PROLOG

290 143 52
                                    

안녕하세요👋👋

Ini karya pertama saya yang real dari hasil pemikiran saya sendiri. No plagiat, no tiru-tiru, jadi mohon jangan di hujat.

Mau ataupun tidak mau, kita harus bisa menerimanya. Saat taburan bunga-bunga kamboja menghiasi gundukan makam orang yang kita sayang, kita harus bisa menerima,  bahwa kita sendirian sekarang.
—Maggiera si gadis perindu
...

"Aku percaya, Tuhan selalu ada di dekatku."

"Apa maksudmu?"

"Hidup bagai sebatangkara tanpa adanya cinta dari orang yang kita sayang, apa bisa dibilang kehidupan yang baik? Apa kasih sayang bisa dibeli dengan uang? Kutanya sekali lagi, apa dengan uang, aku bisa mendapatkan kasih sayang dari Papa? Aku hanya butuh, setidaknya waktu satu jam untuk mengobrol ria dengan Papa layaknya seorang Papa dan putri kecilnya. Berapa gaji Papa sehari? Ralat, berapa uang yang harus kubayar agar Papa bisa sedikit menyisihkan waktu untuk ku?"

"Entahlah. Kau kenapa lagi?"

"Papa, aku tidak butuh uangmu. Aku hanya butuh kamu. Mama sudah pergi, hanya kau yang ku punya. Aku tidak bahagia dengan uang-uang pemberian mu."

"Jangan sedih."

"Dan, Papa. Kumohon berhentilah menyakitiku. Pedih saat mendengar kata-kata kasar dari mulutmu."

"Papa, kumohon. Pulang, aku menunggumu. Pulanglah tanpa meninggalkan bekas di hati maupun fisikku, Pah."

***

"Izinkan aku mencintaimu dan merasakan dicintai oleh mu sekali saja. Aku tidak tau, kenapa hatiku harus jatuh padamu? Setahuku, ada banyak lelaki di dunia ini. Tapi, kenapa harus kamu? Aku bingung, kau terlihat begitu spesial dimataku. Tolong, siapapun, buat aku supaya melupakan semuanya, buat aku lupa bahwa diriku pernah mengenalnya. Aku benci. Aku benci perasaan ini. Saat hatiku mencintai seseorang yang bahkan tak pernah bisa kumiliki."

"Siapa yang kau maksud?"

"Siapa lagi? Dia, sang penakluk hati seorang wanita perindu."

"Jangan sedih."

"Katakan itu lagi, maka aku akan meraung sekeras mungkin."

"Maaf."

***

Maggiera (by the way baca namanya Megira, ya), gadis yang saat ini tengah fokus menatap layar laptop di kamarnya seketika dibuat kesal oleh suara dering telepon di ponselnya. Dia menolak panggilan tersebut berkali-kali, tapi berkali-kali juga dering telepon itu berbunyi nyaring. Maggiera mengembuskan nafas kasar, dengan kesal menerima panggilan telepon itu.

"Haii, Maggiera!"

Maggiera sontak menutup telinganya karena terkejut dengan suara cempreng seseorang di ponselnya. Hei, 'dia' bukan peserta yang gagal lolos audisi nyanyi, 'kan? Alangkah jelek suara teriakkan itu.

"Kenapa, sih? Masih pagi lho, nggak usah berisik!"

"Hehe, lo sibuk nggak hari ini, Mag?"

"Sibuk banget, Kell."

"Dih, sok sibuk."

Maggiera hanya menyengir sebagai balasan walaupun dia tahu Kelly tak bisa melihatnya.

MAGGIERA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang