rion selalu meninggalkan caine sendiri di rumah, seminggu dia pulang hanya sekali, caine merasa hidup sendiri, bahkan terkadang caine tak menyangka bahwa ia telah menikah.
hampir kurang dari satu tahun, mereka terus begini, seakan mereka tak mempunyai hubungan apapun.
caine tahu, cepat atau lambat mereka pasti akan mengakhiri hubungan suami istri ini.
caine sangat sering curhat kepada gin, gin juga merupakan salah satu orang yang paling akrab dengan caine, gin adalah teman SMA-kuliah caine, bahkan mereka satu tempat kerja bersama.
beberapa minggu ini rion lebih sering di rumah, membuat waktu caine dan gin mengobrol di telepon jadi lebih terbatas.
pagi yang cerah, cahaya matahari mulai naik ke permukaan. caine keluar dari kamarnya, ia turun kebawah untuk memasak sarapan.
di lantai bawah terlihat rion yang tengah duduk di sofa sambil memandang laptopnya.
caine sedikit canggung, tapi mau bagaimanapun dia harus berhasil ke dapur.
"caine" sahut rion.
caine terkejut dengan panggilan itu, sudah lama rion dan caine tak berkomunikasi, terakhir kalinya mereka berkomunikasi adalah ketika hari pertama mereka tinggal bersama.
"y-ya?" gugup caine.
"buatkan aku koffie" titah rion.
"baik.." caine bergegas membuatkan rion koffie.
dari kejauhan rion memandang caine yang sibuk membuat koffie. caine menggunkan celana pendek dengan kaos polos, membuat rion sedikit gagal fokus.
"tumben sekali, apakah dia memang sering menggunakan celana pendek? atau aku yang tak memperhatikan" batin rion.
"siapa perduli" batin rion.
caine selesai membuatkan rion koffie, sekarang caine bingung, bagaimana dia akan mengantarkan koffie ini ke rion? caine takut rion akan tak suka jika harus berpapasan langsung dengan caine.
"tak perlu takut, aku tidak akan menelan mu. sekarang bawakan koffie itu kemari" sahut rion.
entah apa yang merasuki rion sehingga menjadi lebih peka.
caine dengan gugup sambil membawa koffie ke rion.
caine menyajikan secangkir koffie hangat di samping rion.
rion tak mengatakan sepatah katapun, caine menaruh koffie itu di atas meja dan berencana langsung pergi melanjutkan pekerjaannya di dapur.
"tunggu, caine"
"aku sudah pesankan makanan, tidak usah masak, tapi jangan salah paham, aku sengaja membuatmu tak perlu memasak agar kau bisa membantuku menyuci mobil"
"ah, y-ya"
< SKIP. DI GARASI >
🗣️: "lho, katanya rion seorang anak milyarder, kok mobil aja nyuci sendiri"
jadi ayah rion sengaja melepas rion, biar ga tergantung terus sama ayahnya, bahkan rumah mereka, itu rion sendiri yang beli pake uang tabungannya. jadi kalau mau jadi jutawan rion harus usaha sendiri dan gaboleh terus-tetusan pake uang ayahnya.
"ini caine, pegang selangnya"
caine memegang selang yang rion berikan.
"siram mobilnya, aku mau ambil sabun"
"ya" saat caine tengah menyiram, tiba-tiba saja air dari keran menyurut. caine bingung lalu mengecek.
tiba-tiba air yang tadinya surut menjadi besar kembali, membuat caine tersembur.
caine terkejut, lalu menjatuhkan selang airnya.
"AHAHAHAHA" rion tertawa terbahak-bahak.
caine merasa sedikit kesal dengan kejahilan rion, sekarang bajunya basah kuyup terkena semburan air.
caine melepaskan kacamatanya. rion yang tengah tertawa terbahak-bahak spontan diam karena pertamakali melihat caine tanpa kacamata.
"hey. masuk aja sana, ganti bajumu, nanti sakit, aku yang repot. biar aku aja yang lanjutin sendiri" titah rion.
"tapi.."
"aku bilang masuk!" bentak rion.
caine tak ingin membuat rion semakin marah, akhirnya caine masuk ke dalam rumah, dan mengeringkan tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE PATH #rioncaine
Short Story"ini hanya perjodohan, jangan mengharapkan cintaku" ⚠ warning justfiksi ini ga terjadi di ooc dan cuma karangan penulis. mengandung unsur bl, yg homopobic silakan pergi. ⚠