Cinque

844 118 6
                                    


⎯⎯⎯

"Hallo, kemarilah kutunggu 10 menit." Titahnya setelah mematikan telefon itu, ia menanti kedatangan seseorang.

Jaehyun sedari tiba di rumahnya, ia hanya duduk berdiam diri memikirkan banyak hal.

Tok tok tok

"Permisi." Ucap seseorang yang mengenakan pakaian sedikit formal dengan tas jinjing di tangannya.

"Hm, masuk." Jawabnya sembari berdiri dan berjalan ke arah pintu. Lalu ia duduk, diikuti oleh tamu itu.

"Ada apa?" Tanyanya to the point.

"Tolong rawat jalan seseorang di dalam rumah ini bernama Taeyong. Kata dokter ia terkena tuli tak total, pasti bisa untuk sembuh." Suruhnya kepada orang itu.

"Bolehkah aku mengeceknya? Aku tidak akan melakukan suruhan Anda sebelum melihat kondisi pasien, tuan." Jawabnya halus.

Tanpa menjawab Jaehyun segera berjalan mendahului menuju kamar yang dihuni Taeyong.

Krekk

Suara pintu berderit dii ruangan sunyi itu. Taeyong yang di dalam terkejut, ia melongokkan kepalanya. Dengan sigap menegapkan tubuhnya yang sedang istirahat bersandar di kepala kasur.

"Silakan periksa dia." Titah Jaehyun. Pria itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.

"Hai, permisi. Saya dokter Min-Joon, panggil saja dokter Joon. Saya ditugaskan untuk memeriksa Anda." Taeyong hanya menurut, pengecekan itu berjalan kurang lebih 10 menit. Hal yang tak diketahui oleh Jaehyun dan Taeyong, apa yang dilakukan pria itu.

"Baik, semuanya cukup normal. Cukup dengan rawat jalan pendengaran. Itu berjalan mungkin beda-beda tiap individu. Nanti kita usahakan untuk segera pulih." Jelasnya dengan senyum menenangkan. Taeyong paham apa yang dimaksudkan dari pengecekan ini.

"Baik kalau begitu saya izin pamit, permisi." Sopannya dengan membungkukkan badannya.

"Kau akan dirawat untuk kesehatan dan pemulihan pendengaranmu." Ucapnya lalu pergi dengan diam. Taeyong hanya menundukkan kepalanya, ia merasa takut untuk semua hal yang akan terjadi.

Keesokan harinya, mentari muncul di ufuk timur. pemuda kecil bergeliat di atas kasur luas. Lelah setelah meminum obat yang diberikan dokter kemarin. Beda halnya dengan sang tuan, Jaehyun.

"SEMUANYA, PINDAH ORANG-ORANG INI KE GUDANG SEBELAH. PENGIRIMAN SETELAH INI AKAN DILAKUKAN." Suara bentakan menggema di ruangan luas itu. Salah satu pengawas terburu-buru untuk melaksanakan tugasnya masing-masing.

Jaehyun melihat dari atas lantai 2, bagaimana kerja anak buahnya yang sedang mendata bahkan menyeret paksa tawanannya.

"Hei, bagaimana kemarin?" celetuk seseorang yang sangat dikenali suaranya oleh Jaehyun, Johnny.

"Hm, semuanya aman." Jawabnya dengan mata menatap ke arah depan. Ya, itu adalah ide dari Johnny untuk memeriksa Taeyong. Johnny tahu Jaehyun sedang masa kasmaran. Hal ini tak pernah terjadi dalam roda kehidupan Jaehyun, Johnny sudah menghafalnya.

"Bagus, bayangkan jika Taeyong tak memiliki masalah di pendengarannya, betapa enaknya kau bermain bersamanya." Dengan candaan ia lontarkan, karena ia tahu jika Johnny mengatai Jaehyun sedang jatuh cinta, maka ia yakin kepalanya akan ditebas saat itu juga.

Jaehyun hanya menatapnya kasar, seakan mata itu akan menembus kepalanya bak senapan panas.

"Oke cukup, aku hanya bercanda dude." Takutnya seraya memundurkan badannya menjauhi Jaehyun.

Di lain sisi, Taeyong celingukan. Ia ingin meminum susu creamy, tetapi tak tahu letaknya. Tak mungkin kan rumah sebesar ini tak membeli susu.

Taeyong tadi sudah melakukan perawatan dengan dokter muda itu, beberapa tahap ia lakukan untuk awalan ia kembali mendengar dengan normal.

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗧𝗮𝗸𝗱𝗶𝗿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang