1. TOPENG LUKA

435 195 66
                                        

아녕하세요👋👋
mpiww, tetep stayy konsist updatee walopunn gadaa yangg bacwaaa

1. TOPENG LUKA

Aku tersenyum, namun tidak dengan batinku.

...

Maggiera duduk sendirian di kursi perpustakaan sambil membaca sebuah novel. Dia mengambil novel itu sembarangan, karena cover-nya menarik dia memutuskan untuk membaca novel itu.

Di awal cerita belum terjadi apa-apa, ceritanya cukup ringan, gadis itu sesekali tertawa karena tingkah lucu tokoh utama. Hampir setengah jam kemudian saat cerita sudah berada di pertengahan, konflik mulai terjadi. Hatinya tersayat saat membaca sepenggal kalimat yang dituliskan dalam bentuk diary oleh sang tokoh utama.

"Dear diary, disaat sedih, aku ingin sekali berlari ke pelukan ayah. Aku ingin sekali mengadu pada ayah, jika gadis kecilnya sedang rapuh. Tapi itu tak bisa kulakukan. Kurasa ayah tidak sayang padaku, buktinya dia pergi tanpa pamit padaku dan tak pernah kembali. Saat kutanya pada bunda soal ayah, bunda hanya tersenyum hangat sambil berkata.

'Sayang, kamu jangan sedih, ya. Tuhan itu sayang sama ayah kamu, makanya dia dipanggil duluan. Kamu harus kuat ya, seenggaknya biar Bunda juga semangat. Ayo senyum. Jangan bikin ayah marah liat kamu cemberut gitu. Janji jangan jadi anak nakal, kamu harus banggain ayah, dan dia pasti tersenyum bahagia di surga saat melihat gadis kecilnya sudah jadi gadis yang cantik dan membanggakan. Semangat, ya! Ada Bunda buat kamu, kamu jangan ngerasa sendiri terus, Bunda selalu ada disaat kamu butuh.'

"Diary, bunda berbohong, buktinya kenapa bunda nyusul ayah setelah mengatakan hal itu? Bunda, jahat! Kenapa kata-kata itu menjadi kalimat terkahirnya sebelum dia pergi? Bunda, apa aku terlalu nakal, sampai-sampai bunda memilih pergi bersama ayah daripada menjagaku disini? Bunda, maafin Adek. Maaf kalo Adek sering bikin bunda marah, tapi tolong banget, bunda pulang, ya? Atau... Atau, Tuhan juga sayang banget sama bunda? Bunda, kenapa aku nggak diajak sekalian? Apa Tuhan nggak sayang sama Adek? Bunda, tolong pulang. Adek sendiri sekarang. Mana janji bunda yang bakal selalu ada buat aku? Bunda, jahat! Ayah, jahat! Kalian semua, jahat! Kalian nggak sayang sama, Adek!"

Esya, Jakarta 15 November.

Maggiera menatap penggalan kalimat itu dengan perasaan campur-aduk. Membayangkan berada di posisi Esya-tokoh utama dari novel yang dia baca-gadis yang belum genap empat belas tahun itu harus rela ditinggal pergi kedua orang tuanya. Bukan pergi dan menghilang saja dari kehidupan, tapi menghilang dari bumi, tanpa bisa lagi ditemui.

Menyedihkan sekali kehidupan Esya. Rasa-rasanya kesedihan yang Maggiera alami selama ini tidak ada apa-apanya dibanding penderitaan gadis kecil itu. Tapi mengapa dia seperti orang yang paling tersakiti di dunia ini? Padahal di luaran sana banyak anak-anak yatim piatu yang kurang mampu. Setiap mendapatkan sesuap nasi mereka selalu bersyukur.

Dia, Maggiera? Yang masih punya papanya, walaupun mungkin Genta membencinya dan sering memukulinya, tapi dia tetap menjalankan kewajibannya sebagai orang tua (yang buruk). Genta tak lepas dari tanggung jawabnya.

Seharusnya gadis itu bersyukur, dia masih bisa bertahan dengan uang papanya sampai sekarang. Ah tidak-tidak. Tidak ada sesuatu yang buruk patut disyukuri. Bukankah kita harus bersyukur dengan hal-hal baik?

Maggiera menyukai buku itu. Maybe, dia harus meminjamnya. Sekarang satu hal yang harus dipastikan, di mana Kelly? Hampir satu jam dia berkutat dengan novel itu, tapi Kelly belum kembali juga. Maggiera menutup buku itu dengan cepat, berdiri dan mulai menyusuri rak-rak buku.

MAGGIERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang