Quattro

1.2K 128 8
                                    

⎯⎯⎯

Pagi menyambut, matahari menyorot kamar mereka berdua. Tidak, hanya Taeyong yang tertidur nyaman di kasur itu.

"Euhh tuan itu ke mana?" Ujarnya seraya menoleh ke kanan kiri mencari seseorang.
Taeyong segera berdiri menuju ke kamar mandi, badannya sangat kotor akibat perbuatan tuannya kemarin.

Hangatnya genangan air di bathup membuat Taeyong merasa nyaman. Sudah lama ia tak merasakan rendaman air beraroma flower rose  ini.

Dughh
"Taeyong, Tae!" Sentak Jaehyun saat melihat kamar itu kosong dengan selimut berantakan, guling jatuh ke lantai. Pikirannya berkelana ke sana kemari.

Brakk
Suara gebrakan pintu dengan kasar tak membuat Taeyong terganggu, ia daritadi memejamkan matanya, tubuhnya terasa remuk, padahal tak melakukan hal berat.

"Sialan." Umpat Jaehyun saat melihat tubuh naked Taeyong, santai dengan menyenderkan kepalanya ke ujung bathup.
Taeyong tak menoleh sekalipun, ia tak menggunakan hearing aids-nya.

Gelombang air turun mengguyur lantai kering itu, Taeyong terkejut segera menoleh melihat hal apa yang terjadi. Itu semua ulah Jaehyun, ia ikut memasuki bathup ini dengan pakaian berceceran di depan pintu.

"Kenapa?" Tanyanya saat melihat Taeyong terdiam seraya menatapnya.
Taeyong tak mengerti apa yang Jaehyun tanyakan, ia segera kembali ke posisi semula dengan menundukkan kepalanya.
Tiba-tiba sodoran sabun cair di depannya, Taeyong melongokkan kepalanya ke atas menatap pembawa sabun cair.
Ia paham hal apa yang harus dilakukan, dengan segera Taeyong mengambil sabun itu, menuangkannya di shower scrub, tapi belum sabun itu menetes Jaehyun segera mengambil kasar shower scrub itu.

Jaehyun memperagakan tangannya, Taeyong hanya menggangguk paham.
Tuangan sabun itu beraroma mint apple, khas Jaehyun. Taeyong segera menggosok kedua tangannya.
Jaehyun membelakangi tubuh Taeyong, ia ingin digosok punggungnya serta sedikit pijatan.
Lembutnya tangan halus itu terasa di punggung Jaehyun, ia menutup matanya menikmati kegiatan ini.

Taeyong memijat dengan sebisanya, tuannya pasti kelelahan, pikirnya.
Jaehyun tiba-tiba membalikkan badannya, sekarang ia berhadapan dengan pria mungil ini.
Taeyong bersemu malu melihat keadaan di depannya, padahal kemarin malam ia sudah melihat 'itu' tetapi kali ini ia melihat dengan sadar dan jelas. Benda itu setangah bangun.
Jaehyun smirk saat melihat Taeyong melirik ke area intimnya.

Taeyong menggelengkan kepalanya tanda ingin mengusir pikiran kacaunya. Jaehyun dengan jahil membawa tangan kecil itu ke arah selatannya. Taeyong menganga tak percaya langsung menarik tangannya menjauh, ia langsung berdiri dari bathup untuk menghindari ulah sang tuan.
Saat ia berdiri Jaehyun menampar pelan pantat halus Taeyong. Menoleh dengan mimik wajah memerah marah, yang mana hal itu membuat Jaehyun memunculkan senyuman cacat di pipinya, cantik.

Taeyong keluar dengan bathrobe abu milik Jaehyun yang tersedia di rak kamar mandi dalam. Ia merutuki ulah Jaehyun yang kurang ajar, tak sopan pikirnya. Apa Jaehyun tak melihat bahwa ia juga lelaki, sama sepertinya.

Kanan kiri, Taeyong kebingungan ke mana ia pergi, di mana letak pakaian banyak itu, bukankah kemarin lemari pakaian itu ada beberapa potong baju? Kenapa menghilang.

"Kemari." Titahnya melihat Taeyong kebingungan, sial Jaehyun tak ingat bahwa Taeyong tak bisa mendengar.
Taeyong berlari kecil ke arah nakas untuk mengambil alat bantu dengarnya.

Pluk, terpasang.
Alat itu otomatis bekerja. Ia langsung mendengar sekitar, suara burung berkicau, angin sepoi-sepoi, dan suara gemericik air kolam di bawah.
"Sudah? Kemari." Suruhnya kedua kali memanggil Taeyong.
Taeyong membuntuti Jaehyun menuju arah walk-in closet. Rentetan pakaian, celana berbagai macam lengkap di sini.

Langah Jaehyun terhenti di rak bagian kemeja. Banyak model kemeja dengan berbagai macam kain dan merk.
Satu potong Jaehyun ambil dan berikan ke Taeyong. Hanya kemeja.
Taeyong segera mengambil dan pergi dari sini. Hanya dua langkah ia berjalan, deheman terdengar di ruangan sunyi itu.

Ekhmm.
"Ganti di sini, jangan menolak. Saya juga ganti di sini, bersama." Ucapnya menyuruh Taeyong.
Taeyong melotot terkejut ia berjalan mundur untuk kabur.

'Close the door.' Suara itu menggelegar di ruangan ini. Suara gesekan pintu dengan lantai terdengar, Taeyong merinding melihatnya, bagaimana bisa hanya dengan ucapan itu pintunya menurut. Apa semua yang di rumah ini menurut pada tuan ini?
"Sudah? Gantilah sekarang." Paksanya dengan nada tegas.

Taeyong dengan lambat melepas tali bathrobe itu hingga menjuntai ke bawah. Ia membuka dengan perlahan bahu bagian kanan, disusul turunnya bathrobe dari tubuh seputih susu itu.

Jaehyun menahan napasnya sesaat, melihat Taeyong dengan tangan bergetar mengancingkan kemeja putih yang tak berguna untuk menutupi tubuhnya. Ya, kemeja sangat terawang terlihat jelas putingnya dari luar. Jaehyun tersenyum sendiri melihat kemeja itu sangat cocok dipakai Taeyong.

"Cantik sayang." Mendekat, Jaehyun berjalan perlahan menuju Taeyong yang hanya menundukkan kepalanya. Ia malu memperlihatkan molek tubuhnya kepada orang asing, meskipun tadi malam sudah terjadi, tetapi hal ini sangat memalukan.

"Turunlah, makanan sudah siap. Saya akan menyusul nanti." Ucapnya sembari mengangkat dagu mungil itu, Taeyong hanya diam tak berkutik. "Apa tuan ini tak lihat jika aku tak mengenakan celana?" Dumelnya sendiri. Jaehyun hanya mengangkat satu alisnya tak paham mengapa manusia di depannya seakan tak mendenganya, padahal ia menggunakan alat bantu itu.

Taeyong mengerti dengan tatapan bertanya Jaehyun. Taeyong hanya melirik ke arah bawah untuk melihat kedua kaki kurusnya. Jaehyun langsung paham, ia menggelengkan kepalanya tanda menolak.
"Kau hanya pakai atasan, biarkan bawahmu terbebas." Ujarnya lalu dengan cepat menggunakan pakaiannya di depan Taeyong yang diam membisu. Dengan segera Jaehyun ke luar ruangan itu dan menuju lantai bawah.

"Duduklah. Akan kutinggal sebentar saja. Pulang nanti jangan tidur mendahului saya." Tegasnya. Lalu mereka makan bersama, hanya dentingan garpu dan sendok di ruang makan itu.
Setelah selesai Jaehyun langsung bergegas pergi. Ia ada janji dengan kedua temannya.

Taeyong memainkan kedua jari tangannya, ia menghela napasnya, lelah karena merasa sendiri lagi.

⎯⎯⎯



[Lanjut? Minim 100 vote!!]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Lanjut? Minim 100 vote!!]

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗧𝗮𝗸𝗱𝗶𝗿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang