Nickname

15 3 0
                                    

Oreshi ver.

Di gymnasium, terlihat seorang pemuda berambut red pinkish tengah berdiri tegap. Kedua iris merahnya fokus mengamati pertandingan basket antar divisi dua melawan divisi tiga. Sedangkan dirinya sendiri merupakan Kapten dari divisi utama, Akashi Seijuro.

"Dorrr!!!" kejut Nisha, si gadis berambut hitam dengan gaya rambut twintail. Nakano Nisha merupakan kekasih dari Akashi. Oleh karena itulah, gadis itu sangat berani bertingkah jahil di saat pemuda itu dalam keadaan fokus.

Akashi menoleh, lalu tersenyum.

"Sayangnya, aku tidak terkejut, Nisha-tan." Disentilnya telinga kucing yang dikenakan di kepala gadis itu. "Dasar kucing jahil."

Nisha tertawa hingga menampakkan gigi gingsulnya. Setelah aksi jahil yang gagal itu, Akashi pun segera mengajak keluar untuk istirahat di kafetaria sekolah. Dirinya sudah lama menunggu Nisha selesai latihan di klub lari.

Sesampainya di sana, keduanya langsung membeli makanan dan mengambil tempat duduk. Akashi membeli roti dan Nisha mochi mangga.

"Ne, ne, Sei-kun."

"Apa manisku?"

Pipi Nisha blushing. Dia selalu seperti ini saat dipanggil dengan sebutan itu oleh kekasihnya. Gadis itu pun mengutarakan keinginannya, "Apa aku boleh minta sesuatu?"

"Hm, apa itu? Katakanlah."

"Aku ingin kau memanggilku 'Nisha-kun'."

Untuk beberapa saat, Akashi menatap gadisnya dengan intens, kemudian bertanya, "Kenapa Nisha-tan ingin dipanggil begitu?"

"Orangtuaku memanggilku Nisha-kun karena katanya aku gadis yang keren dan tangguh! Jadi, aku ingin kau juga memanggilku begitu."

Jawaban itu tidak sepenuhnya benar tapi tidak pula salah. Sebenarnya, orangtua Nisha memanggil begitu karena sosok anak gadis mereka terlalu tomboy, tidak seperti perempuan pada umumya. Meski visualnya masih terkesan feminin, tetapi sebenarnya Nisha itu bandel, pemberani dan berjiwa seperti anak laki-laki.

"Tanpa dipanggil begitu pun, Nisha-tan sudah sangat keren dan tangguh." Tangan Akashi pun menyentuh puncak kepala gadis itu dan menepuk-nepuknya dengan lembut. "Tapi, aku selalu memenuhi permintaanmu. Baiklah, Nisha-kun si gadis paling keren."

Bokushi ver.

Sepasang mata heterokrom merah-emas tengah fokus menatap layar tablet yang menampilkan video pertandingan basket. Sesekali pemuda itu menggeser layarnya, mengulang adegan yang ingin ia amati lebih detail. Di saat teman-teman kelasnyanya menikmati waktu istirahat di luar, ia masih sibuk menganalisis pertandingan SMA Yosen, musuhnya di pekan mendatang.

Nisha mengeluarkan kotak bekalnya, lalu menarik kursinya agar bisa menempel dengan kekasihnya itu.

"Seijuro sayang~" ucapnya seraya mengayunkan nada di bagian 'sayang'. Sengaja, agar pemuda itu memperhatikannya.

Telinga Akashi selalu memanas ketika dipanggil seperti itu. Namun, ia tak mau Nisha sadar, atau harga dirinya akan hancur. Akashi menjeda tontonannya dan melemparkan tatapan tajam pada kekasihnya itu.

"Manis sekali mulutmu. Mau merayu apa?"

Alih-alih ketakutan, Nisha malah tertawa. Tangan gadis itu pun menyentuh dan membelai pipi Akashi tanpa rasa takut sama sekali.

"Tentu saja merayu pacarku yang kejam tapi sangaaattt tampan sedunia ini."

Astaga, astaga, astaga!

Akashi tak pernah takut pada apa pun, tapi ia tak punya nyali jika di situasi ini. Degup jantungnya berpacu abnormal. Pipinya jadi bersemu, darahnya seakan naik ke permukaan hingga membuat wajahnya kemerahan. Lagi-lagi Nisha tertawa karena godaannya sukses.

Akashi menyingkirkan tangan gadis itu, lalu memalingkan wajahnya beberapa saat. Hal ini ia lakukan untuk menormalkan kembali raut wajah dan degup jantungnya.

Akashi kembali menatap Nisha. Kali ini tatapannya tiga kali lebih tajam dari sebelumnya, seolah gadis di dekatnya ini musuh dan bukan kekasih.

"Pertanyaanku 'apa' bukan 'siapa'. Apa maumu, Nisha?" tanya Akashi dengan tidak santai.

"Santai donggg. Coba bicaranya lebih lembut lagi. Atau aku lebih betah lama-lama sama Oreshi loh karena dia sangat lembut padaku."

Tidak, Akashi versi yang ini tidak mau kalah dari siapa pun kendati dengan kepribadian dirinya sendiri yang satu itu. Dirinya ingin selalu menjadi yang lebih unggul, termasuk dalam hubungannya dengan Nisha.

Pemuda itu pun mengembuskan napasnya dengan panjang, lalu mengeluarkan kata-kata selembut mungkin agar ancaman gadis itu tak jadi kenyataan. Tatapan matanya juga telah berubah selatas dengan kalimat yang diucap. "Apa yang kau inginkan, My Empress?"

Gantian Nisha yang blushing dan ingin teriak sekencang-kencangnya. "A-aku mau disuapi."

"Baiklah."

Akashi mengambil kotak bekal Nisha dan membukanya. Meski aktivitas analisisnya jadi terjeda, tapi keinginan gadis itu adalah prioritasnya. Tidak ada kata 'mengganggu' untuk Nakano Nisha seorang.

Akashi menyuapi satu per satu irisan mangga dengan penuh perhatian. Ini bukan kali pertama, sudah sering ia melakukan ini. Namun tetap saja, ia selalu merasakan debaran yang sama.

Setelah kotak bekal itu tandas, Nisha ingin beranjak ke mejanya sendiri untuk mengambil botol air, tapi Akashi langsung mencegah dan memberi botol miliknya.

"Arigatou, Sei-kun." Nisha meneguk air di botol itu hingga puas, lalu mengembalikannya. "Apa aku boleh minta sesuatu lagi?"

"Apa lagi, sayangku?"

"Maukah kau memanggilku 'Nisha-kun'?"

"Tidak."

Nisha mencebikkan bibirnya ketika mendapat penolakan itu.
"Kejamnya, kau bahkan belum bertanya mengapa aku menginginkannya."

"Pokoknya tidak," tolak Akashi dengan nada yang lebih tegas.

"Ih, memangnya kenapa? Dia mau-mau saja memanggilku begitu." Lagi-lagi Nisha membandingkan Akashi yang ini (Bokushi) dengan yang satu lagi (Oreshi).

"Dia memang bodoh. Panggilan itu maskulin, tidak cocok untuk gadis semanis dirimu, Nisha."

Seketika Nisha terkena serangan jantung.

AkaNish : Candy JarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang