Alicent menemuinya pagi ini setelah Aemond pergi untuk bekerja. Ranaeia memberitahunya bahwa hubungannya dan Aemond membaik, dia ingat Alicent tersenyum dan memeluknya. Bolehkan Ranaeia katakan kalau Alicent jauh-jauh lebih baik sekarang? Alicent bahkan memperlakukannya dengan baik.
Ranaeia mengkonfirmasi penilaiannya saat Alicent mengatakan maksud kedatangannya. Dia memintanya untuk menemaninya ke Sept. Gadis itu tentu menyadari keanehannya, mengajaknya ke Sept disaat seperti ini? Saat Ranaeia bertanya apakah Aemond memberinya izin, Alicent diam dan mengatakan sesuatu yang membuatnya tertegun.
"Dia tidak perlu tau."
Saat itulah dia semakin yakin atas tujuan Alicent mengajaknya ke Sept. Bukan untuk berdoa, tetapi untuk mempertemukannya dengan ibunya.
Ranaeia memakai gaun hitamnya dan Alicent terus menggenggam tangannya sepanjang mereka di dalam kereta. Ranaeia ragu Aemond tidak akan mengetahuinya, Aemond tidak akan meninggalkannya tanpa pengawasan. Tetapi Ranaeia juga ingin bertemu Rhaenyra, dia memiliki beberapa hal untuk dikatakan padanya.
Alicent terus menggenggam tangannya saat mereka memasuki Sept dan memberitahunya untuk berdoa. Ranaeia bukan seseorang yang taat, tapi dia tau caranya berdoa. Dia berlutut disamping Alicent, lilin dinyalakan dan dia menangkupkan tangannya dengan mata terpejam.
"Putriku yang manis.."
Ranaeia merasa seolah dia terbang begitu mendengar suara lembut ibunya, tepat di sisi kirinya. Membuka matanya, Ranaeia menoleh dan mendapati wajah ibunya dengan memakai jubah hitam yang menutupi kepalanya.
"Ibu.."
Rhaenyra menitikkan air mata, akhirnya melihat wajah yang dia rindukan, yang setiap malam ia panjatkan doa untuk keselamatannya, agar dia bertahan dalam tekanan apapun. Putrinya yang kuat sekaligus rapuh. Putrinya yang lembut dan penuh kasih sayang.
Ranaeia menyandarkan kepalanya ke bahu Rhaenyra sementara Rhaenyra menangkup wajahnya dengan satu tangan.
"Ibu baik-baik saja?"
Rhaenyra mengangguk dengan nafas terputus menahan isakannya. "Hm, bagaimana denganmu?"
Dia tidak memikirkan apa yang sedang Alicent lakukan atau fakta bahwa Alicent mendengar mereka saat ini.
Ranaeia menyentuh tangan Rhaenyra di pipinya. "Aku merindukanmu, tapi aku baik-baik saja. Putrimu lebih tangguh dari yang kau bisa bayangkan, ibu."
"I know, i know, my sweet daughter.. Tolong maafkan ibumu.."
Ranaeia menggeleng, dia tidak pernah menyalahkan ibunya. Dia selalu menyayangi ibunya, mengagumi dan menghormatinya. Bahkan meski ibunya melakukan kesalahan, Ranaeia tidak akan menganggapnya sebagai kesalahan. Dia akan melakukan apapun untuk ibunya. Apapun.
Tetapi sekarang mungkin tidak lagi. Cintanya untuk keluarganya tidak akan pernah luntur, tapi dia tau tidak memiliki kuasa atau kekuatan untuk melakukan apapun lagi.
"Aku senang bisa melihatmu lagi, merasakan pelukanmu lagi.."
"Begitu juga denganku, sayangku.."
"Tapi kau tidak akan memintaku untuk ikut denganmu kan..?"
Rhaenyra mengernyit dalam air matanya. "Tidak sekarang, aku tidak akan membuat orang lain bertanggungjawab.." Rhaenyra melirik Alicent. "Tetapi apa itu putriku? Kau tidak ingin pulang?"
"Aku ingin bersamamu lebih lama lagi, tapi aku tidak akan pulang kemanapun, tidak kemanapun dimana tidak ada Aemond." Apa yang akan dipikirkan ibunya tentang ini? Ranaeia sepenuhnya menguji dirinya sendiri. "Aku akan baik-baik saja bersamanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Avenoir [Aemond Targaryen]
FanfictionAemond mungkin bukan apa-apa bagi Ranaeia, tetapi gadis itu akan selalu menjadi sesuatu untuknya. Kekosongan yang dia rasakan, hampa, kebencian, kerinduan, dan juga hasratnya. Warn! 18+ only (tolong tau batasan)