12. Harrenhal

88 9 1
                                    

Hari-hari berlalu dan Aemond menjadi lebih ringan setiap harinya karena Ranaeia. Bahkan pekerjaan yang tiada hentinya tidak lagi membuatnya semakin getir, di ujung hari yang melelahkan Aemond akan datang pada Ranaeia mengetahui gadis itu akan membukakan pintu untuknya dan menyambutnya dengan kedua tangannya dengan senyum hangat.

Hidup tanpa Ranaeia sebagai istrinya tentu amat menyiksa, namun kini keadaanya jauh berbeda. Aemond ingin menikahi Ranaeia dengan pantas meski memikirkan saudari tiri dan keluarganya kembali ke King's Landing membuat rongga kosong di matanya yang hilang berdenyut untuk pernikahan mereka, tapi itu sebanding dengan apa yang Ranaeia pantas dapatkan.

Aemond menyapukan jari-jarinya di atas paha Ranaeia yang terbuka, gaun tidurnya terangkat lebih tinggi. Hanya sentuhan halus yang membuat sekujur tubuh Ranaeia merinding namun gadis itu berhasil mengatur nafasnya dengan baik meski lenguhan kecil tetap menerobos dari celah bibirnya saat Aemond dengan seringai di bibirnya menarik tangannya lebih ke atas bagian paha yang tertutup kain.

Selama berhari-hari setiap malam mereka hanya berbaring bersama di kamar Ranaeia, berpelukan, ciuman lembut dan panjang, sentuhan-sentuhan yang membuat keduanya kesulitan menahan diri namun masih tetap bertahan.

Ekspresi puas di wajah Aemond dengan cepat berubah saat dia mengingat apa yang harus dia lakukan besok.

"Ada apa?" Ranaeia mengecup pipi Aemond dan usahanya berhasil, otot-otot menegang di wajahnya mengendur namun tidak mengubah bahwa sesuatu telah mengganggu pria di sampingnya.

Aemond meremas paha Ranaeia dengan lembut, ibu jarinya bergerak mengusap permukaan kulitnya sementara tangannya yang lain mengusap pinggang Ranaeia saat kepala gadis itu menjauh dari dadanya untuk menatapnya dan mengecup pipinya. Sungguh ajaib kendali yang Ranaeia miliki padanya.

"Pamanku Daemon meminta untuk membicarakan perdamaian." Aemond mendengus. "Perdamaian, aku tidak tahu apakah bisa tetapi Aegon setuju. Aku tidak bisa percaya dengan mudah bahwa pamanku yang haus tahta itu menginginkan perdamaian, aku ingin tahu apa yang diinginkannya jadi-"

"Kau akan pergi, Harrenhal bukan?"

Satu mata Aemond membelalak terkejut. "Kau tahu? Apa dia mengirimimu surat yang lolos dari pengawasanku?"

Bibir Ranaeia melengkung memberikan senyum lembut atas reaksi Aemond.

"Tidak ada surat Aemond.." Ranaeia mengecup ujung hidung Aemond sebelum menatapnya penuh kelembutan dan tangan di pipinya. "Apa selama ini kau percaya pada penglihatan Helaena?"

Ranaeia tidak memiliki penglihatan seperti Helaena, itu hanya sebuah mimpi yang panjang dalam tidurnya. Terjadi beberapa hari lalu setelah pertemuannya dengan ibunya. Mimpi yang amat panjang dan Ranaeia terbangun seolah dia baru saja menjalani kehidupan dalam mimpi secara nyata. Mimpi itu dimulai dengan Aemond yang mengatakan hal yang sama seperti yang baru saja dia katakan.

Perdamaian dan Harrenhal. Jantungnya mencelos mengingat kembali mimpinya.

"Kau juga memilikinya?"

Ranaeia menggeleng. "Aku hanya bertanya, aku mengalami mimpi buruk dan itu dimulai dari Harrenhal jadi.. Aku bertanya-tanya apakah itu sebuah pertanda.." Ranaea tidak sepenuhnya berbohong, dia hanya mengatakannya dengan jelas.

"Mimpi seperti apa?"

"Kau meninggalkanku." Sentuhan Ranaeia di wajahnya berhenti dan gadis itu menarik diri memberi jarak membuat Aemond mengejar tangannya lagi dan menaruhnya di atas pipinya.

"Kau tahu aku tidak akan melakukannya. Kau hidupku.."

"Tapi dalam mimpiku kau meninggalkanku Aemond, kau mampu melakukannya, kau pergi ke Harrenhal dan meninggalkanku."

Avenoir [Aemond Targaryen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang