya kabur dan semakin buram melihat sekelilingnya, sial sekali padahal dia membawa berita yang penting! shikadai-kun harus tahu tentang ini!

Rasa sakit yang menjalar dari tubuh belakangnya membuatnya lemas, dinginnya malam juga salju abadi yang menutupi tubuhnya membuat dia semakin kaku tak bisa digerakkan, dan semua harapan serta semangatnya semakin redup saat di ujung matanya ia melihat sosok itu mengayunkan kapaknya dan semuanya menjadi gelap sejenak, namun ia masih merasakan jika lehernya masih menyatu, dan saat ia mendongak pemandangan mengerikan wajah yang terbelalak berderai air mata berdarah dengan tudung yang terpotong rapi bertatapan dengannya, dan suara yang berderap gemuruh dari arah pasukan yang mematung tersebut, serta seseorang yang berlarian ke arahnya dengan tangis.

"Wasabi-chan!"

Ia hanya melihat pita oranye yang mengikat kepang rambut itu dengan mencolok, setelahnya semuanya gelap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOTICE : Find The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang