Malam kini sudah semakin larut, jam sudah menunjukkan pukul 11 waktu malam. setelah pertemuan yang kurang memuaskan dari sang model, kini keduanya sudah kembali pada hotel yang menjadi tempat mereka beristirahat malam ini, esok hari mereka akan kembali dan menjalankan beberapa jadwal yang masih cukup padat milik Ahyeon.
Rora sudah berulang kali bolak-balik kamar mandi untuk membuang rasa sakit yang sedari-tadi menyerang perutnya. makanan yang sempat ia cicipi saat pertemuan formal yang terjadi beberapa waktu. ternyata tidak cocok dengan nya, rasanya memang enak namun tidak enak untuk perutnya.
Mata Ahyeon sedari-tadi mengikuti segala gerak-gerik yang dilakukan oleh Rora didepannya. ia awalnya enggan untuk sekedar bertanya ada dengan asisten magang nya satu ini? meskipun begitu, Ahyeon tetap mengluarkan rasa empati nya dan menanyakan keadaan Rora yang terlihat sudah duduk manis di atas sofa di dekat ranjang tidurnya.
"Kamu kenapa sampe bolak-balik kamar mandi, salah makan?" Ahyeon mengeluarkan suara nya pelan, berharap pertanyaan nya bisa sampai pada gadis yang tengah memegang perut nya untuk menahan sakit.
Rora mengangkat kepalanya, membuat tatapan keduanya kini bertemu. Rora dengan mata nya yang penuh dengan rasa sakit, sementara Ahyeon menatapnya datar namun terkesan khawatir di dalam nya.
"Iya kak, kayanya saya salah makan waktu dinner tadi." suaranya lemas, tenaga nya benar-benar sudah habis.
"Makan apa emang kamu tadi?"
Ingatan nya kembali berputar saat seluruh makanan enak dan mahal tersedia di hadapan wajahnya, ia mengingat satu persatu makanan apa yang membuat perutnya menjadi sangat sakit seperti ini.
"Yang bentuknya kaya telur ikan terus warnanya hitam, kak."
Ahyeon mengerutkan dahinya, makanan seperti apa yang dicicipi oleh Rora dengan bentuk seperti telur ikan. lagipula, kenapa gadis ini tidak bertanya dulu dengan nya soal makanan yang masih asing dengan nya.
"Caviar maksud kamu?"
"Saya gak tau namanya, kak. kayanya iya deh itu." Rora menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal, ia merasa begitu bodoh saat ini, tidak tahu makanan yang ia makan sendiri.
Tanpa banyak reaksi serta merespon-nya. Ahyeon beranjak dari tempatnya dan mengambil satu pouch yang berisi obat-obatan. pouch ini khusus ia bawa sendiri, karna ia tahu betul jika Rora ia suruh bawa mungkin saja bisa tertinggal.
"Kamu kalo merasa gak tau sama apapun, bisa tanya sama saya atau orang sekitar dulu. jangan asal makan aja. kan gini jadinya, gak tau gak cocok atau emang alergi." ucap Ahyeon dengan tangan yang sudah sibuk dengan pouch yang ia cari. sementara Rora hanya menundukkan kepalanya, merasa bersalah karna sudah merepotkan sang model. karna sudah seharusnya ia yang mengurus Ahyeon.
Ahyeon membuka pouch tersebut serta tangan nya mulai mencari obat yang sekiranya bisa mengatasi permasalahan perut asisten nya tersebut. setelah ia menemukan nya dengan segera Ahyeon meminta Rora untuk mendekat ditempat ia berdiri saat ini.
Diberikan nya sekitar 2 butir obat yang harus diminum secara sekaligus oleh Rora, namun Rora menerima obat tersebut dengan ragu-ragu. bukan karna ia merasa takut diracuni oleh sang model, melainkan karna ia tidak bisa meminum 2 butir obat sekaligus dengan ukuran sebesar ini.
Pergerakan yang lambat dari Rora memancing rasa heran dalam diri Ahyeon. tangan yang bergetar serta terus menelan ludahnya secara kasar begitu menarik perhatian Ahyeon saat ini. setelah obat sudah sepenuhnya jatuh di atas telapak tangan milik Rora. ia tidak langsung meminum nya melainkan hanya menatap obat yang ada di tangan nya dengan diam.
"Diminum, kalo cuma diliatin gak akan sembuh sakitnya." nadanya yang datar, tidak menggoyahkan iman Rora untuk terus takut meminum obatnya.
"eee, kak. ini harus banget obatnya sebesar ini? saya telan langsung gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible
FanfictionPerjalanan yang panjang untuk Rora melawan suatu ketidakmungkinan di setiap sudut kehidupan dan percintaan nya. "Ketimpa kekayaan enak kali ya." -Rora