Uno

1.2K 91 2
                                    

⎯⎯⎯

Srakk srak
Suara orang meronta ingin di lepaskan sungguh nyaring. Semua orang ketakutan akan apa yang terjadi ke depannya. Mereka jelas tau akan berakhirnya hidup ini.
"Letakkan orang itu di sana. Lalu katakan pada bos jika semua urusan disini beres." Ujarnya dengan menggunakan walkie talkienya.

Di sisi lain, bos besar itu dengan santainya meminum segelas vodka untuk meredakan dahaganya.
"Hm, lakukan step selanjutnya." Jawabnya setelah mendengar suara dari walkie talkie tersebut.
Bos itu sedang mencoba untuk membaca satu persatu data terbarukan yang di kirimkan bawahannya mengenai kesehatan tubuh atau riwayat penyakit mereka.

"Bodoh. Bagaimana bisa dia menculik banyak orang penyakitan begini." Kasar ucapnya sembari melihat layar laptopnya. Ia tetap akan menyeleksi satu-persatu orang yang layak dijual belikan karena itu menyangkut harga beli mereka. Jika tahanan tersebut memiliki riwayat penyakit, ia akan melepasnya dengan ancaman tutup mulut atau ia akan menembak satu keluarga mereka. Sebelum itu semua bawahan memiliki data tiap tahanan mereka, hal ini untuk mengancam para korban agar tidak macam-macam ke depannya.

"Hey bro, bagaimana lancar? Kita akan kirim 3 jam lagi, apa semua sudah sesuai target kita?" Ucap slaah satu teman bos besar itu yang tiba-tiba muncul dari samping pintu ruangan itu.
"Ya, sudah. Itu lebih dari cukup." Jawabnya malas.
"Kau tak mau mengambil salah satu dari mereka? Minimal kau jadikan pemuas saja. Apa kau tak takut terkena penyakit jika bergonta-ganti pasangan?" Tanya temannya to the point.
"Tidak usah membahas hal di luar jual beli ini!" Jawab bos itu dengan spontan. Ia lelah karena sang teman terus memaksanya mencari pendamping agar saat lelah ia tak akan mencelup sana sini.
"Baiklah terserah kau saja, tapi jika menemukan yang cocok kabari aku bung." Sanggahnya dengan membawa sebotol vodka untuknya.

"Hah sialan." Tanggapnya. Ia kadang berfikir apa untungnya memiliki pasangan, bukankah itu sangat sulit ke depannya?  Ia harus mengerti dirinya sendiri saja susah, apalagi memahami orang lain.
"Huh memikirkannya saja membuatku pusing." Ucapnya sembari memijat pelipisnya.

Tok tok

"Bos kami sudah menyingkirkan orang yang tak layak dijual." Satu bawahannya memberi tahu kepada bos mereka.
"Segera atur tempat untuk keberangkatan setelah ini." Titah sang bos.
"Baik, apakah bos ingin melihat sebentar wajah orang yang akan kita kirim?" Tawarnya sembari membawa kertas data yang sudah ia print.

"Hm, duluan saja. Aku akan menyusul." Tuturnya seraya meremas foto orang terakhir yang bawahannya culik. Ia akan pergi ke gedung besar tempat berkumpulnya para tahanan itu.

⎯⎯⎯

[Haii, sedikit dulu yaa awalan, jangan lupa vote, koment boleh biar tau kritik sarannya.]

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗧𝗮𝗸𝗱𝗶𝗿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang