Sebelum Sendu menaiki mobil, ia dan bibik nya menunggu di depan asrama Sendu. Karena mobilnya, putar balik.
Begitupun dengan mobil papah hafizh.
Tetapi, mamah Hafizh menunggu di depan musholla.
Sedangkan putra nya bergurau dengan teman-temannya di ujung musholla.Di sela-sela gabut menunggu mobil yang sedang ngantri putar balik, Sendu memutuskan untuk membeli cemilan keluar Pondok Pesantren.
"Bik, aku mau beli jajan dulu yaa." pinta nya.
Tita meangguk. "Iya, sayang hati-hati."
Saat berjalan menuju keluar, Sendu berpapasan dengan kak Bumi.
Ia sempat mengucak matanya takut salah, ternyata benar. Itu adalah kak Bumi.Sendu melihat kak Bumi, kak Bumi melihat Sendu. Mereka saling bertatapan.
Sama-sama pasang muka terkejut tak percaya.Mereka berdua menghentikan jalan nya.
Karena pria itu tiba-tiba menghentikan jalan Sendu. "Tunggu lah woy, buru-buru amat. Kayak mau ambil antrian sembako." Lalu, Bumi memainkan kedua alisnya. "Anjay, kita couple loh."
"Dih, mana ada. Ini mah emang seragam Pondok Pesantren oncom." cetus Sendu.
Bumi, tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Sendu.
Ia sengaja membuat percakapan konyol itu."Happy holiday kak, makasih udah sempet bantu aku. Sorry aku duluan ya." ucap Sendu yang terburu-buru karena takut tukang sempol pergi. Perkara dirinya ngobrol dengan Bumi.
Pria itu melambaikan tangannya. "Woi tunggu lah, saya masih mau ngobrol." Ia mengelus dadanya berulang kali. "Sabar ya Allah gusti."
Ternyata, saat di lihat dari kejauhan gadis itu menghampiri tukang sempol yang berada di depan gerbang. "Ternyata lari-lari tuh cewek ninggalin gua cuma buat ngejar tuh tukang sempol."
"Gua kira, mau ngejar siapa gitu kek taunya buat beli jajan." gerutu Bumi tak henti-hentinya.
Ia menepuk dahinya. "Terserah, dasar cewek emang susah di tebak."
Pria itu ingin memasang muka kesal kepada Sendu, tapi kalah dengan wajah nya yang lucu.
Selalu gagal memasang muka marah ataupun kesal kepada dirinya. Karena, terhalang dengan muka Sendu yang menggemaskan.Sendu, melihat kalau Bumi sedang menatap dirinya dari kejauhan.
"Kak Bumi bener-bener kayak punya kantong ajaib. Tiba-tiba tau dimana keberadaan gua, udah kayak punya doraemon."
"Maaf kak, sebenarnya gua ninggalin lo juga bukan karena kang sempol doang. Tapi, karena gak enak aja di liat banyak orang kita ngobrol."
"Apalagi pasti ada angkatan perempuan gua ngeliat, meski gua gak tau mereka dimana. Tapi, pasti ada disini." lirinya.
Akhirnya gadis itu memutuskan untuk menunggu Bumi pergi dari tempat tadi mereka bertemu.
Memang betul sedari tadi Sendu tidak melihat teman-teman angkatan perempuan nya.
Entah dimana, karena dari banyaknya kerumunan di sekeliling Pondok Pesantren.
Sendu tidak melihat sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabut Dan Laut (TERBIT)
Teen FictionSendu Coraline Askara, seorang perempuan mempunyai luka yang di dekap sendiri tanpa siapapun yang benar-benar mengetahui nya, apa yang terjadi pada dirinya di dalam Pondok Pesantren yang pernah ia tempati tahun silam. Menyembunyikan rasa sakit serap...