Bab 2. DEFINISI BAHAGIA

187 130 32
                                    

아녕하세요👋👋
Happy Reading, guyss!

2. DEFINISI BAHAGIA

Ayo benci gue! Semakin banyak manusia yang membenciku, maka aku akan semakin merasa hidup.
—Laksandra—
...

"Gue, Laksa."

"Iya, gue tau."

Hening.

"Lo, Maggiera, kan?"

Maggiera mengangguk, memperbaiki posisi duduknya di bangku taman. Jujur, dia merasa tak nyaman sejak tadi karena banyak pasang mata yang menyorot dirinya dengan tatapan benci.

"Ngapain Kak Laksa bawa gue ke sini?"

"Gue mau ngomong sesuatu, Ra."

"Apaan?" Dahi Maggiera terlipat, lalu menoleh ke arah Laksa. Sejenak, pandangan mereka bertemu, jantung Maggiera berpacu cepat saat menatap sorot teduh itu. Huh, dia terlalu tampan!

"Tapi lo jangan marah ataupun ngebenci gue setelah ini." Laksa memelankan suaranya, takut pembicaraan mereka di dengar orang lain. Suasana taman belakang sekolah selalu ramai setiap kali jam istirahat, para siswa suka dengan tempat itu. Halaman rumput hijaunya tertata dengan rapi ditambah pohon-pohon rindang yang menjadi tempat paling menyenangkan di sana. Nyaman sekali. Itu tempat yang cocok untuk melepas penat setelah selesai jam pelajaran yang menyiksa.

"Mau ngomong apaan, sih? Jangan belibet Kak, ngomong aja." Maggiera mengalihkan pandangan. Ia menatap segerombolan anak-anak perempuan kelas dua belas yang sibuk ber-selfie tidak jauh dari mereka. Wajarlah, sebentar lagi mereka lulus dan kecil kemungkinan bisa berkumpul bersama lagi, nanti mereka akan sibuk dengan masa depan masing-masing.

"Janji lo nggak akan ngebenci gue?"

Maggiera sedikit menyipitkan matanya saat Laksa lagi-lagi mengatakan itu. "Penting banget, ya?" tanya nya.

Laksa mengangguk, "iya, dan ini—"

"Dek, boleh tolong fotoin nggak?" Salah satu anak kelas dua belas yang tadi sibuk ber-selfie kini mendekat ke arah mereka berdua. Meminta bantuan. Tanpa bisa menolak, Maggiera mengangguk, mengikuti langkah kakak kelasnya itu.

Di sisi lain, Laksa sedikit lega saat memandang punggung Maggiera yang semakin menjauhinya. Seulas senyum terukir di wajahnya.

"Jujur, gue takut mau ngomong ini, Ra. Rasanya ini memang belum waktunya, atau mungkin gue beneran nggak akan ngomong ini sampai lo tahu sendiri nanti. Gue takut hal ini malah bikin lo benci sama gue, karena gue ...."

Suaranya terhenti. Ia melipat kedua tangannya lalu menyenderkan kepala pada bangku taman. Perlahan, matanya terpejam menikmati semilir angin lembut yang menerpa wajahnya. Hanya di sini, di sekolah inilah dia bisa merasa lega, dia punya rumah tapi rumah itu bagaikan neraka baginya.

***

"Ciee, Maggiee! Woii, nggak nyangka gue, anjing! Sahabat gue yang sok polos ini, ternyata diem-diem macarin Kak Laksa! Woilah!"

Kelly berteriak heboh saat Maggiera tiba di kelas. Ia merangkul bahu Maggiera. "Pake pelet apaan lo?" Kelly terkekeh pelan.

"Apaan sih nggak jelas banget." Maggiera memutar bola mata malas melihat kelakuan sahabat nya itu.

"Lo kenapa sih nggak cerita kalo selama ini lo pacaran sama Kak Laksa? Jahat, lo Maggiee, lo nggak nganggep gue sebagai temen, jahat banget, sih!"

Maggiera melipat kedua tangannya, menghentikan langkah lalu menatap Kelly tajam. "Gosip dari mana, hah? Denger dari mana lo kalo gue pacaran sama dia?" tanya Maggiera mengintimidasi.

MAGGIERA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang