06

1.1K 109 12
                                    

Keesokan paginya...

Matahari mulai terbit dalam menembus tirai putih yang menutupi seluruh kaca jendela kamar Wilo. Pagi ini para manusia kembali sibuk dengan dunianya masing-masing, namun Karina dan Wilo masih sibuk dengan dunia mimpi mereka yang belum usai. Kedua gadis itu masih terlelap dengan posisi yang sedikit berjauhan, bahkan salah satu kaki Wilo terlihat menindih perut Karina yang sedang tertidur pulas.

"Hacuh! uhuk-uhuk! " suara bersin yang dituturi oleh batuk tiba-tiba saja menyambut pagi mereka yang sama-sama masih belum tersadar dari mimpinya. Dan suara pengganggu itu berasal dari mulut Karina yang kini mulai terbangun dengan pandangan yang masih samar-samar untuk melihat.

"Dingin banget anjir" gumam Karina pelan, ia memperhatikan seisi kamar Wilo yang masih cukup gelap dalam penerangan. Ia pun mulai mendudukkan dirinya untuk mengumpulkan nyawa.

"Uhuk-uhuk! " suara batuk kembali terdengar. Karina langsung meraba-raba perutnya yang tiba-tiba saja terasa nyeri. Mungkin itu akibat dari tendangan Giselle kemarin malam.

"Ck, good morning my princ—

Bruk! -

Terkejut. Wilo yang asalnya tertidur pulas tiba-tiba saja terbangun setelah mendengar sesuatu yang bising di sampingnya. Kedua bola matanya langsung terbuka sangat lebar, dan ia langsung menemukan Karina yang entah mengapa sedang berbaring di lantai. Wilo semakin dibuat terkejut saat melihatnya.

"Kayinn, kayin ngapain tidur di lantai" tanya Wilo bingung. Nyawanya langsung terkumpul penuh akibat dari keterkejutannya dalam melihat sang kekasih yang terbaring di atas lantai.

"Aku— aku gapapa sayang, aku cuman ngambil—

"KAYIIIIIINNNNNNN!!! " Wilo tiba-tiba saja berteriak memotong ucapan Karina. Si gadis jangkung yang mendapati hal itupun tentu terkejut dan merasa bingung. Diatas kasur Wilo kini menatapnya dengan tatapan yang sangat khawatir, gadis itu langsung turun dan menghampirinya yang sedang berusaha untuk bangkit.

"Kenap—

"HIDUNG KAYIN BERDARAHHH, HIDUNG KAYIN BERDARAH KAYINNN! " panik Wilo. Ia langsung mengambil beberapa lembar tisu yang berada di atas meja riasnya dan kembali menghampiri Karina yang baru sadar jika sedari tadi hidungnya mengeluarkan cairan yang berwarna merah. Wilo langsung mengapit hidung mancung Karina bersamaan dengan mengelapnya dengan tisu yang sedang ia genggam. Telapak tangan Wilo pun kini bertemu dengan kulit Karina, dan ia merasakan jika suhu tubuh Karina tidak normal. Badannya terasa sangat panas.

"Kayin demam? " tanya Wilo. Karina yang ditanya seperti itu pun hanya terdiam. Lagi-lagi ia menyadari jika ternyata sedari tadi suhu tubuhnya tidak normal. Pantas saja, saat hendak mengecup kening Wilo ia malah tersungkur jatuh ke atas lantai. Kepalanya terasa sangat pusing hingga tidak bisa menjaga keseimbangan. Apa ini, apakah Karina sakit?

"Aku gapapa, kamu tenang aja"

"ENGGA! Kayin lagi sakittt.. Kayin harus banyak istirahat.. Kayin harus tidur lagi dikasur! " omel Wilo. Ia membantu Karina untuk berdiri dan menuntunnya menuju kasur. Gadis jangkung itu pun hanya menurut karena jujur saja kepalanya juga terasa sangat pusing. Wilo kembali menidurkan tubuh Karina dengan posisi yang nyaman. Tidak peduli dengan penampilannya yang masih acak-acakan layaknya bangun tidur, pagi ini Wilo malah dibuat khawatir oleh Karina.

"Ck, aku gapapa.. Kamu ngga usah khawatir gitu kayak orang aneh" ucap Karina. Ia berusaha menenangkan Wilo yang kini tengah mengikat rambut panjangnya dengan gerakan yang lentik. Gadis itu sedikit membenarkan penampilannya agar tidak terlalu acak-acakan. Wilo kembali menghampiri Karina setelah membawa sesuatu yang berada di laci lemarinya, ia membawa termometer ke hadapan Karina.

ILY Sister - winrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang