chapter 9

56 9 1
                                    

"Roxana, apakah mainan mu itu sudah menjadi lebih patuh?" Tanya Lant sambil nyebat di depan jendela.

"Lebih dari sebelumnya ayah, aku dapat sepenuhnya menikmati bermain dengannya" Roxana menjawab pertanyaan Lant sambil meminum teh yang sudah disediakan.

"Semakin lama aku melihat mu, sepertinya kamu semakin mirip denganku" Lant menatap tajam Roxana.

Akhirnya Alur pembicaraan Lant dan Roxana semakin melenceng, mereka berdua malah sibuk membahas saudara laki laki Roxana yaitu Ashil.

Setelah berbicara cukup lama Roxana pamit undur diri dari ruang kerja Lant.

....

"Pembicaraan yang sangat tidak berguna, Itu terlalu kejam buat anak lu sendiri, Lant.." Suara itu berasal dari balik pintu.

"Apakah menurut mu itu terlalu kejam, Pricill?" tanya Lant yang duduk di kursi kebanggaannya dan melihat ke arah pintu yang masih tertutup.

"Ya, menurut gw itu sangat kejam, sebaiknya lu jangan terlalu kejam sama anak lu sendiri, karena semakin erat tali yang kita genggam maka akan menjadi lebih sakit, semakin kita siksa dia, maka kemungkinan dia memberontak semakin besar"

"Jadi gw harap lu sedikit melonggarkan tali itu, agar kemungkinannya mengecil, dan lu gak bakal nyesel" ucap Pricill.

'yaa, dengan Lant yang sudah melonggarkan talinya maka mereka bisa kabur dengan mudah, setidaknya gw bisa bantu mereka sedikit'

Pricill masih setia berdiri di depan pintu tanpa ada niatan untuk masuk.

"Kalau gitu gw pergi dulu, maaf karena telah menguping pembicaraan kalian berdua" setelah berbicara Pricill langsung pergi meninggalkan Lant yang memikirkan ucapannya.

'apakah aku harus mengikutinya? Setelah kupikir pikir, apa yang dikatakannya itu benar' batin Lant.

.
.
.

DUARR!!
Hujan mulai turun dengan deras diiringi oleh beberapa petir.

Roxana basah kuyup karena dia habis memberi makan para kupu kupu nya, untuk kembali ke kamar jaraknya sangat jauh dan harus melewati taman, makanya dia basah kuyup.

Saat Roxana sedang berjalan di koridor tiba tiba Dion datang dan menghalangi jalannya, Dion menghampiri Roxana dan mengangkat tangan yang terluka akibat memberi makan kupu kupu.

"Roxana..., kenapa kamu bisa terluka disini" tanya Dion menggenggam erat tangan Roxana.

Lu sebenarnya sama siapa sih Dion? Maruk banget deketin Pricill sama Roxana, kalau kata orang orang sih playboy....

"Oh Dion, aku tidak melihat mu daritadi, kapan kamu datang?"

"Satu jam yang lalu, oiya ku dengar telur mu belum menetas, apakah gagal?"

"PERGI" teriak Roxana sambil melepaskan genggaman tangan Dion.

Roxana pun langsung pergi meninggalkan Dion sendirian di koridor, tanpa sadar Roxana malah menuju ke kamar Cassis.

Saat Roxana membuka pintu kamar Cassis, ternyata Cassis baru selesai latihan fisiknya.

"Roxana..." Panggil Cassis yang melihat Roxana hanya melamun di depan pintunya dengan tangan yang mengeluarkan darah.

"Roxana.." Cassis mencoba memanggil lagi Roxana yang masih sibuk dengan pikirannya.

"Ah Cassis!!" Roxana kaget karena saat dia sudah sadar dia melihat Cassis yang jaraknya lumayan dekat, terlihat dari Roxana yang langsung memundurkan tubuhnya.

"Maaf karena mengagetkan mu Roxana, tapi kita harus menghentikan pendarahannya" Cassis memberikan sarannya, Cassis masih melihat ke arah tangan Roxana yang berdarah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Healer - Twtptflob X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang