3. LEBIH BAIK TIDAK

294 181 76
                                        

안녕하세요👋👋
anyeongg sekonyong konyonggg, lu mw bc? kata gwaa mahh mending follow and vote dulu, emg ga malu dateng' numpg bc trus pergi gitu aja, cuihhh sangatt melokall sekwalwehhh

3. PULANG DAN MENINGGALKAN LUKA

Aku berpikir, apa mungkin ini akhir dari hidupku? Atau malah awal dari kebahagiaan itu.

...

Gadis dengan seragam putih abu-abu itu berjalan pelan melewati gundukan-gundukan makam. Pemakaman itu terletak di pinggir jalan kota yang ramai oleh kendaraan berlalu-lalang, sehingga tidak ada kata sepi di tempat itu. Beberapa angkot juga sering mengantar penumpang ke sana.

Tempat pemakaman itu terlihat ramai pagi ini, ada beberapa orang yang duduk-duduk dan terlihat berdo'a dengan takzim di depan makam. Hei, jika diperhatikan lagi, rata-rata makam di sini kebanyakan memakai salib. Hampir semuanya. Tapi, keluarga Maggiera muslim. Entahlah, apa alasan Genta memilih mengebumikan Cristy di pemakaman yang bermayoritas agama Kristen. Ada alasan tertentu, mungkin.

Gadis itu berhenti tepat di sebelah makan yang bertuliskan nama ‘Cristy Laeguero Neirichard’ di batu nisannya. Dia tersenyum singkat, persis yang biasa dia lakukan setiap kali berkunjung.

"Halo, Ma. Maggiera dateng." Dengan suara lirih.

"Maggiera dateng lagi ngunjungin Mama. Mama apa kabar? Baik, kan? Pasti di sana Mama bahagia, jadi pengen nyusulin Mama, deh." Maggiera menghela napas pelan, menetralkan deru napas yang sedikit tak beraturan karena perasaan sedih. "Bidadari di sana cantik-cantik, ya, Ma?"

Gadis itu tersenyum singkat, menyentuh permukaan tanah tempat peristirahatan terakhir wanita hebatnya.

Di sudut pemakaman, di tempat yang tak jauh dari Maggiera sekarang, terlihat seseorang berdiri setelah menuntaskan kegiatannya di sana. Ia menatap Maggiera dari kejauhan dengan tangan bersarang di saku celana. Terlihat berdiri lama di sana, begitu setia memperhatikan setiap gerak-gerik Maggiera.

Maggiera memejamkan matanya sesaat, membiarkan semilir angin menerpa wajahnya. Daun-daun kering berjatuhan dari pohon-pohon kamboja. Rambut panjangnya yang sengaja digerai bergerak-gerak ditiup angin. Ia lalu menyentuh nisan itu perlahan dan mengusapnya lembut.

Kembali... Air mata itu kembali jatuh tanpa bisa ditahan. Kali ini, ia sengaja tak mengusapnya, membiarkan air matanya keluar sebanyak mungkin agar tak bersisa sedikit pun. Dia lelah, lelah menangis terus. Mungkin, jika air matanya telah habis, dirinya tak perlu susah-susah lagi mengusapnya setiap saat.

"Pengen pulang. Tapi bukan ke rumah, itu kan bukan rumah Maggiera. Gue pengen pulang... Ke pelukan Tuhan biar bisa ketemu Mama." Sungguh miris melihatnya, menangis sendirian di makam dan selalu mengeluh ingin kembali pada Tuhan.

Apa Tuhan marah saat dia berkata seperti itu?

"Kangen Mama."

Memori indah itu menghujam pikirannya secara tiba-tiba. Kenangan indah bersama mamanya seperti sengaja diputar ulang dengan sangat jelas di otaknya. Ia meraung dalam diam. Dipeluknya nisan mamanya dengan kuat. Sampai saat ini, separuh hatinya menolak kepergian Cristy. Selalu menyakitkan. Saat mengingat tangan lembut wanita itu membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Saat dia berkeluh-kesah pada Cristy, maka wanita hebat itu selalu mendengarkan dan memberikan solusi terbaik untuknya. Itu adalah kenangan yang menyakitkan, mengingat, dia tak pernah lagi mendapatkannya sekarang.

MAGGIERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang