8. Old Friend

93 20 0
                                    

Author POV

Jennie menatap lurus ke depan, kedua tangannya mencengkeram setir mobil dengan kuat. Cahaya pagi menerobos masuk ke dalam mobil, tetapi tidak ada hangat yang terasa dalam dadanya. Lisa yang duduk di sampingnya terlihat bingung, jelas tidak mengerti keputusan mendadak Jennie untuk pergi secepat ini.

"Jennie, kita hanya perlu memberikannya uang," Lisa berkata dengan nada polos, suaranya lembut, seolah itu adalah solusi yang mudah. "Aku tidak akan mempermasalahkan itu, dan aku tidak akan mengambilnya dari gajimu. Hm?"

Namun, Jennie tahu lebih baik.

Mino bukan sekadar masalah uang. Dia adalah bayangan yang gelap, seseorang yang tidak pernah benar-benar hadir dalam hidup Lisa tetapi tiba-tiba menjadi ancaman. Jennie merasakan hatinya memanas dengan amarah yang terpendam. Tidak akan ada lagi seseorang yang menyakiti Lisa, terutama seseorang seperti Mino.

"Mino lebih dari sekadar meminta uang, Lisa," Jennie akhirnya membuka suara, suaranya pelan tapi tegas. "Jika kita menyerah kali ini, dia akan terus datang, terus memerasmu di kemudian hari. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."

Lisa mengerutkan kening, menatap Jennie dengan penuh pertanyaan. Dia bisa merasakan ketegangan di dalam mobil, tapi dia tidak sepenuhnya memahami kenapa Jennie begitu tegas soal ini. "Tapi... kita bisa menyelesaikannya dengan mudah. Kenapa kau—"

Jennie menoleh, matanya menatap dengan campuran kemarahan dan perlindungan. "Karena ini bukan hanya tentang uang, Lisa! Dia akan terus merongrongmu. Aku tidak mau kau diseret ke dalam semua kesialanku."

Lisa menundukkan kepala, diam dalam kebingungan, dan Jennie menyadari perubahan mendadak dalam sikapnya.

Ekspresi Lisa yang kini berubah, kekecewaan mulai tergambar jelas di wajahnya. Bahunya merosot, matanya berkaca-kaca, dan Jennie bisa merasakan bahwa kata-katanya barusan telah mengguncang Lisa lebih dari yang ia duga.

Jennie tahu bahwa Lisa sangat sensitif— luka-lukanya tersembunyi tapi dalam. Bentakan itu, walaupun tidak dimaksudkan untuk menyakiti, pasti sudah membuat Lisa merasa tersudut.

"Aku... hanya ingin membantu," Ucap Lisa, suaranya nyaris tak terdengar, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Jennie.

Jennie menarik napas dalam, mencoba meredakan amarah yang masih tersisa dalam dirinya, lalu mengulurkan tangannya ke arah Lisa, meraih tangan gadis itu yang kini terkulai di pangkuannya. "Lisa..." Jennie berbisik lembut, berusaha mencari cara untuk memperbaiki suasana hati Lisa yang terluka.

Namun Lisa tetap diam, kepalanya menatap jendela mobil, enggan menatap Jennie. Air mata mulai menggenang di sudut matanya, dan Jennie merasakan perasaan bersalah merayap ke dalam hatinya.

Dia tidak bermaksud menyakiti Lisa—justru sebaliknya, dia ingin melindunginya, memastikan bahwa tidak ada yang akan menyakiti gadis yang begitu rapuh di sampingnya.

"Aku janji," Jennie melanjutkan dengan suara yang lebih lembut, lebih penuh pengertian. "Tidak ada yang akan menyakitimu. Tidak Mino, tidak siapa pun. Aku akan melindungimu, bahkan jika aku harus menghadapi semuanya sendiri. Aku akan selalu ada untukmu."

"Kau sendiri?" Ulangnya ragu. "Tapi kau tidak perlu.., mengapa kau membentakku?" suaranya penuh luka, terdengar seperti teriakan kecil dari hati yang sakit.

Jennie mengerutkan keningnya tertegun, kata-kata Lisa menusuknya lebih dalam daripada yang ia duga. "Apa?" Jennie menoleh, jelas terkejut dengan pertanyaan itu.

Jennie menatap Lisa dengan mata penuh rasa bersalah, mencoba mencari kata-kata untuk menjelaskan dirinya.

Lisa menggeleng perlahan, seolah tidak mengerti mengapa Jennie bisa marah padanya. "Aku tidak tahu kenapa kau marah, Jennie. Aku hanya ingin membantu."

Attraction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang