1 bulan sudah jean meninggalkan rumah, selama satu bulan juga jefry ayahnya tidak pernah datang lagi ke apartemennya. Jean bersyukur karena sekarang hidupnya nyaman dan tentram meskipun kadang disekolah, adiknya nathan sering mendekatinya namun tidak pernah dia gubris.
Malam ini jean masih berkutik dengan beberapa pesanan yang dia antar, sebenarnya dari tadi pagi tubuhnya lumayan lemas dan pusing namun dia tetap memaksa kerja karena sudah banyak dia meminta izin.
"Jean....." Panggil seseorang
Jean yang dipanggil hanya diam dan meletakkan semua pesanan yang dia bawa.
"Kamu kerja disini?" Tanya dia lagi.
"Iya om... ini pesanannya semoga suka permisi"
"Jean tunggu" ucapnya sebelum jean melangkah menjauh
"Kamu duduk sini dulu ya, ini ada teman² om, om kenalin kamu ke mereka"
"Maaf om, jean disini kerja jadi tidak bisa seenaknya duduk leha² lagipula om dimas juga lihatkan pelanggan banyak dan belum menerima pesanannya" ucap jean.
Seketika dimas melihat kearah sekitar dan memang banyak pelanggan yang datang ke kafe ini.
"Kamu tidak mau menyapa ayahmu?" Tanya dimas dengan pelan.
"Saya.....
"Jean" panggil seseorang sebelum jean menyelesaikan perkataannya
"Maaf om permisi"
Jean meninggalkannya. Dimejanya memang tidak hanya dimas namun ada juga jeffry dan teman²nya yang lain, dan kebetulan dimas bertemu jean dikafe ini.
"Siapa dia dim?" Tanya salah satu sahabatnya ketika dimas akan duduk dikursinya.
"Ah dia..... jean namanya"
"anak lo dim?"
"Gila ya? Nikah aja belum.... tapi udah gue anggap anak juga sih. Lagi pula kasian dia tidak memiliki orangtua dan dia hidup sebatang kara" ucap dimas dengan sengaja dan tak lupa sorot mata menatap jefry.
"Serius lo dim? Dia yatim piatu? Tapi wajahnya sekilas mirip lo jef tadi gue fikir anak lo"
"Ngaco anak gue cuma 3" jawab jefry yang membuat dimas mengepalkan tangannya.
.
.
.Pukul 9 malam jean keluar dari kafe, badannya lemes kepalanya juga pusing, untuk berjalan saja rasanya semuanya bergoyang, dia ingin segera pulang dan tidur dikasur empuknya.
Matanya menajam melihat kedepan, sungguh untuk melihat saja dia tidak bisa jelas hanya terlihat blur, dia mencoba memfokuskan pandangannya dan benar dia melihat om dimas yang masih bersama ayahnya dan teman²nya.
"Mengapa mereka masih disini"
"Jean" panggil dimas
"Ada apa om? Kenapa masih disini?"
"Sebenarnya tadi om mau pergi tapi om tidak tega ninggalin kamu, mau ikut om gak? Nanti sekalian om anter kamu pulang"
"Enggak om terimakasih"
"Jean om udah nunggu dari tadi lo masa iya kamu gak mau ikut om, om janji tidak akan menyatukan kamu dengan ayahmu, lagipula ini kan malam minggu jadi gapapa dong sekali kali kamu keluar"
Jean memijat kepalanya, tuhan dia hanya ingin pulang dan istirahat kenapa sesusah itu.
"Kamu sakit je? Wajahmu pucet lo"
"Gapapa om cuma pusing dikit"
Jean ingin pergi namun belum sempat melangkah tubuhnya sudah akan jatuh jika saja om dimas tidak memegangnya.