Happy Reading🏹
Mereka semua duduk di teras kastil, diselimuti oleh suasana yang tegang dan penuh tanda tanya. Matahari sore perlahan tenggelam, memberikan nuansa keemasan yang seharusnya menenangkan, tetapi saat ini terasa begitu asing dan jauh. Theodore berusaha keras menahan kegelisahannya, terutama karena Hayya, gadis yang diam-diam ia sukai, ada di sini. Setiap kali ia bertemu tatap dengan Hayya, jantungnya berdegup kencang. Wajah Hayya yang manis terlihat kebingungan, seolah mencoba mencerna penjelasan Theodore yang terdengar rumit dan tidak masuk akal. Tatapan Hayya yang penuh tanya seolah memaku Theodore di tempatnya. Ia berusaha menyingkirkan perasaan salah tingkahnya, namun itu tidak mudah. Sekilas, Hayya memberikan senyuman lembut, mencoba menenangkan Theodore, namun senyuman itu justru membuatnya semakin gelagapan. Theodore mengalihkan pandangannya, mencoba fokus pada situasi yang sedang mereka hadapi, karena ini bukan saatnya untuk salah tingkah karena terbawa perasaan.Theodore menjelaskan dengan terbata-bata apa yang telah terjadi antara dirinya dan Caspian, mengapa Caspian tiba-tiba berubah menjadi sosok yang dingin dan menarik diri dari mereka semua.
Setelah penjelasannya selesai, suasana hening sejenak. Desahan kasar terdengar dari Halfoy. Ia kembali merasa bersalah.
"Aku paham, kau tidak salah karena Caspian berhak tahu. Hanya saja waktunya tidak tepat, Theo," kata Bentely dengan nada penuh pengertian namun tegas. "Apa kau tidak berpikir suasana hati Caspian mungkin sedang tidak baik setelah dari makam, dan kau justru menceritakan ini."
Theodore menunduk, rasa bersalah menyelimuti dirinya. "Aku tahu, maaf," ujarnya dengan suara yang nyaris tak terdengar, seolah meminta maaf tidak hanya pada Bentely, tetapi juga pada dirinya sendiri karena sudah bertindak gegabah.
Savior yang sejak awal hanya diam dan menyimak, tiba-tiba berdiri. Tanpa sepatah katapun mereka tahu hendak kemana laki-laki itu. Theodore dengan cepat menahan lengannya, rasa panik terlihat di wajahnya. "Savior, ku mohon, kali ini saja. Biarkan Caspian sendiri dulu, biarkan dia melampiaskan emosinya."
Savior menatap Theodore dengan mata yang berkilat, amarahnya mulai terlihat jelas. "Dan kau ingin aku membiarkan Caspian melampiaskan emosinya pada dirinya sendiri? Di sini kita yang salah," suaranya terdengar tajam, menohok Theodore yang berdiri di depannya.
Theodore berusaha menjawab dengan tegas, meski suaranya terdengar lemah. "Aku tahu!" serunya, nada suaranya sedikit bergetar.
Bentely mencoba menengahi situasi yang semakin memanas. "Savior, aku tahu maksudmu baik, tidak ingin membiarkan Caspian sendiri dengan emosinya. Tapi tolong jangan keras kepala! Caspian mungkin sengaja menghindar agar dia tidak melampiaskan emosinya pada kita. Dengan kau mengganggunya kau bisa saja membuat Caspian semakin marah."
Savior mengalihkan pandangannya sejenak, matanya memancarkan frustrasi yang mendalam. "Kalian tidak mengerti," ujarnya pelan. Dengan satu gerakan cepat, ia menyentak tangan Theodore dari lengannya dan berjalan dengan langkah cepat menuju kamar Caspian. Tidak lagi memperdulikan panggilan dari mereka. Ia tahu apa yang akan ia lakukan, dan untuk kali ini ia pastikan tidak akan bertindak gegabah tanpa berpikir dua kali.
Sesampainya di depan pintu kamar Caspian, Savior mengetuk pintu beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Tangannya memutar gagang pintu, namun pintu itu terkunci. Savior menyadari bahwa Caspian sengaja mengunci dirinya di dalam, sebuah tindakan yang biasanya hanya dilakukan disaat dia tidak ingin mendapat gangguan.
Di balik pintu, Caspian duduk bersandar. Matanya menatap lantai dengan pandangan kosong, pikirannya dipenuhi dengan berbagai perasaan yang saling bertubrukan. Ia tahu bahwa tindakan mengunci diri ini mungkin tampak seperti pelarian. Mungkin setelah ini ia akan marah pada dirinya sendiri karena mengabaikan orang-orang. Tapi bukankah lebih baik begitu? Daripada memaksa diri untuk menemui mereka dengan emosi yang masih menguasai dirinya. Sungguh, Caspian hanya tidak ingin jika dirinya salah mengontrol nada bicaranya atau dengan tidak sengaja mengatakan sesuatu yang akan ia sesali nantinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/374829961-288-k360060.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐫𝐫𝐨𝐰 𝐨𝐟 𝐕𝐞𝐧𝐠𝐞𝐚𝐧𝐜𝐞 [END]
Fantasy[BAGIAN KEDUA] SELESAI Setelah kematian tragis Caspian, dunia tampak berjalan seolah-olah dia tak pernah ada. Para pangeran yang dulu bersama dan merasakan kehadirannya setiap hari kini melupakan setiap momen dan kenangan tentangnya. Hanya satu oran...