Ranaeia membuka mata dan langsung teringat kejadian semalam. Dia memikirkan apa yang bisa dia lakukan dan apa yang seharusnya dia lakukan. Apa yang dia inginkan untuk masa sekarang, jauh dari kepentingan politik dan tugas sebagai putri dari ibunya. Jika mengesampingkan itu semua, maka Ranaeia hanya ingin berbaikan dengan Aemond. Sungguh egois bagaimana dia merindukan masa lalu dan ingin merasakannya lagi setelah apa yang dia biarkan Aemond lalui selama bertahun-tahun.
Ranaeia telah berpakaian, gaun berwarna hitam dengan garis merah marun dengan sebagian besar tulang selangka yang terekspos. Sulaman emas berpola Vermithor seukuran jempol menyebar dibagian atas gaunnya sampai ke bawah dadanya dan bertemu dengan benang emas dengan pola sulur rumit membentang dibawah dada membantu lekukan dadanya terlihat jelas.
Dia selalu memiliki kepangan rambut yang juga disukai ibunya, Ranaeia meringis saat pelayan tak sengaja menyakiti kulit kepalanya dan dia berkata baik-baik saja saat pelayan itu meminta maaf. Dia tidak diberi pelayan yang berpengalaman, sebaliknya, dia diberi pelayan muda yang minim pengalaman tetapi Ranaeia tidak keberatan untuk mengajarinya.
"Terimakasih Rely, kau boleh bersantai, aku akan menemui bibiku."
Ranaeia menatap dirinya didepan cermin setelah Rely berpamit pergi. Dia menyukai apa yang dia lihat di cermin, seolah dirinya telah kembali hidup. Dia tidak mau bergerak di istana seolah dirinya adalah tawanan, istana ini adalah rumahnya dan dia adalah cucu dari raja sebelumnya, ayah dari raja saat ini. Dengan tujuan baru yang mungkin akan mengubah lebih banyak, Ranaeia akan menjadi lebih tegar dan kuat.
Dia melangkah dengan anggun namun tegas dengan tatapan yang kuat, beberapa orang yang melihatnya tampak heran. Jelas saja, sebelumnya selama dua bulan sejak Ranaeia dibawa kemari oleh Aemond, Ranaeia berkeliaran di istana dengan tatapan sendu seolah rohnya telah pergi dari tubuhnya. Kini dia tampak lebih segar dan berwarna. Dengan gaun merah yang sangat membantu penampilannya.
Ranaeia tersenyum begitu memasuki kamar Helaena, bibinya jauh lebih senang dengan kedatangannya yang sedikit berbeda.
"Ranaeia, kau terlihat lebih.. Segar." ucap Helaena saat Ranaeia berjalan mendekat dan mengecup pipi Helaena.
"Aku juga merasa demikian, bibi."
Ranaeia duduk disamping Helaena dan saat itulah dia baru menyadari bahwa Aemond ada disana, diatas kain yang dibentangkan sebagai alas bersama dua keponakannya. Aemond menatapnya, mungkin sejak dia memasuki ruangan dan Ranaeia menahan nafas untuk beberapa saat sebelum menyunggingkan senyum tipis padanya namun Aemond segera memutus kontak dan kembali pada Jaehaera yang menaruh mainan di atas telapak tanganya.
Ranaeia akan bersabar, ini jelas tidak akan mudah. Tapi sikap Aemond tidak akan menghentikannya. Dia tau Helaena akan mendukungnya, jadi dia mendatangi Helaena lebih awal untuk bicara dan tidak mengira bahwa Aemond ada disana sepagi ini.
"Lakukan saja Ranaeia, tidak akan ada yang sia-sia." ucap bibinya tiba-tiba sebelum kembali menusukkan jarum pada kain seolah apa yang dikatakan sebelumnya tidak berarti apa-apa.
..
Menghabiskan waktu di taman seperti yang biasa dia lakukan, namun dengan perasaan yang lebih ringan dan tenang. Ranaeia tengah membaca di bawah pohon besar yang melindunginya dari matahari saat dia kedatangan tamu.
"Mulai menikmati kemewahan yang kau dapatkan bahkan meski kau disini sebagai tawanan?"
Ranaeia beralih dari buku dipangkuannya, mendapati Aemond berdiri dua meter dari tempatnya bersandar di bawah pohon dengan kedua tangan yang ditarik kebelakang. Aroma musk yang kuat, pinus dan sedikit aroma khas penunggang naga terbawa angin lembut menyelinap ke indra penciuman Ranaeia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avenoir [Aemond Targaryen]
Hayran KurguAemond mungkin bukan apa-apa bagi Ranaeia, tetapi gadis itu akan selalu menjadi sesuatu untuknya. Kekosongan yang dia rasakan, hampa, kebencian, kerinduan, dan juga hasratnya. Warn! 18+ only (tolong tau batasan)