DH 02

173 25 10
                                    

Malam pun berlalu dan Mew belum kunjung kembali ke rumah yang cukup sederhana itu.

Kana baru saja menidurkan Pawat setelah membaca dongeng tentang Gagak Kecil Mencari Induknya Yang Hilang.

"Chup. Selamat malam sayang."

Kana mengecup kening Pawat dan menyelimuti tubuh mungil putranya. Tak lupa Kana mematikan lampu di kamar Pawat dan kembali ke kamarnya.

Baru saja Kana ingin membuka Knop pintu kamarnya, ponsel miliknya berdering dan nama seseorang tertera di sana.

"Hallo sayang,"

" ........ "

Kana asyik dengan dunianya sesaat setelah menerima telepon dari seseorang yang sangat ia rindukan sekali.

Saat mendengar suara mesin mobil masuk ke dalam pekarangan rumahnya, Kana segera mematikan ponselnya dan menghapus data panggilan masuk di dalam ponselnya.

"Sepertinya dia sudah kemali." Cicit Kana mengintip di balik jendela kamar.

Tak. Tak. Tak..

Suara langkah kaki semakin mendekat ke arah kamarnya.

Klik!

"Sayang, apa kau sudah tidur? " suara Mew yang baru memasuki kamar.

"Mew, kau sudah kembali? " menyambut suaminya dengan pelukan ringan.

Chup!

Kecupan di kening Kana.

"Bagaimana harimu, apa melelahkan." Tangan Kana melingkar di perotongan leher Mew.

"Sangat lelah, tapi rasa lelahku sudah terbayarkan setelah melihat mu." Mew melingkarkan tangannya di pinggang ramping Kana.

"Apa perlu aku menyiapkan air hangat untukmu? "

"Tidak perlu, kau pasti sudah lelah menjaga Pawat seorang diri. Aku akan segera kembali." Melepaskan tangannya dari pinggang Kana.

"Segerahlah kembali, aku akan menunggumu." Kana melepaskan tangannya dari perpotongan leher Mew.

Mew pun melangkah ke arah kamar mandi dan Kana berbaring di atas ranjang dengan majalah di tangannya.

Drtt!

Pesan masuk ke dalam ponsel Kana.

"Aku akan menunggu di tempat biasa."

Setelah membaca isi pesan Kana langsung menghapus pesan tersebut agar Mew tak menaruh rasa curiga padanya.

Setelah cukup lama akhirnya Mew keluar dengan Bathrobe di tubuhnya dan tangannya yang sibuk menyingkirkan air dari rambutnya yang basah kuyup.

"Biar aku bantu mengeringkannya. Kenapa kau berkeramas di malam hari seperti ini. Bagaimana kalau kau terkena flu nanti." Mengambil handuk kecil dari tangan Mew.

"Biar aku saja, sebaiknya kau berbaring saja."

"Baiklah terserah padamu saja."

Kana tak jadi membantu Mew mengeringkan rambutnya yang basah namun ia kembali sibuk dengan majalah di tangannya.

"Sayang,,"

"Hm.."

"Apa selama aku tidak ada di rumah. Pawat menjaga mu dengan baik."

"Tentu saja, dia anak yang patuh pada ucapanmu."

"Anak itu memang pintar."

"Ya, dia memang sangat pintar melebihi anak seusiaya."

"Apa kau tidak berniat ingin memberi pawat adik perempuan, atau mungkin adik laki-laki untuknya."

"Untuk saat ini biarkan aku fokus merawat Pawat terlebih dahulu. Jika Pawat sudah lebih besar mungkin memberinya seorang adik akan lebih baik."

"Ya, kau benar. Pawat kita masih sangat kecil saat ini."

Mew yang sudah selesai mengeringkan rambutnya berjalan ke arah ranjang dan masuk ke dalam selimut tebal yang menutupi tubuh Kana.

"Sebaiknya ayo kita istirahat. Rasanya tubuhku sedikit lelah karena perjalanan yang cukup jauh."

"Baiklah, selamat malam Dad."

"Selamat malam Bibu. Chup.."

Tak lupa Mew selalu memberikan kecupan selamat malam untuk istrinya dan mereka tidur bersama dengan Kana yang berada di dalam pelukan Mew.






.......

"Apa sudah aman kita bertemu di tempat seperti ini?? "

"Aku rasa ini sudah aman."

Kana memesan ruang VVIP di sebuah restoran ternama untuk bertemu seseorang setelah ia pergi mengantar Pawat Alex pergi sekolah.

Kana memeluk pria yang lebih muda darinya. Usia mereka terpaut cukup jauh saat ini.

"Aku merindukanmu, sungguh aku merindukanmu."

"Kau pria dingin yang tak pernah mengingat ku."

"Kenapa kau mengambil keputusan bodoh seperti itu seorang diri. Siapa yang kau sebut pria Dingin itu."

"Tentu saja dirimu."

"Ahaha.. oke baiklah. Sebaiknya ayo kita habiskan makanan ini."

Mereka pun mulai menyatap makanan yang di atas meja dengan tenang dan damai.

"Ah! Bagaimana kabarmu di sana."

"Kau bisa melihatnya sendiri."

"Ku rasa kau baik-baik saja."

Tak ada obrolan lagi sampai makanan di meja habis meraka santap bersama, hingga waktu kepulangan Pawat pun datang.

"Apa kau akan pergi? "

"Tentu saja aku akan pergi."

"Kenapa buru-buru sekali. Apa kau tidak merindukanku? "

"Tentu saja aku sangat merindukanmu. Tapi aku harus menjemput putraku."

"Ah! " sedikit rasa kecewa di dalam nada ucapan itu.

"Apa kau membutuhkan sesuatu? "

"Tidak. Kau boleh pergi."

"Maafkan aku, aku harus pergi. Tolong jaga dirimu dengan baik selama aku tidak ada. Apa kau mengerti maksud ku."

"Ya, aku mengerti."

"Baiklah, selamat tinggal."

Kana pun pergi meninggalkan pria yang tengah memandangnya dengan tatapan rindu.



Tbc......

Duri Hitam (Selir) || Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang