Gwenchana.

59 48 7
                                    

"Pertemanan perempuan mengerikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pertemanan perempuan
mengerikan."

‎⊹𓈒ʿʿ🏠୭𝅄᮫

Hampir sebulan Sendu berada di Pondok Pesantren itu, bohong rasanya kalau selalu bilang ia betah berada di kelas yang di tempati nya.
Berkali-kali menyakinkan dirinya agar bisa betah setidak nya sampai 1 tahun, kalau tidak bisa hingga 3 tahun.
Tapi, semakin hari dirinya berangkat sekolah tidak pernah semangat. Karena sikap teman-teman perempuan nya yang masih sama seperti awal masuk.

Sendu, sangat ingin sekali bercerita kepada orang tuanya perihal yang di rasakan dirinya.
Di dalam kelasnya yang sering di abaikan
Di jadikan bahan gibah terus menerus.
Namun...
Tidak mau, membuat kedua orang tuanya khawatir.
Memendam adalah jalan satu-satunya.

"Ya Allah, rasanya sesek banget untuk gak cerita dan harus di simpen sendiri", lirih nya.

Sudah berusaha sebisa mungkin melawan gengsi nya untuk berkenalan dengan teman-teman perempuan angkatan nya.
Tapi, respon mereka hanya manis di awal. Dan, lebih parahnya datang kepada Sendu, saat butuh saja.

‎⊹𓈒ʿʿ🏠୭𝅄᮫

Sendu, terlihat menangis sesenggukan saat jam kosong di dalam kelasnya.
Ketika semua teman-teman nya pergi berdampingan untuk pergi ke bawah.
Gadis itu sendirian di kelasnya.

Sesekali ada, salah satunya teman perempuan angkatan nya yang kelas nya berada di bawah bernama Rima.
Menghampiri Sendu kedalam kelasnya, karena tidak tega melihat menangis hingga sesenggukan sendirian.

Rima, sebagai ketua kelas di angkatan nya
Yang kelas nya berada di bawah sama seperti Kayla.
Gadis periang dan lemah lembut, mereka berdua terkenal pintar.

"Sendu, kenapa lagi?" , tanya nya.

Ia langsung bergegas menghapus air mata nya.

"Lagi sedih aja, tapi gapapa kok kak."

"Aku tau, pasti karena angkatan kita lagi kan?, tanya nya memastikan.

Sendu menitihkan air matanya.
"Dari sorot mata aku, gak bisa di bohongin banget ya kak?"

Rima mengambil tubuh Sendu untuk memberikan kehangatan, ia sangat paham apa yang di rasakan gadis itu.

"Banget."

"Maaf, yaaa kalau angkatan kita.
Perempuan nya berulah terus ke kamu."

"Aku sebagai ketua kelas, selalu nasehatin mereka kok. Jangan jahat-jahat jadi manusia.
Aku juga selalu nasehatin anak-anak perempuan
di kelas kamu, meski kelasnya kita di pisah."

Sendu, mendongak'kan kepalanya agar air matanya tidak terus mengalir.

"Tapi..."

"Apakah mereka berubah? ngga kan kak?", lirih nya.

"Mereka makin seenaknya ke aku."

Rima, menatap Sendu penuh arti.
"Kita doain aja yaa?"

"Allah maha membolak-balikkan hati."


Kabut Dan Laut (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang