Sei

471 94 6
                                    

⎯⎯⎯

Setelah drama di mana Taeyong ingin kabur, Jaehyun menghukumnya setengah hari. Ia menggunakan tubuh manis itu untuk memuaskan hasratnya kembali. Taeyong lelah. Seluruh tubuhnya terasa remuk, bahkan ia tak bisa berjalan normal karena lecet di area selatannya.

"Euggghh" ringisan terdengar pilu. Taeyong berusaha untuk berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi. Kepalanya menoleh ke kanan kiri mengecek keberadaan tuannya.

Kakinya melangkah terseok-seok, tangannya memegang dinding bewarna abu gelap, berusaha keras untuk menuju kamar mandi.

⎯⎯

Jaehyun fokus melihat laptop di depannya. Layar itu menunjukkan data penjualan dalam satu minggu ini. Hanya meningkat 3%. Memijat keningnya, pusing mendera kepalanya.
Mengecek berkas yang ada di hadapannya. Meneliti satu persatu kekurangan dalam produksi jual beli tersebut.

"Sial. Si penghianat itu!" geram Jaehyun karena melihat tak ada kesalahan dalam berkas itu tetapi ia mengingat saat pembukuan ini ada salah satu bawahan yang ia suruh untuk mengirimkan berkas asli kepada perusahaan yang akan kerja sama dengannya.

Telepon berdering, Jaehyun bercakap dengan Johnny di seberang sana, menyuruh kawanny untuk mengeksekusi penguntit itu.

Melamun seketika memikirkan Taeyong di penthousenya. Tiba-tiba rasa rindu muncul di hatinya. Memutar kembali memori kemarin malam,

"HAHAHAHA. KAU MAU PERGI HAH?" bentaknya tepat di telinga Taeyong yang berusaha melepas ikatan tangan dan kakinya sembari menangis keras.

Naked, Taeyong tak berbusana sama sekali. Suhu ruangan Jaehyun turunkan, 15 derajat. Dingin membuat bulu-bulu di badan Taeyang berdiri, melihat itu Jaehyun tersenyum remeh. Manakala penis kecil itu terlihat bangun dan memerah.

Raungan meminta tolong Taeyong coba keluarkan, tetapi hanya maaf, tolong, hentikan yang terucap di bibirnya.

"Fuck. Memikirkannya membuat kepalaku pusing." Setelah berucap, Jaehyun berdiri ke lantai bawah untuk melihat pekerjaan anak buahnya.

"Tuaann," suara mendayu terdengar di belakang tubuh Jaehyun. Rangkulan di tangan kirinya membuat Jaehyun menolehkan ke arah kiri, melihat dalang yang berani menyentuhnya.

Ten. Pria manis itu adalah Ten. Orang kepercayaan Jaehyun untuk menuntaskan seks saat ia ingin atau saat tengah pusing menyerang. Akan tetapi, sudah 1 minggu lebih Jaehyun tak menemui Ten di kediamannya.

Jaehyun hanya diam menatap Ten, segera ia lumat bibir manis berisi itu. Hawa semakin memanas. Jaehyun mengangkat tubuh Ten ke dalam gendongan koalanya. Membawanya ke atas kembali, ke ruangannya.

"Tuanhh, aku rinduu padamuuhhh enghh." Ten dengan nakal membawa tangan kasar Jaehyun ke arah lubangnya yang ia buka tutup. Sungguh lubangnya sangat gatal. Seminggu lebih Jaehyun anggurkan. Itu semua perintah Jaehyun untuk tak mencari lelaki lain, menjaga lubangnya hanya untuk dirinya seorang. Jaehyun tak mau terkena penyakit.

"Dasar lacur kecil, rindu sentuhan saya hm?" Ten segera menganggukkan kepalanya heboh. la sangat merindukan penis besar tuannya menumbuk keras lubang yang selalu ia rawat. Sebenernya Jaehyun sudah turn on saat memikirkan kejadian kemarin malam, tetapi ia coba hempaskan pikiran aneh itu, berusaha memikirkan hal lain, tapi Ten malah datang di saat yang tidak tepat. Oleh sebab itu, Jaehyun akan gunakan kesempatan bagus ini untuk menuntaskan hasratnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗧𝗮𝗸𝗱𝗶𝗿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang